DELAPAN

399 45 45
                                    

Perputaran dunia sungguh tidak dapat diduga. Begitupun perjalanan hidup manusia. Seonghwa melirik cincin di jari manisnya. Dia datang ke perusahaan ini karena sebuah panggilan keberuntungan yang datang tak diduga. Dan hanya karena satu kejadian di malam pesta itu, tiba-tiba dia menjadi tunangan pemilik perusahaan ini. Siapa yang bisa mengira? Bahkan di dalam imajinasinya yang paling liarpun dia tidak pernah menduganya.

Semua ini terjadi terlalu cepat... terlalu tiba-tiba. Seonghwa membatin dalam hati, dan tanpa sadar mengernyitkan dahinya. Yang dia ketahui tentang Edward hanyalah info dari majalah bisnis yang dibacanya ketika mencari tahu tentang perusahaan yang memanggilnya untuk interview itu, dan beberapa info dari Jisoo, yang sekarang sudah mengambil cuti hamilnya. Jisoo akan sangat terkejut kalau saja dia ada di kantor untuk menyaksikan semua drama ini. Seonghwa tahu bahwa Edward adalah pendiri perusahaan yang jenius, dan mempunyai kakak dengan masa lalu yang sungguh menimbulkan empati. Meskipun sekarang Jennie sudah menjadi wanita yang tegar.

Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu alasan utama Seonghwa menerima pertunangan ini adalah karena empatinya kepada Jennie, dan kekagumannya akan rasa bertanggungjawab Edward karena begitu memikirkan kesedihan yang pernah dialami Jennie. Edward pasti sangat menyayangi kakaknya. Seonghwa tidak pernah punya saudara kandung, dia anak tunggal, yang pada akhirnya harus berakhir sebatang kara. Karena tragedi itu... Tragedi yang sudah dilupakannya dan dikuburkannya dalam-dalam. Karena setiap dia mengingatnya akan muncul rasa marah terpendam, membuatnya ingin berteriak atas ketidakadilan kehidupan. Ingatan tentang kemarahan itu menjadi samar-samar seiring berjalannya waktu. Seonghwa belajar menyimpan jauh-jauh. Tidak sepenuhnya melupakan. Tidak sepenuhnya memaafkan.

Seonghwa mengerjapkan mata ketika mobil hitam yang elegan itu meluncur dengan mulus dan berhenti tepat di depannya. Edward sendiri yang menyetir mobilnya, dengan sopan, dia turun dari mobil dan membukakan pintu penumpang di sebelahnya untuk Seonghwa,

"Maafkan aku, aku sedikit tertahan di lobi tadi. Aku harap kau tidak menunggu lama."

"Tidak. Aku baru beberapa menit di sini." Seonghwa melangkah masuk ke mobil.

Tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di benak Seonghwa, bahwa dia bahkan tidak tahu nama asli pria ini.

"Bagaimana mungkin kita melanjutkan semua ini, kalau kita bahkan tidak saling mengenal sama sekali?" tanpa sadar Seonghwa menyuarakan pemikirannya.

Hongjoong melirik sedikit ke arah Seonghwa dan tersenyum, "Masih banyak waktu, dan dengan senang hati aku akan membuka diri sehingga kau bisa lebih dalam mengenalku." Suaranya merendah lembut, "Dan aku harap kau juga membiarkanku mengenalmu lebih dalam."

Seonghwa menghela napas. Kenapa kata-kata Edward yang biasa saja bisa terdengar begitu sensual di telinganya? Apakah itu memang nyata atau dia selalu berkonotasi mesum sejak kejadian malam itu? Dengan tak kentara Seonghwa menggelengkan kepalanya, mencoba berkonsentrasi kepada sesuatu yang logis.

"Siapa nama aslimu? Aku tau Edward bukan nama aslimu."

Hongjoong mengerem dengan mendadak. Hampir membuat ban mobil berdecit dan tubuh Seonghwa terdorong ke depan, untunglah mereka sedang berada di jalanan yang sepi. Seonghwa menoleh ke arah Edward dan menatap bingung. Pria itu tampak kaget, karena pertanyaannya, ataukah karena sesuatu di jalan?

Tetapi Hongjoong dengan cepat menguasai diri, dia menatap Seonghwa dan meminta maaf, "Maafkan aku, tadi ada kucing menyeberang." gumamnya cepat sambil mengalihkan pandangan kembali ke arah jalan.

Apakah hanya perasaannya saja atau Edward sedang mencengkeram kemudinya erat-erat?

Seonghwa mengalihkan pandangannya ke jalan dan akhirnya tersenyum, "Kucing memang sering menyeberang tiba-tiba, kadang kita baru melihat ketika mereka sudah di seberang mata, membuat kita kaget setengah mati."

Unforgiven Hero | JoonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang