DUA PULUH EMPAT

264 38 1
                                    

Hongjoong melangkah menelusuri areal pemakaman ini, yang amat sangat dikenalnya. Tadi di tempat parkir, dia melihat mobil Jennie di sana. Jadi kakaknya dan Seonghwa memang benar- benar sedang ada di sini. Dia sering sekali kemari. Meletakkan bunga di atas makam Ayah Seonghwa, kemudian menghabiskan waktu berjam-jam di sana untuk meminta maaf. Memohon ampun kepada ayah dan ibu Seonghwa.

Langkahnya terhenti ketika melihat dua sosok yang sangat familiar di kejauhan, itu, Seonghwa dan Jennie, Hongjoong mempercepat langkahnya untuk kemudian menemui Jennie yang sedang berseru panik sambil berusaha membimbing Seonghwa yang berjalan tertatih-tatih.

"Ada apa?" Hongjoong bertanya cepat, dan ketika melihat keadaan Seonghwa dia sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan sebelum Jennie menjelaskannya.

"Dia akan melahirkan." Jennie menjerit panik, "Kita harus segera membawanya ke rumah sakit, Hongjoong!"

Hongjoong berdebar. Oh astaga. Seonghwa akan segera melahirkan, dan mereka masih di sini, di tengah areal pemakaman yang luas, yang harus ditempuh dengan jalan kaki beberapa ratus meter lebih sebelum mencapai parkiran mobil. Tetapi Hongjoong tidak sempat berpikir, dengan sigap dipeluknya Seonghwa dan diangkatnya ke dalam gendongannya.

"Berjalanlah dulu ke mobil, aku akan menyusul." Hongjoong memerintahkan Jennie yang segera berlari untuk mengambil mobilnya. Dengan langkah cepat, Hongjoong setengah berlari sambil mengangkat Seonghwa, sambil tetap berhati-hati agar tidak menabrak batu-batu nisan yang berjajar.

"Maafkan aku.. aku tidak tahu kalau sekarang saatnya."

"Tidak apa-apa sayang, Bertahanlah ya, aku akan membawamu ke rumah sakit."

Seonghwa berpegangan erat di tubuh Hongjoong yang sedang berjalan cepat. Pria itu tampak sedikit terengah. Tentu saja, dengan usia kehamilannya yang sembilan bulan ini, Seonghwa sangat berat, dan Hongjoong menggendongnya sambil setengah berlari.

Beberapa lama kemudian, mereka sampai ke areal parkiran, Jennie sudah menunggu di ujung paling dekat dengan pintu penumpang belakang yang terbuka. Hongjoong langsung masuk dan menutup pintunya. Lalu Jennie melajukan kendaraannya menuju rumah sakit terdekat.

"Bagaimana keadaanmu, hwa?" Jennie berteriak sambil melirik dari kaca mobil.

"Dia bertahan." Hongjoong yang menjawab karena Seonghwa sedang mengerang merasakan kontraksi, sementara itu ban mobil berdecit karena Jennie menghindari pengendara yang menyalip dari sebelah kiri, "Fokus ke jalan, noona!"

Hongjoong merasakan cengkeraman erat Seonghwa di lengannya ketika Seonghwa mengalami kontraksi. Jarak kontraksinya makin dekat dan Hongjoong makin cemas.

"Tarik napas dalam-dalam, Seonghwa." Hongjoong mengingatkan Seonghwa cara menarik napas, seperti yang pernah diajarkan kepada mereka ketika mengikuti latihan persiapan kelahiran beberapa waktu lalu. "Nah begitu, hembuskan pelan, tarik napas lagi. Sebentar lagi kita sampai."

"Maafkan aku Hongjoong, akuㅡ" Seonghwa menarik napas panjang, di sela kontraksinya, "ㅡAku tidak tahu akan melahirkan sekarang, kalau tahu, aku akan diam saja di rumah."

Hongjoong tersenyum frustasi, "Selama ini aku menahanmu di rumah supaya ketika kau melahirkan aku bisa dengan cepat membawamu ke rumah sakit, tetapi bayi ini rupanya punya maunya sendiri. Bertahanlah, Seonghwa." Hongjoong menggenggam tangan Seonghwa ketika kontraksi itu datang lagi, "Kita sudah hampir sampai."

.

Mereka sampai beberapa waktu kemudian dengan kelihaian Jennie menembus kemacetan jalan raya. Ketika sampai di UGD, Seonghwa ditidurkan di atas ranjang dorong, dan Hongjoong terus memegangi tangannya. Sampai Seonghwa dipindahkan ke ruangan operasi.

Unforgiven Hero | JoonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang