SEMBILAN

449 44 36
                                    

"Aku senang kita bertemu lagi akhirnya," Jennie tersenyum ramah kepada Seonghwa, "tetapi sekarang keadaannya berbeda, kau akan menjadi adikku."

Seonghwa tersenyum dan menelan ludahnya dengan gugup, "Kau tahu ini mungkin terlalu cepat untukku, akㅡaku merasa gugup." Seonghwa benar-benar merasa gugup. Pernikahannya akan berlangsung sebentar lagi, dan perasaannya kacau balau, campur aduk.

Oh Astaga! Dan dia akan melangsungkannya dengan orang yang bahkan tidak dia kenal dekat. Apakah dia sudah gila? Tetapi harus bagaimana lagi? Insiden di malam pesta itu membuat segalanya berbeda. Dan seperti kata Hongjoong, Seonghwa sudah tidak bisa mundur lagi.

"Kau tidak apa-apa, Seonghwa?" Jennie menyentuh pundak Seonghwa lembut, menyadarkan Seonghwa dari lamunannya. Seonghwa tampak begitu pucat sehingga membuat Jennie cemas.

"Aku tidak apa-apa. Mungkin pernikahan ini membuatku sedikit gugup." jawab Seonghwa pelan.

Jennie tersenyum memaklumi, siapa yang tidak gugup kalau baru tahu bahwa akan menikah sehari sebelumnya? Adiknya memang keterlaluan, Jennie tidak bisa menyalahkan Seonghwa, kalau dia jadi Seonghwa mungkin dia sudah pingsan di tempat.

"Hongjoong orang yang baik. Percayalah, ketika dia memutuskan akan menikahimu, maka dia akan menjagamu."

Jennie tersenyum menenangkan, "Ayo aku akan mengantarmu kepadanya."

.

Mereka sudah menikah. Seonghwa termenung, tiba-tiba saja mereka sudah sah sebagai pasangan secara hukum. Seperti mimpi rasanya. Terjadi begitu saja. Lalu sekarang apa?

Seonghwa melirik ke arah Hongjoong yang sedang duduk di sebelahnya, mereka sedang makan malam sederhana bersama saksi pernikahan dan beberapa teman. Pria yang duduk di sebelahnya ini, Kim Hongjoong… Sekarang adalah suaminya.

Suaminya… Seonghwa melafalkan kata-kata itu berulang- ulang dalam hati. Mencoba membuat hatinya terbiasa. Tetapi rasanya terlalu cepat untuk membuat sesuatu yang berlangsung begitu tiba-tiba menjadi terbiasa untuk hatinya.

"Kau akan senang berada di sana, Seonghwa."

Suara Jennie mengagetkan Seonghwa dari pengamatan tersembunyinya kepada Hongjoong. Dia sedikit terbatuk dan berusaha kembali ke dalam percakapan. Mereka sedang membicarakan apa?

"Pulau itu, pulau pribadi milik Hongjoong tempat kalian akan berbulan madu nanti, adalah pulau kecil yang sangat indah, dengan fasilitas yang lengkap tentunya. Hongjoong punya rumah yang indah di sana lengkap dengan para pelayannya, ada desa kecil di bawah bukit yang hanya berisi 50 kepala keluarga, kebanyakan bekerja untuk Hongjoong. Pulau itu surga kecil yang indah, aku yakin kau akan senang di sana." Jennie menyambung perkataannya dan tersenyum kepada Seonghwa, membuat Seonghwa bingung harus menanggapi apa.

Mereka akan pergi ke pulau? Seonghwa harus menanyakan rencana Hongjoong, kalau tidak dia akan disibukkan dengan kejutan-kejutan yang tidak akan disangkanya.

"Kami akan berangkat nanti, setelah menghabiskan beberapa hari di sini. Aku ingin membuat Seonghwa terbiasa denganku dulu." Hongjoong setengah bergumam kepada Jennie, lalu dia menyentuh lembut jemari Seonghwa, yang kali ini sudah mengenakan cincin pernikahan darinya, cincin sederhana, tetapi penuh arti. "Kau akan menyukai pulauku, Hwa, kita akan tinggal di sana untuk sementara."

Seonghwa tercenung. Entahlah. Dari kata-kata Jennie, pulau itu terisolasi atau memiliki akses terbatas dengan dunia luar. Seonghwa benar-benar merasa diculik sekarang.

.

"Sekarang kita sudah bisa tidur seranjang." Hongjoong melepas dasinya dan menyampirkannya di kursi, dan menatap Seonghwa yang gugup dengan senyuman lembut. "Kalau kau tidak keberatan."

Unforgiven Hero | JoonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang