Secangkir gelas putih berisi Matcha latte mengalihkan pandangan Yoo-ri dari seisi ruangan ini. Matanya terbuka lebar dengan tenggorokan yang naik turun."Punya ku, jangan diminum. " Teriak pelan Seungho dari arah dapur.
Dia benar benar kakak laki laki yang sangat pelit.
Yoo-ri berdecak kesal. "Kenapa kau beli bubuk Matcha hanya sebungkus sekali seduh saja!? Sudah tau adik mu yang cantik ini menyukai sekali minuman hijau ini. " Balasnya dengan rayuan yang menggelikan.
Seungho pun memasang wajah kegelian tanpa henti. Dirinya sedang sibuk membuatkan makan malam untuk adiknya dan juga dirinya.
"Hei. Banyakin saja minum air putih, anak remaja seusia mu nggak boleh minum manis terus, apalagi bubuk instan seperti ini. " Ledek Seungho sambil membawa hidangan makanan kearah Yoo-ri.
Yoo-ri mengelak. "Yang tua juga, kurangin minum minuman seperti ini. Kau mau mengidap penyakit diabetes? Biasanya sih yang sering kena diabetes orang orang tua seperti mu. "
Seungho menatapnya tajam dan membuat Yoo-ri menelan ludah. "Karena itu, diabetes di mulai dari remaja seperti mu yang makan dan minum sembarangan. "
Seungho benar benar tidak mau kalah.
"Ya sudah kalau gitu aku gak mau makan malam ini." Yoo-ri memasang wajah kesal.
Seungho menggaruk tengkuk lehernya. "Duh, ya sudah makan dulu, Matcha nya nanti ku sisa kan. "
•••
Secarik kertas yang ditumpuk oleh cokelat putih dengan kemasannya yang berwarna pink fanta itu berada tepat diatas meja Woomin.
Woomin mengerenyitkan dahinya dengan tatapan datar.
"Siapa yang menaru disini? " Ucap Woomin kepada teman sebrang kanannya. Temannya hanya mengangkat bahu saja.
"Ya Hyunwook, " Panggil Woomin
Hyunwook menoleh kebelakang, melihat kearah sumber suara, ternyata suara tersebut dari teman nya yang berbeda barisan itu.
"Ada apa? " Jawabnya dengan tatapan polos.
Woomin mengangkat barang yang ada dimejanya tersebut, menunjukkan kearah Hyunwook. "Punya mu, nih. Ada di meja ku. "
"Apa itu? " Tanya nya kepo.
"Surat dari penggemar mu, kali. Dia menaruhnya di mejaku. "
Hyunwook berdiri dari tempat duduknya dan segera menghampiri Woomin. Ia mengambil surat itu serta coklatnya. Ia kembali duduk di meja asalnya. Dengan cepat ia membuka surat itu, matanya melebar saat ia mengetahui ada nama seseorang di dalam kertas itu.
Ia tertawa.
Hyunwook menjadi perhatian satu kelas itu. Ia berdehem kencang. "Lucu sekali surat ini. " Ledeknya.
"Hi, aku menganggumi mu diam diam selama ini. Dengan penampilan dan aura mu yang sangat kuat, itu membuat ku tergila-gila. Aura misterius mu yang membuat diriku ingin tau banyak hal tentangmu, Woomin." Hyunwook membaca lantang seperti membaca puisi.
Sesekali disahuti oleh tawa teman sekelasnya. Woomin dengan cepat bangun dari tempat duduknya dan lari kearah barisan Hyunwook. Ia mengambil paksa surat itu.
"Apa apaan ini? " Ia mengambil nya dan kembali duduk. Woomin sangat malu, telinganya terlihat merah.
Yoo-ri yang tepat berada didepannya pun tertawa. "Surat cinta di pagi hari, ya? " Yoo-ri tidak bisa berhenti tertawa.
Woomin geram, wajahnya semakin memerah. Ia reflek memukul pelan kepala Yoo-ri dengan kertas yang ia pegang. "Diam, kau nggak diajak. "
Yoo-ri menoleh kebelakang. "Wajah mu merah, jangan sok galak gitu, ah. " Ledeknya yang membuat Woomin semakin terkubur dalam penyesalannya memberikan surat itu ke Hyunwook.
Woomin mengira kalau surat itu milik Hyunwook. Karena hampir tiga minggu sekali Hyunwook menerima surat cinta dari penggemar nya. Padahal Hyunwook bukan idol atapun lainnya. Hanya saja dirinya yang sangat beken di sekolah ini karena mengikuti banyak kegiatan ekstrakurikuler.
"Woomin, makasih ya coklatnya, ku makan saja. " Teriak Hyunwook dari barisan sebrang yang sedang mengunyah cokelat putih itu.
•••
Lelaki berambut coklat dengan gaya mullet itu, berjalan pelan kearah barat. Dengan tatapan datarnya bak aspal, dia pun memberanikan diri menemui perempuan yang sedang tertidur di taman. Diatas bangku kayu panjang itu terdapat diri perempuan itu dan botol kemasan susu vanilla.
"Hei." Panggil Woomin dengan nada pelan
Perempuan itu sama sekali tidak menggubris nya, ia benar benar terlelap dalam tidurnya. Woomin sudah memberi aba aba ingin mempukul pelan pipi nya agar terbangun, tapi niat nya itu pun dihempas berat dengan hatinya.
"Ya! kau tidur sampai ilaran." Teriaknya dengan nada yang sedikit di naikkan.
Perempuan itu dengan panik langsung terbangun begitu saja. Ia terduduk dengan tatapan serius menoleh kearah Woomin.
"Ileran? demi apa? " Ia sesekali mengelap mulutnya tersebut.
Padahal yang sebenarnya, tidak ada sama sekali air liur yang menetes dari mulut nya saat ia tertidur tadi. Woomin tertawa kecil.
Yoo-ri kesal, ia menarik kerah baju Woomin dipenuhi dengan amarahnya. "Maumu apa sih?"
Woomin terkekeh kecil sambil menolak pinggangnya. Yoo-ri langsung melepaskan kerah baju Woomin yang ia tarik.
"Ganggu saja. " Ucap Yoo-ri sembari melangkah pergi menjauh dari Woomin.
Si mullet itu dengan cepat memanggil perempuan judes itu. "Yoo-ri."
Yoo-ri menoleh pelan kebelakang. "Apa lagi?"
Woomin mengusap tengkuk lehernya. Terlihat dari raut wajahnya seperti malu untuk mengatakan sesuatu.
"Anu, nanti malam aku tunggu di kedai waktu itu, ada yang mau ku tanyakan."Yoo-ri hanya mengangguk pelan. "Kalau sempat." Kemudian ia pergi melangkah meninggalkan obrolan tersebut.
"Kenapa seperti orang gugup? Tolol sekali." Woomin memaki dirinya sendiri.
•••
Hi all !
Maaf telat update yaa °^°
aku akhir akhir ini sibuk kerja plus lembur. Next nya ku usahakan update cepat ෆ╹ .̮ ╹ෆ
KAMU SEDANG MEMBACA
who is sincere?
Teen FictionShin Yoo-ri berjuang bersama kakak laki-laki nya untuk tetap menjalankan hidupnya. Tinggal di sebuah rusun mungil tidak masalah untuk mereka. Munculnya berbagai masalah yang tiada henti di hidupnya, membuat semua masalah tersebut menjadi pembelajara...