05

54 8 0
                                    


22.12

Yoo-ri sedang di obati oleh nenek pemilik kedai tersebut. Luka luar yang dialami Yoo-ri tidak banyak, hanya saja memar di bagian pelipisnya lagi, dan di bagian hidungnya. Luka dalam yang ia dapat, hanya terasa sakit di pinggang dan leher.

"Sial, baru saja pelipis ku kena sepatu, di tambah lagi dengan tangan si haram yang menyentuh wajah ku. " Guman Yoo-ri kesal

Woomin hampir tertawa, tetapi ia menahannya. Yoo-ri yang melihat itu, langsung menatap Woomin dengan intens. "Kenapa ketawa?"

"Tidak, keselak angin. " Balasnya sambil berbatuk-batuk palsu.

Yoo-ri menghela nafas. "Kemana si pemabuk itu ? "

"Dibawa kakakmu. Sepertinya kakakmu kenal dengannya. " Kata Woomin sambil menatap Yoo-ri.

Nenek tersebut ikut berbicara. "Biarkanlah dia diurus oleh kakakmu. Yang penting sekarang keadaan mu baik baik saja. Kalau boleh, minta temanmu mengantarmu pulang. Sudah mau larut malam, tidak baik seorang wanita sendirian di jalan. " Ujar nenek tersebut sambil mengobati luka dipelipis Yoo-ri.

Woomin sedikit terkejut. "Tapi maaf nek. Aku bawa motor, sedangkan seat-nya hanya muat 1 orang saja. "

Nenek tersebut tertawa. "Gampang, nak. Nenek ada sepeda, pakai lah dulu. Nanti kau balik lagi kesini, motormu nenek jaga."

"Aku bisa pulang sendiri, lagi pula dekat. Jadi tidak usah khawatir , aku sudah besar." Sahut Yoo-ri

"sudah besar masih salah seragam, ya." Lontar Woomin membuat Yoo-ri jengkel.

Yoo-ri ingin memukul wajah Woomin yang sangat menyebalkan itu.

•••

"Antar sampai rumah ya nak. Hati hati dijalan." Ucap sang nenek sambil memakaikan shall abu abu ke Yoo-ri.

Woomin yang sedang menaiki sepeda menganggukkan kepalanya pelan, sesekali memberi senyuman kepada nenek itu.

Kakinya mengayuh pelan pedal sepeda. Sesekali menyeimbangkan keseimbangannya.

"E-eh, yang bener dong! jangan goyang gitu. " Ceplos Yoo-ri yang dirinya merasa ingin jatuh

"Banyak omong. Pegangan saja kalau tidak mau jatuh." Balasnya sinis

Yoo-ri perlahan memegang sedikit baju Woomin. Ia menjepit baju Woomin dengan jari telunjuk nya dan ibu jari nya.
Woomin acuh tak acuh mengetahui hal tersebut .

"jangan ngebut, sepeda nya bunyi terus. " Sahut Yoo-ri

"Biar saja, sudah tua ini. kalau jatuh kan kita berdua yang jatuh. " Balas Woomin meledek

"Kau saja. aku akan lompat duluan. " Yoo-ri tidak mau mengalah.

Woomin tertawa kecil. "Mana bisa begitu. "

"Bisa, mau coba sekarang? " Tantang Yoo-ri

Woomin langsung mengerem mendadak dan membuat wajah Yoo-ri terbentur kasar ke punggung Woomin.

"ADUH!" teriak Yoo-ri

"Yang bener saja kau ingin melompat?. " Tanya Woomin sambil menengok kebelakang

Yoo-ri memukul punggung Woomin dengan kencang. "Bodoh! siapa juga yang ingin melompat dari sepeda ini. "

Woomin hanya bingung sembari menggaruk kasar kepalanya. Ia langsung melanjutkan perjalanannya sambil mengayuh pelan pedalnya.

•••

"Kenapa melawannya? " Seung Ho menarik kerah baju lelaki yang sempat bertengkar dengan Yoo-ri.

"A-ampun, sa-saya mabuk. Arah diri saya tidak teratur. " Balas nya terbata bata setiap kata. Darah menetes satu persatu dari hidung nya. Dirinya habis di pukuli oleh Seung Ho.

"B*ngsat! sekali lagi kau buat onar disini, apalagi melibatkan adikku, enyah kau." Seung Ho mendorong lelaki tersebut hingga jatuh.

Lelaki itu merintih kesakitan. Ekspresi yang tertanam di wajah Seung Ho sangat intens dan penuh kekesalan.

"Besok pagi, temui aku dengan bos-mu itu. " Lanjut Seung Ho dan kemudian pergi meninggalkan lelaki yang keadaannya sudah tidak karuan itu.

•••

Awan terlihat gelap, namun cahaya rembulan membantu menyinari nya. Ditambah dengan angin sepoy-sepoy yang membuat suasana seperti berada di bawah masalah.

Yoori menurunkan pelan kakinya. Woomin menahan ketegakan sepeda tersebut saat Yoo-ri turun.

Perempuan itu melangkah kedepan tanpa mengucapkan sesuatu ke Woomin.

"Hey." Teriak Woomin pelan

Yoo-ri menoleh. "Hm? "

Woomin menegakkan badannya dan memasang wajah yang serius "Terimakasih? susah sekali lisan baik keluar dari mulutmu. '

"Terimakasih." Yoo-ri mengangkat tangannya dan melambaikannya pelan.

Yoo-ri tersenyum tipis di akhir kata. "Jaga diri. kawasan sini banyak orang aneh, termasuk aku. " Ucapnya dan kembali melangkah masuk ke rusunnya.

Woomin hanya membalas menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis.

who is sincere?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang