TIGA BELAS

317 41 4
                                    

Seonghwa termenung di dalam kamarnya, masih bingung memikirkan perkataan Soojin tadi. Wanita itu bilang kalau Hongjoong selalu membayangkannya ketika bercinta, selalu menyebut namanyaㅡbagaimana mungkin? Seonghwa kan tidak mengenal Hongjoong sebelum ini? Apakah Seonghwa yang dibayangkan oleh Hongjoong adalah Seonghwa yang lain?

Jantung Seonghwa serasa diremas. Mungkinkah itu? Mungkinkah pernikahan impulsif, dan semua hal yang dilakukan dengan terburu-buru ini disebabkan Hongjoong menginginkan seorang pengganti untuk Seonghwa yang dicintainya. Toh kalau dengan Seonghwa, Hongjoong tidak perlu repot-repot seperti dengan Soojin, karena namanya sama. Jadi Hongjoong tidak perlu menjelaskan apa-apa dan Seonghwa juga tidak akan tahu kalau dia digunakan sebagai pengganti.

Seonghwa mendongak ketika Hongjoong memasuki kamar, mengernyit ketika melihat Seonghwa duduk melamun di ranjang,

"Seonghwa, kau kenapa? Aku menunggumu di bawah untuk makan siang, tetapi kau tidak turun."

Jawaban Seonghwa hanya berupa desahan napas yang berat, bingung apakah dia harus menanyakan hal ini kepada Hongjoong atau tidak.

Hongjoong ikut menghela napas, dengan lembut dia melangkah dan berlutut di depan Seonghwa yang sedang duduk di atas ranjangnya, "Tentang Soojin lagi, apakah dia mengganggumu?"

Seonghwa menatap Hongjoong, mencoba mencari kedalaman hati suaminya itu di balik tatapan matanya yang lembut. Apa sebenarnya yang ada di benak Hongjoong? Kenapa dia tidak pernah tahu?

"Soojin mengatakan kepadaku, bahwa kau selalu memanggil nama 'Seonghwa' ketika bercinta, bahwa kau selalu membayangkannya sebagai 'Seonghwa'..." Seonghwa mendesah, "Dan aku berpikir, tentu Seonghwa yang kau bayangkan itu bukan aku, karena kita baru saling mengenal..."

Ekspresi Hongjoong tidak terbaca. Tetapi ia dengan lembut merengkuh tangannya dan menggenggamnya dengan erat, "Kau lebih percaya Soojin atau kepadaku sayang? Aku… Suamimu."

Seonghwa mencoba percaya. Sungguh dia mencoba. Tetapi cara Soojin mengucapkannya tadi, wanita itu sungguh- sungguh tampak terluka. Mungkinkah Soojin hanya berakting untuk menyebabkan kesalahpahaman di antara Seonghwa dan Hongjoong?

"Percayalah kepadaku dan jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh Soojin. Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu, bahwa apapapun yang terjadi seburuk apapun yang dikatakan orang, kau bisa pegang satu hal yang pasti, bahwa aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." Hongjoong menundukkan kepala dan mengecupi jemari Seonghwa, "Rasanya sangat sakit, ketika kau mencintai seseorang, tetapi tidak dipercaya. Rasanya seperti cintamu ini sampah dan dibuang begitu saja."

"Hongjoong, tidakㅡbukan begitu..." Seonghwa menggenggam jemari Hongjoong, "Aku tidak akan membuang cintamu. Aku, maafkan aku mungkin aku sedikit terpengaruh karena cara Soojin mengungkapkannya tadi begitu meyakinkan." Seonghwa menghela napas panjang, "Mulai sekarang aku tidak akan mendengarkannya lagi."

"Terima kasih, Seonghwa." Kedua mata mereka sejajar, Hongjoong yang berlutut dan Seonghwa yang duduk di atas ranjang, lalu mereka berciuman dengan lembutnya. Bibir Hongjoong melumat bibir Seonghwa dengan penuh perasaaan, membuatnya terlena.

Lidahnya menelusur pelan kemudian, mencecap rasa yang sudah lama dirindukannya, rasa yang sangat dikenalnya. Seonghwa mendesah ketika Hongjoong mendorongnya terbaring di ranjang, dengan kaki menjuntai di bawah dan Hongjoong yang berdiri membungkuk di atasnya,

"Kita tidak bisa melakukannya sekarang. Ini waktunya makan siang. Hwanwoong akan mencari-cari kita." Seonghwa berbisik dalam napasnya yang sedikit tersengal.

"Hwanwoong sudah mencari sejak tadi, lebih tepatnya mencarimu. Itu sebabnya aku menyusulmu kemari, karena kau tidak turun untuk makan siang." Hongjoong mencumbu leher Seonghwa yang menyimpan aroma khasnya yang manis, "Aku rasa Hwanwoong akan mengerti, kita kan sedang berbulan madu."

Unforgiven Hero | JoonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang