Prolog

1.1K 56 8
                                    

"Gak mungkinkan, A?" Mata seorang wanita menatap nanar sang suami.

Tama—Sang suami menghela nafas beratnya dan mengusap wajahnya. "Kita periksa besok."

"Aku gak mau," tolak Wina—istrinya.

"Kenapa?"

"Pokoknya gak mau. Gak siap. Aku belum siap A. Sakitnya itu masih kebayang."

"Terus mau gimana lagi?" Tanya Tama yang bingung. Dia sejujurnya kaget saat Wina mengatakan kalau dirinya hamil lagi. Apalagi anak mereka masih berumur empat bulan saat ini dan mereka terkadang kewalahan mengurusnya. Ralat, maksudnya bukan mereka, lebih tepatnya Wina. Tapi Tama juga terkena dampaknya.

"Gak usah dulu. Mungkin ini aku lagi masuk angin aja. Yaa.. Cuman masuk angin. Apalagi aku jarang tidur malem." Wina mencoba meyakinkan dirinya.

Tama mengiyakan. Ya, dia harus yakin seperti itu juga. "Oke."

Suara samar tangisan bayi terdengar, keduanya otomatis bergegas menuju kamar. Tama memangku bayi mereka— Khafi. "Kamu lanjut makannya, biar aku yang urus Khafi dulu."

"Makasih, A," kata Wina.

(Silahkan baca cerita sebelumnya "Wedding Invitation" Di profil saya)

Wedding Invitation 2 : AdjustmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang