Seokjin masih terjaga di jam satu malam karena mengkhawatirkan Namjoon yang belum pulang, padahal di luar sedang hujan deras. Member tertua itu tidak akan khawatir jika Namjoon bisa di hubungi. Rasa khawatir juga semakin besar setelah tahu Namjoon tidak ada di studio.
“Ke mana sih anak itu? Kenapa belum pulang? Dihubungi juga tidak bisa.”
Seokjin melihat ke luar dari jendela dengan tangan yang terus menggenggam ponsel, berharap Namjoon membalas pesan atau menghubunginya, tetapi nyatanya leader bangtan itu sama sekali tidak melakukan keduanya.
“Hyung,” panggil Jungkook yang baru saja datang dan menghampirinya.
Seokjin menoleh ke jungkook yang sudah berdiri di sampingnya. “Apa?” tanyanya.
“Tidurlah, ini sudah malam.”
“Hyung tidak akan bisa tidur sebelum semua adik hyung ada di dorm. Ini sudah malam dan juga hujan deras, tapi Namjoon masih belum pulang dan tidak bisa dihubungi, Kookie,” ucap Seokjin dan kembali melihat luar.
“Tidak usah khawatir, Hyung. Namjoon Hyung pasti baik-baik saja. Lagian, dia kan bukan anak kecil, dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Lebih baik kau tidur saja, kau juga pasti lelah,” bujuk Jungkook.
Seokjin menggeleng. “Hyung tidak bisa tidur kookie. Sebagai member dan Hyung tertua, aku sangat mengkhawatirkan adikku yang masih belum pulang dan tidak tahu ada dimana dia sekarang,” sahut Seokjin.
Kekhawatiran bisa Jungkook lihat di wajah Seokjin dan itu membuatnya menghela napas. Ia tidak bisa memaksa Seokjin melakukan sesuatu yang memang dia tidak mau.
“Ya sudah kalau itu mau mu, Hyung, aku tidur dulu kalau begitu,” akhirnya, Jungkook pergi ke kamar setelah mendapat jawaban dari Seokjin.
Setelah sampai kamar, Jungkook masuk dan menutup pintunya dengan lesu membuat Taehyung dan Jimin yang melihat penasaran.
“Bagaimana? Jin Hyung mau tidur?” tanya Jimin
“Dari ekspresinya seperti dia gagal membujuk Jin Hyung tidur,” tebak Taehyung.
“Benar?” Jimin memastikan.
Jungkook mengangguk sembari berjalan ke tempat tidur.
“Kasihan Jin Hyung, dia mengkhawatirkan Namjoon Hyung sampai seperti itu,” kata Taehyung disetujui oleh Jimin dan Jungkook.
“Ke mana sih, Namjoon Hyung? Tidak bisa di hubungi, pesan tidak dibalas, membuat orang khawatir saja," gerutu Jimin.
Jungkook dan Taehyung tidak menjawab, mereka hanya diam dengan pikirannya masing-masing. Begitu juga dengan Yoongi dan Hoseok yang masih belum tidur dan memikirkan Namjoon.
“Apa Namjoon bisa dihubungi?" tanya Yoongi pada Hoseok yang duduk di sampingnya.
“Tidak bisa di hubungi, ponselnya mati,” jawab Hoseok setelah menelpon Namjoon.
“Ke mana sih anak itu? Kalau bukan karena Jin Hyung, aku malas menelponnya," gerutu Hoseok.
“Kasihan Jin Hyung, dia sampai tidak tidur karena menunggunya,” tambah Yoongi dan Hoseok mengangguk setuju.
Sama seperti Seokjin, member lain juga tidak ada yang tidur walaupun di kamar. Mereka menghubungi Namjoon karena kasihan dengan Seokjin yang tidak mau tidur kalau Namjoon belum pulang.
Seokjin yang duduk di sofa langsung berdiri saat pintu dibuka dari luar. Ia begitu khawatir melihat Namjoon yang basah kuyup dan terlihat kacau. Buru-buru ia menghampirinya yang berjalan menuju kamarnya.
“Namjoon-ah,” panggilnya setelah berada di belakang Namjoon
Namjoon menghela napas panjang, berusaha untuk menenangkan dirinya. Ia mengusap wajahnya dengan tangannya yang gemetar, berusaha untuk menghapus air mata yang masih membasahi pipinya. Matanya masih sembab, namun ia berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya. Setelah itu, ia berbalik menghadap Seokjin yang sudah berdiri di depannya, menatapnya dengan mata yang masih basah. Seokjin memandangnya dengan ekspresi yang khawatir, seolah-olah ingin mengetahui apa yang terjadi pada Namjoon.
"Kau darimana? Kenapa tidak menjawab telpon dan tidak membalas pesan? Apa kau hujan-hujanan di luar sana? Kenapa kau basah kuyup seperti ini?” tanya seokjin dengan khawatir.
“Hyung aku—”
“Apa yang terjadi? Kenapa matamu sembab? Apa kau habis menangis? Ceritalah dengan Hyung, Jangan pendam masalahmu sendirian,” tanya Seokjin beruntun karena khawatir tanpa memberi kesempatan Namjoon bicara.
Namjoon menarik napas panjang, mengatur perasaannya agar tetap tenang di tengah pikirannya yang sedang kalut. “Kau belum tidur?” tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Seokjin.
Seokjin menggeleng. “Bagaimana Hyung bisa tidur kalau salah satu adik Hyung saja masih ada yang belum pulang?” jawab Seokjin.
Namjoon melihat jam tangan dan terkekeh getir ketika tahu sudah jam tiga pagi.
“Dasar bodoh, kenapa kau menungguku, Hyung? Sekarang sudah jam tiga pagi dan kau masih belum tidur.” Namjoon menarik napas panjang untuk menahan air mata yang akan jatuh. “Tidur lah, Hyung. Jangan bersikap bodoh seperti ini.” kata Namjoon dengan lembut dan sopan. “Aku sudah dewasa dan bisa menjaga diriku sendiri, jadi kau tidak perlu memperhatikan atau mengkhawatirkanku seperti anak kecil,” tambahnya, kemudian naik ke tangga untuk pergi ke kamar dengan langkah gontai dan kepala menunduk.
Seokjin yang tahu adiknya tidak baik-baik saja langsung mengikutinya.
“Namjoon-ah, apa yang terjadi padamu? Hyung tahu kau pasti menyembunyikan sesuatu,” Seokjin bicara dengan memegang tangan Namjoon yang sudah berdiri di pertengahan anak tangga dengan posisi membelakanginya.
“Lepaskan aku, Hyung,” pinta Namjoon dengan suara yang terdengar putus asa, tanpa melihat Seokjin.
“Tidak, Hyung tidak akan melepaskan tanganmu dan membiarkanmu pergi,” jawab Seokjin dengan suara yang lembut tapi tegas.
Namjoon menggeram, menarik tangannya dengan kasar sampai membuat Seokjin oleng dan jatuh terjengkang. “Lepaskan aku!” pekik Namjoon, suaranya memecahkan kesunyian.
Seokjin sempat ingin meraih tangan Namjoon, tetapi tidak sampai. Ia jatuh, berguling menuruni anak tangga dengan suara yang keras. Namjoon refleks berbalik, matanya terpaku pada Seokjin yang kesakitan di lantai, wajahnya pucat dan tubuhnya lemah. Leader bangtan itu benar-benar terkejut, suaranya tercekat di tenggorokan. Ia tidak bisa bergerak, tidak bisa berbicara. Ia hanya bisa menatap Seokjin dengan rasa takut dan khawatir yang mendalam.
Yoongi yang mendengar teriakan Namjoon langsung buru-buru keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Ia benar-benar terkejut ketika melihat Seokjin yang terbaring dan kesakitan.
“Jin Hyung!” ia refleks berteriak, kemudian mendekati Seokjin, disusul Namjoon yang menuruni anak tangga dengan perasaan bersalah.
“Hyung, apa yang terjadi? Kenapa kau sampai kesakitan seperti ini?” tanya Yoongi seraya membantu Seokjin duduk. “Gwaenchana?” ia bertanya kembali setelah Seokjin duduk.
“Jin Hyung, gwaenchana? Katakan padaku, dimana yang terluka?” Namjoon bertanya dengan suara gemetar karena khawatir dan panik.
“Kakiku sakit,” keluh Seokjin.
“Maafkan aku, Hyung. Aku benar-benar tidak bermaksud membuatmu celaka,” sesal Namjoon, lalu memegang kaki Seokjin yang terasa sakit.
“Akh!” erang Seokjin yang kesakitan, padahal Namjoon tidak memegang kuat kakinya.
Yoongi memukul pelan punggung tangan Namjoon yang sedang memeriksa kaki Seokjin. “Jangan disentuh! Tanganmu selalu saja merusak sesuatu, dan sekarang tanganmu membuat Jin Hyung celaka!” omelnya, kemudian membantu Seokjin berdiri.
“Tidak bisa, Yoon. Kakiku sangat sakit,” keluh Seokjin sambil memegangi kakinya.
“Biar ku gendong saja,” ujar Namjoon, kemudian menggendong Seokjin di punggung menuju kamar di ikuti Yoongi di belakangnya.
“Maafkan aku Hyung, maafkan aku sudah membuatmu celaka. Maafkan aku -maafkan aku.”
Batin Namjoon sembari berjalan dengan cepat ke kamar Seokjin dan Yoongi. Ia menangis dalam diam karena merasa bersalah kepada Seokjin.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Okay. (Kim Namjoon) ✔
FanfictionDi balik senyumku, aku menyembunyikan rasa sakit yang tak terucapkan. (Kim Namjoon) Idol life, drama idol.
