07

48 8 0
                                    


Angin bertiup kencang. Pantulan cahaya dari sela sela pohon terpantul ke arah permukaan jalanan beraspal itu. Terlihat seorang anak kecil yang sedang bermain di taman bersama seorang pria berbadan ideal.

"Jiwoo-ya, ayo. " panggil pelan Seungho.

Jiwoo menoleh. "Sebentar, hyung."

Seungho terdiam sejenak. Jiwoo yang dikenal Seungho memiliki hati yang sangat lembut. Entah kenapa bertolak belakang dengan perkerjaannya saat ini. Jiwoo yang dikenal sebagai pemberontak namun berbeda dengan perilakunya kali ini. Jiwoo sudah dianggap keluarga sekaligus teman baiknya Seungho.

"Jadi ingat keponakanku. sudah lama aku berpisah saat ia masih sekecil ini. Kira kira sudah sebesar apa ya? " ucap Jiwoo kepada Seungho sembari bermain bersama anak itu.

"Keponakan mu laki-laki? " tanya Seungho

"bukan, perempuan. Aku dipisahkan oleh kakakku saat aku berumur 17 tahun. Dan aku dirumah hanya tinggal bersama ayahku saja. ibu ku ikut pergi dengan kakak ku bersama anaknya." Jelas nya sambil tersenyum.

"Entah kemana mereka. " Lanjutnya.

Seungho mendengarkan cerita tersebut dengan tatapan yang datar namun hangat. Seungho teringat jalan kehidupannya saat ini, dimana ia hanya tinggal dengan adik kesayangannya tanpa ada arahan orang tua.

"Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan." sahut Seungho

Jiwoo menoleh kearah Seungho.

"Aku, juga rindu orang tua ku. Tapi untuk apa aku mengharapkanya kembali, jika dia tidak mengharapkan aku ada? -

sulit jika di bilang ikhlas. Tapi sudah ku jalani kehidupan baru ku dengan seseorang yang berharga di dalam dihidupku saat ini. Bahagia, sedih ku jalanin bersama Yoo-ri. " Jelasnya dengan penuh ketulusan kata yang keluar dari mulutnya.

Jiwoo tercengang beberapa detik. Melihat temannya yang cuek tersebut bercerita.

"Maaf jika membuatmu sedih. Kalau boleh tau, kenapa bisa kau hanya tinggal berdua dengan Yoo-ri? " Tanya Jiwoo dengan ke-penasarannya itu.

"Entah. Ibu ku meninggalkan ku bersama adikku di taman seperti ini. Dia tidak kembali. Ayahku bekerja di luar negeri, dan sampai saat ini juga, aku tidak pernah melihat nya, bahkan aku lupa dengan wajahnya. saat itu umurku masih 14 tahun, dan Yoo-ri sekitar 7 tahunan. kami diasuh oleh nenek kami sebelum ia meninggalkan kami juga. "

Jiwoo memasang wajah yang sangat serius serta dengan tatapan tulusnya untuk mendengarkan cerita Seungho. Dirinya menjadi lebih terbuka saat ini. Jiwoo tertawa sementara, memecahkan keheningan tersebut. "Terimakasih hyung. Ternyata ada yang lebih menyedihkan dari hidup ku ya, haha." Ujarnya sambil bercanda kecil.

"banyak." Balas Seungho singkat

Seungho langsung berdiri, dirinya lelah karena sudah duduk hampir setengah jam untuk menunggu Jiwoo bermain dengan anak kecil itu. "ayo, masih banyak pekerjaan lain yang harus di urus." Ujar Seungho

Jiwoo merenggangkan sendi-sendi badannya, menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

"Jaga dirimu baik baik ya!" pesan Jiwoo kepada anak itu.

•••

"Mana setoran?" tanya seorang pria berkemeja musim panas berwarna biru laut.

Sesekali pria itu memukul wajahnya serta kepalanya menggunakan buku tebal.

"Tidak bisa bicara ya?" pria itu terus bertanya dan memukulnya

who is sincere?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang