Rumah Pulang

533 55 0
                                    

“Hanya punya rumah. Namun bukan tempat untuk pulang.”

♪♪♪

Benar ya kata orang, kalo rumah tidak semuanya berwujud rumah. Contohnya bisa saja seseorang.

Tapi tidak semua orang mempunyai rumah untuk pulang. Justru terkadang ia hanya sekedar mempunyai rumah saja, namun di dalamnya seperti kosong. Hampa.

“Nggak semua orang itu punya rumah untuk pulang. Kamu enak ada pasangan, orang tua dan sahabat yang sayang sama kamu. Sedangkan aku? Bahkan satu aja nggak punya.”

Kebanyakan orang mengiyakan kalimat di atas.

Orang tua yang seharusnya menjadi pelindung kita. Ada di setiap kita sakit, mengobati luka yang ada pada diri kita, tapi justru itu sebaliknya. Bahkan luka pertama timbul pada orang tua kita sendiri.

Banyak anak yang menganggap ayah sebagai cinta pertamanya, tapi banyak juga yang menganggap sosok ayah sebagai luka pertamanya. Sehingga menimbulkan rasa trauma untuk mengenal lelaki di hidupnya.

Hidup di lingkungan yang toxic membuat kita terseret ke dalamnya. Banyak teman-teman yang berteman dengan kita namun tidak sepenuhnya ingin benar-benar menjadi teman, namun hanya memanfaatkan apa yang kita punya.

Bahkan tak sedikit, orang yang menjadi bahan bully. Entah itu karena fisik, ekonomi, derajat, pendidikan atau apapun itu. Pasti banyak dari kita yang mengalami itu, entah di masa lalu atau bahkan sampai sekarang masih mengalaminya.

Capek ya?

Kalo ditanya capek pasti capek banget. Udah capek fisik, capek batin lagi. Pengen istirahat, tidur, tapi nggak mau bangun lagi.

Melihat orang-orang yang beruntung di segala hal. Entah itu keluarga, pasangan, pertemanan, perekonomian, fisik, atau apapun itu membuat kita merasa iri dengan semuanya.

“Enak banget ya jadi kamu, cantik. Bisa dihargai banyak orang.”

“Enak banget ya jadi kamu, beli apa-apa bisa langsung minta sama orang tua. Nggak kaya aku yang harus nabung dulu, susah payah ngumpulin uang biar bisa kebeli apa yang aku mau.”

“Enak banget ya jadi kamu, punya keluarga harmonis, pasangan yang cinta sama kamu dan teman-teman yang banyak. Sedangkan aku, broken home, pasangan toxic, temen nggak ada.”

Bener ya, emang nyatanya yang nggak merasakan nggak akan tahu gimana rasa sakitnya.

Oke, tarik napas dulu yang dalam, buang perlahan.

Mereka emang nggak akan tahu gimana perasaan kamu sekarang. Tapi mereka juga belum tentu sekuat kamu.

Percayalah, tanpa kamu ketahui pasti ada seseorang yang beruntung, dan merasa bahagia karena kamu lahir di dunia ini. Kamu memang tidak mengerti siapa dia, tapi dia tahu siapa kamu.

Kalo kamu nggak punya siapa-siapa, kamu salah. Kamu masih punya Allah kok.

Bukan mau sok alim atau apa, tapi coba pikir-pikir lagi deh. Di sini yang selalu ada buat kita itu bukan manusia, tapi Allah.

Kita bahagia lupa kalo ada Allah, sedangkan kalo kita sedih, sakit, ada masalah, langsung ingat Allah.

Tau nggak sih? Allah menciptakan kamu di dunia ini bukan semata-mata cuma pengen kamu dibully, dan menghadapi masalah yang berat. Enggak sama sekali!

Sebuah GoresanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang