Part 4 - Tak terkendali

842 53 9
                                    

Ceritanya udah buluk bangett, karena gak di lanjut. 😂

"Kenapa kamu nangis? Perut kamu masih sakit? Sakitnya parah banget? Ya udah, sekarang kita ke dokter aja yuk," kata Tama sambil berdiri dan menarik tangan Wina.

Wina menarik tangannya. "Engga sakit apa-apa."

"Terus, kenapa nangis?"

"Nggak tau. Pengen nangis aja."

"Ha?"

Wina memeluk Tama dan malah menangis lagi. Hal ini membuat Tama semakin bingung.

"Kenapa, sayang?" Tanya Tama dengan nada lembut.

"A, kayaknya aku gagal deh jadi Ibu."

"Engga, sayang. Kamu gak gagal."

"Tapi.."

"Kita belajar sama-sama. Pasti bisa." Tangan Tama berulang kali mengelus pelan rambut Wina. "Udah sekarang, jangan nangis lagi."

Wina menunduk. "Maaf, A. Aku udah bikin repot Aa selama ini?"

"Engga, Win."

"Harusnya Harusnya Aa gak nikah sama aku. Harusnya aku gak ngajak Aa nikah." Wina kembali memeluk suaminya.
_______

Wina memainkan jemari putranya-Khafi. Matanya menatap Khafi yang saat ini sedang menyusu padanya. Tiba-tiba Wina merasakan sakit pada payu**ranya dan Khafi langsung menangis.

"Aduh, sayang. Masih lapar yahh.." Sedihnya sambil beranjak dan menidurkan Khafi di atas matras kasur yang berada di ruang TV. Dirinya langsung bergegas menuju dapur dan membuatkan susu formula untuk putranya tersebut.

Pikirannya mulai runyam kembali dan agak kecewa dengan dirinya sendiri. Air mata tiba-tiba menetes pada pipinya. Wina menghela nafasnya sambil menghapus air matanya.
"Kamu kenapa sih, Win?" Kesalnya pada diri sendiri. Akhir-akhir ini, dia sangat mudah menangis. Lebih parah dengan kondisi saat dia hamil Khafi.

Wina menghampiri Khafi yang masih menangis. Begitu dot susu masuk pada mulut Khafi, tangisan bayi itu langsung berhenti. Ternyata benar kalau Khafi masih lapar.

"Maafin Mamah yah dek," kata Wina sambil mengelus rambut tipis Khafi, lalu menciumnya.

Tak lama kemudian, kedua mata Khafi tertidur dengan pulasnya. Wina beranjak perlahan, dia berniat untuk membereskan rumah.
_______

"Assalamu'alaikum.." Suara samar terdengar di telinga Wina diiringi dengan ketukan pintu.

Wina yang saat ini sedang menyetrika pakaian langsung melangkah untuk membukakan pintu.

Pintu rumah ia buka dan dia mendapatkan Ibunya, Kak Karin, Zahra, dan Yuli.

"Mamah.." Wina memeluk sang ibu dengan haru. Lalu tangisnya pecah begitu saja.

Semuanya kebingungan dengan sikap Wina itu.

"Pantesan suami kamu minta Mamah buat ke sini," kata Karin.

"Ihh.. Ateu cengeng," ejek Zahra-ponakannya.

Heni menepuk-nepuk punggung Wina dan itu membuat Wina agak tenang.
_____

"Masa sih kamu baby blues, Win," kata Karin saat setelah mendengar curhatan adiknya. "Tapi kan biasanya baby blues itu pas awal-awal lahiran."

"Nggak tau.." Wina juga bingung dengan kondisinya.

"Ya udah, nanti besok periksa aja ke dokter."

"Sendirian?"

"Sama Tama bisa kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wedding Invitation 2 : AdjustmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang