Part 3 - Bingung

918 71 8
                                    

Kedatangan Ibunya membuat Tama merasa enggan di dalam rumah. Pria itu juga menatap sendu Wina yang memaksakan diri bersikap baik-baik saja. Padahal Wina tadi pagi mengeluh pusing.

"Baju Khafi dicucinya disantuin sama baju kalian?" Tanya Ajeng saat melihat Tama memasukkan pakaian kotor milik Khafi ke dalam mesin cuci.

"Kadang-kadang," Jawab Tama.

Ajeng menepak pundak putra sulungnya itu. "Kamu ini! Kulit bayi itu sensitif, jadi jangan pake sabun cuci biasa. Harus dipisah nyucinya."

"Iya, Bu."

"Iya iya aja. Kamu harusnya cari tahu cara ngurus bayi, apalagi sekarang ada internet."
Tama kali ini diam mendengarkan celoteh ibunya. Matanya melirik ke arah Wina yang tadinya hendak melangkah ke arah dapur, menghentikan langkahnya dan langsung kembali ke dalam kamar. Istrinya itu tak berniat sama sekali untuk  menolongnya.
_______

"Wina kayaknya kecapean banget. Selama ini kamu nggak bantu-bantu kerja rumah, Tam?" Tanya Ajeng yang baru keluar dari kamar.

"Tama bantu, Bu. Malah kadang aku yang ngerjain semuanya," jawab Tama yang tak ingin dicap ibunya sebagai suami yang tak bertanggung jawab.

"Bagus, kalau gitu mah. Kalau Kahfi sama Wina dibawa sama Ibu ke Majalengka gak papa kan?"

"Ngapain?"

"Ya, biar deket aja. Kalau di sana kan ibu bisa urus Kahfi juga. Wina juga gak akan terlalu cape kayak sekarang."

"Hmm.." Tama berpikir sejenak, gak ada salahnya juga dengan itu. Mungkin Wina juga bisa istirahat di sana, karena ada yang mengurus Kahfi. "Aku tanya Wina dulu."

"Oke, sebenernya ibu cape bulak balik ke sini. Tapi mau gimana lagi. Ibu kangen banget sama cucu ibu."

"Ya udah, ibu tinggal di sini aja."

"Kamu ini, bapak sama Galang gimana?"

"Ya, bapak sama Galang udah gede ini, bu."

"Yehh.."

"Ibu mau nginep di sini atau nginep di Tante Hera?"

"Di sini aja."

"Oke." Tama beranjak dari sofa, dia melangkah masuk ke dalam kamar. Segera menghampiri istrinya yang saat ini sedang berbaring menyusui putranya.

"Win," panggilnya pelan.

"Hm?" sahut Wina melihat ke arahnya.

Tama menatap istrinya itu lama sambil mengusap rambutnya perlahan.

"Kenapa A?"

"Perut kamu masih sakit?" tanya Tama.

Wina mengangguk. "Tapi gak separah kayak tadi pagi."

"Besok senin, kita periksa ke dokter."

"Gak usah, A. Nanti juga ilang."

"Tapi.."

"Aku gak papa, A."

"Ohya, barusan ibu bilang mau bawa Kahfi sama kamu ke Majalengka. Kamu setuju engga?"

"Engga mau," tolak Wina langsung. "Aa niat ngebuang aku sama Kahfi?"

"Engga maksud gitu. Aku mikirnya ini baik juga buat kamu, biar kamu gak begadang lagi. Kamu juga bisa istirahat karena ibu bisa bantu jaga Kahfi. Kalau di sini kan, aku sibuk kerja jadi gak bisa bantu banget kamu."

"Aa aneh aja. Gak mau ah. Kalau gitu mending aku tinggal sama Mamah aku."

"Ya udah, nanti aku bilang ke ibu."

Wedding Invitation 2 : AdjustmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang