Namjoon akhirnya tidur sesuai harapannya, dan terbangun di pagi hari karena ponselnya berdering. Dengan mata yang masih memejam dan posisi yang sama, tangannya bergerak mengambil ponsel dan mengangkat telepon dengan suara yang masih mengantuk.
“Halo,” ucapnya.
“Namjoon-shi, apa kau masih tidur?”
Pertanyaan dari manajer langsung membuat Namjoon membuka mata dan duduk dengan benar sambil melihat jam tangan yang menunjukan jam tujuh pagi. “Hyung-nim, ada apa?” tanyanya dengan jantung berdegup kencang bangun dan bergerak dengan posisi kaget.
“Apa aku mengganggumu?”
Tidak, sama sekali tidak mengganggu. Ada apa, Hyung-nim?”
“Aku hanya ingin menanyakan, apa sudah ada lagu yang bisa dipromosikan?”
Namjoon memijat keningnya, bingung harus menjawab apa karena dirinya tidak bisa membuat lagu akhir-akhir ini, tetapi tiba-tiba teringat dengan lagu buatan Hoseok dan Yoongi.
“Ada, dan lagunya juga sudah siap,” Namjoon menjawab tanpa pikir panjang.
“Baguslah kalau sudah ada lagu yang bisa dipromosikan. Apa kalian bisa melakukan rekaman secepatnya?”
“Untuk rekaman, akan ku beritahu lagi nanti, Hyung-nim. Aku harus membicarakannya dengan yang lain dulu,” jawab Namjoon yang tidak mau mengambil keputusan seenaknya.
“Baiklah kalau begitu. Kalau bisa jangan terlalu lama karena grup idol dari perusahaan lain sudah banyak yang mengeluarkan single, bahkan album. Jadi, kalau kalian tidak mau tertinggal, kalian harus bisa mengimbangi dalam persaingan musik,” Manajer mengingatkan.
“Jangan khawatir, aku akan mengurusnya dengan baik, Hyung-nim,” sahut Namjoon, meyakinkan agar Manajer mempercayainya.
“Aku percaya padamu, sebagai leader kau bertanggung jawab atas anggotamu. Jadi, pastikan kalian bisa bekerja sama dengan baik,” nasihat Manajer.
“Aku tahu dan aku akan melakukan tugasku sebagai leader dengan baik, Hyung-nim.” jawab Namjoon dan mematikan telponnya sepihak. Ia menghela napas karena masih belum selesai juga membuat lagu.
Biasanya ide selalu datang saat ia sedang tidak memikirkan lagu, tetapi saat ia sedang bersungguh-sungguh membuatnya malah ide itu sama sekali tidak muncul.
“Apa setelah ini … aku masih bisa menjadi leader yang baik?” tanyanya pada dirinya sendiri, merasa sedih dan tidak mampu dengan segala beban yang dirasakan. Namun, ia berusaha tenang dengan menarik napas panjang.
setelah itu, ia beranjak dari duduk untuk mencuci wajahnya, tetapi baru beberapa langkah tiba-tiba pandangannya memburam disertai sakit kepala sampai ia refleks mengerang sekaligus memegangi kepalanya. Ia memejam untuk beberapa saat sampai sakit di kepalanya berkurang, kemudian membuka mata perlahan, mengerjap berkali-kali sampai pandangan yang memburam kembali jelas.
“Beri aku waktu, dan biarkan aku menyelesaikan tugasku dengan baik. Setelah itu, silahkan ambil alih tubuhku, penyakit menyebalkan,” katanya menggerutu.
Di tempat lain, Yoongi dengan sigap membantu Seokjin yang akan turun dari tempat tidur. “Mau ke mana, Hyung?” tanyanya.
“Ruang tengah, aku bosan di kamar,” jawab Seokjin yang sudah berdiri di papah Yoongi.
Yoongi mengangguk mengerti, kemudian mengambil tongkat penyangga yang posisinya tidak jauh darinya. “Pakai tingkatnya, Hyung.” ia memberikan tongkat penyangga ke Seokjin.
“Terimakasih.”
Seokjin yang sudah menggunakan tongkat penyangga pergi ke ruang tamu bersama Yoongi. Mereka bergabung dengan Hoseok, Jimin, Taehyung, dan Jungkook yang sedang mengobrol dan bercanda di ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Okay. (Kim Namjoon) ✔
Fiksi PenggemarDi balik senyumku, aku menyembunyikan rasa sakit yang tak terucapkan. (Kim Namjoon) Idol life, drama idol.
