06

56 7 0
                                    

  Cahaya matahari pagi ini sangat terik. Karena hujan di malam tadi sangatlah deras. Pagi ini Seungho sudah meninggalkan rumah lagi, tanpa di ketahui Yoo-ri.

"Siapa yang memalakmu? " Tanya Seungho pelan kepada penjual yang berada di pasar.

Seorang ibu yang umurnya setengah abad itu menjawab pertanyaan Seungho dengan gemetar. "S-saya tidak tau mereka siapa. "

"Jawab saja." Balas Seungho penuh penekanan

Ibu tersebut langsung mendeskripsikan seseorang tersebut sambil gemetar. Dirinya mengeluarkan keringat dingin seperti ingin di tindas. Jiwoo, teman dekatnya Seungho menenangkan seorang ibu tersebut.

"It's okay madam. Jangan tegang begitu, kami tidak jahat. Kami hanya ingin pasar ini kembali tentram seperti semula, tidak ada pemalakan berlebihan serta kekerasan. tapi, bayar sewa tetap berlaku. " Tuturnya dengan senyuman di akhir.

Seungho menoleh kearah Jiwoo. "Urus disini, aku pergi sebentar." Tanpa keterangan dengan jelas, Seungho pergi begitu saja.

"Lapak sebelah saya, kemarin dipalak dan di pukuli. karena tidak mau mengeluarkan uang. Padahal yang sewa sudah mereka bayar." Jelas Sang Ibu tersebut yang sedang duduk bersama Jiwoo

Jiwoo dengan tatapan tenangnya menjawab perkataan ibu tersebut. "Bagaimana kabar nya sekarang? apakah parah? "

Ibu tersebut mengangguk. "Lengannya patah, uang nya diambil paksa. mereka jadi tidak nyaman berjualan disini. Kalau saya harus bertahan, karena kalau tidak, anak saya tidak bisa bayar uang sekolah dan keperluan lainnya . "

Jiwoo mengusap punggung ibu tersebut. "Saya pastikan disini aman kembali. Katakan ke saya kalau ada masalah disini ya. "

•••

Suasana kelas kali ini sedang sangat sepi. Datangnya guru killer membuat semua anak murid terdiam.

Guru lelaki tersebut berbatuk pelan. "Hari ini bu Lee tidak masuk. Tolong ketua kelas mengambil tugas di kantor. Jangan berisik dan jangan keluar. " Jelasnya sambil bertolak pinggang.

Guru lelaki yang memakai baju training tersebut mengalihkan pandangan nya ke anak murid yang lain dan terpaku pada Yoo-ri. Terlihat sangat beda penampilannya.

"Hey, kenapa wajahmu? " Tanya guru tersebut dan berjalan menghampiri Yoo-ri.

Semua tatapan anak kelas tertuju kearah Yoo-ri.

"Jatuh." Balas Yoo-ri singkat

Guru itu sedang berdiri tepat di samping kanan Yoo-ri. Ia memerhatikan Yoo-ri dengan sangat intens. Dari mulai tatapan dan gerak geriknya.

"Nanti mohon bicara sama saya di ruang saya. " Tuturnya.

Yoo-ri menoleh kearah guru tersebut. "Apa yang harus dibicarakan? sudah dibilang saya jatuh. "

"Lukamu seperti tidak menandakan jatuh. " Guru tersebut seperti tidak percaya dengan kata yang keluar dari mulut Yoo-ri.

"Saya ja-

" Kemarin dia jatuh pak. Kebetulan ada saya, jadi saya menolongnya. " Sahut Woomin yang duduk tepat di belakang Yoo-ri

Si mullet itu tahu bahwa Yoo-ri sedang berbohong. Ia mencoba untuk membuat Yoo-ri tidak banyak dipertanyakan oleh guru tersebut.

Guru berpakaian training itu terdiam. "Um baik. " Balasnya dengan penuh ketidakpercayaan. Tatapan nya terus berpaku pada Yoo-ri dan kemudian pergi meninggalkan kelas.

"Hey." Panggil seseorang lelaki dari arah kanan Yoo-ri.

Yoo-ri tidak menoleh dan menjawab nya.

"Hey!" Panggilan kedua ini juga tidak disahuti Yoo-ri.

who is sincere?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang