Saya menulis part ini bukan hanya untuk pembaca saja, namun juga tertuju untuk diri saya sendiri.
Jika ingin membaca part ini maka baca sampai akhir. Jika tidak, lebih baik tidak usah dibaca dari awal.
Pahami setiap kata yang tertulis di part ini. Dan saya ulangi lagi, bahwa part ini bukan hanya untuk pembaca saja, namun juga tertuju untuk diri saya.
°°°°°°
Di awal bulan ini tidak meminta yang lebih, karena berharap pada sesuatu yang belum terjadi sama saja melukai diri sendiri dengan perlahan.
Saya hanya akan mengajak semua untuk lebih introspeksi diri. Tidak menyalahkan orang lain, dan tidak juga menyalahkan diri sendiri.
Saya rasa kita memang sudah terlalu jauh dengan Tuhan, dan itu juga termasuk diri saya sendiri. Maka dari itu, mari kita bersama pelan-pelan untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
Bukankah hidayah itu sangat sulit untuk di dapatkan? Dan Allah hanya akan memberi hidayah pada orang-orang tertentu, orang-orang yang sangat Allah cinta.
Jika kamu merasa sudah mendapatkannya, maka genggam erat hidayah itu, karena jika sudah terlepas, akan sangat sulit untuk mendapatkannya kembali. Jika kamu merasa belum mendapatkannya, mungkin saja tulisan yang saat ini kamu baca bisa menjadi bentuk petunjuk dari Allah untuk kamu.
Iya, tulisan ini mungkin tertuju untuk kamu yang sedang mengejar atau mencari hidayah Allah.
Tidak banyak orang yang membaca ini, bahkan jika terkadang ada yang membaca tidak sampai selesai. Maka, mungkin saja tulisan ini tertuju untuk kamu.
Yuk sama-sama memperbaiki diri.
Sholat, apakah kewajibanmu sudah kamu penuhi? Jika sudah, apakah itu on time?
Ini juga menjadi teguran untuk diri saya sendiri.
Rasanya miris sekali ya. Allah memberikan semua yang kita inginkan, melindungi kita dari segala macam bahaya, membiarkan kita masih bernafas hingga saat ini. Namun untuk shalat saja kita enggan. Bahkan kerap sekali menyepelekannya.
“Ingat! Orang yang meremehkan shalat saja tempatnya neraka, itu meremehkan. Apalagi orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, itu dosa besar?” — Ustadz Adi Hidayat.
Kerap sekali kita menganggap enteng shalat. Adzan berkumandang kita masih bermain hp. Bahkan kerap menunda waktu sholat hingga sampai akhir.
Bagaimana jika kita tiada saat kita menunda shalat?
Bukankah mati tidak ada yang tahu?
“Ah, nggak mungkin. Aku sehat-sehat aja kok. Lagian aku bunda waktu sholatnya cuma tiduran, nggak mungkin kalo tiba-tiba meninggal.”
Maut. Tidak ada satupun dari kita yang tahu kapan ajal akan menjemput. Semuanya bisa terjadi secara tiba-tiba. Bahkan saat kita tiduran dan tak sengaja tertidur. Semuanya bisa saja terjadi. Jadi jangan pernah menganggap bahwa umurmu masih panjang, karena bisa saja sholat yang terakhir kamu kerjakan itu menjadi sholat terakhirmu.
Kedua, kewajiban menutup aurat. Bukankah kita sebagai umat muslim diwajibkan mengenakan jilbab? Lantas apa yang membuatmu masih mengenakan pakaian mini untuk pergi jauh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Goresan
Poesía[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Bukan cerita fiksi, melainkan sebuah motivasi. Tulisan ini ditulis bukan semata-mata hanya untuk pembaca saja. Namun, juga untuk Si Penulis. "Tidak ada suatu kebetulan. Jika kamu sudah membaca tulisan ini b...