Drabbles, oneshots, scenarios, anything featuring Hwang Yeji with +×+'s Choi Line.
[bxg, but it will probably contain a little bit of bxb and gxg as well, Bahasa Indonesia]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Jangan bandel, kalo ada apa-apa bilang sama Bang Yeonjun, dengerin kalo dia kasih tau. Apa lagi ya?” Soobin mengingat-ingat. “Oh, jangan nyalain kompor, jangan masak, jangan manjat pohon.”
Yeji mengangguk mengerti. Atau setidaknya Yeonjun harap begitu, tidak seperti saat ia mengajarkan gadis itu matematika.
Yeonjun beranjak untuk membuka pintu depan ketika bel berbunyi.
“Halo, Bang,” sapa Beomgyu sebelum melangkah masuk. “Soobin udah siap?”
“Udah, dia lagi kasih wejangan buat Yeji.”
Beomgyu tertawa kecil. Laki-laki berparas cantik itu mencari keberadaan Soobin dan Yeji.
“Hai, hai.”
“Oh, Gyu. Sebentar, gue tinggal ambil jaket.” Soobin berjalan menuju kamarnya.
“Beomgyu, Yeji gak boleh ikut,” Yeji mengadu dengan bibir mengerucut.
“Ya gak boleh, Ji, kan ini kerja, bukan mau main.” Beomgyu menepuk-nepuk kepala Yeji. “Taehyun juga gak ikut kok, gue titipin ke Ryujin. Nanti kalo lo mau, ajak aja mereka main ke sini, sekalian suruh bawa Chaeryeong juga.”
“Dibanding mereka yang ke sini, mending Bang Yeonjun yang ajak Yeji ke sana,” ujar Soobin yang kini telah memakai jaketnya. “Gue khawatir sama rumah gue kalo mereka semua main ke sini. Terakhir mereka ngumpul, gue harus beli gorden sama sofa baru.”
Beomgyu tergelak. Ia menoleh ke arah Yeonjun. “Tenang, Bang, selama gak kebanyakan makan yang manis-manis, mereka gak bakal hiperaktif kok. Jangan ketakutan gitu mukanya.”
“Ya gimana, ini pertama kali gue ngurus hybrid, gue gak tau bisa apa gak,” Yeonjun memberi alasan.
“Pasti bisa lah, Yeji gak banyak tingkah kok. Ya kan, Ji? Lo bakal jadi anak baik kan, gak bakal bikin masalah?” Soobin mencubit pipi Yeji pelan.
“Gak bakal, Yeji anak baik,” ujar Yeji yakin.
“Semoga omongannya bener,” gumam Yeonjun, tidak terdengar oleh siapapun.
*
“Yeonjun, Soobin kapan pulang?”
Sepertinya Yeonjun menemukan hobi baru ketika sedang bersama Yeji: menghela napas. “Ji, mereka baru pergi dua jam yang lalu. Biasanya Soobin ninggalin lo ke studio aja lebih lama dari ini.”
Yeji tidak bereaksi. Ia tetap berdiri sambil menatap ke luar jendela.
“Lo bosen? Mau main ke luar?” tanya Yeonjun, yang hanya dijawab dengan gelengan singkat. “Duduk sini, kita nonton film aja. Lo suka nonton apa?”
“Sailormoon, tapi filmnya gak ada di TV besar, adanya di TV kecil, TV kecilnya dibawa Soobin.”
“Hah?”
“Ih, biasanya Yeji nonton Sailormoon di tiptop, Yeonjun!” ujar Yeji kesal, seolah Yeonjun yang bersalah karena tidak mengerti ucapannya.
“Laptop, Yejiii.” Ya Tuhan, tolong beri Yeonjun kesabaran ekstra. “Pake laptop gue aja, gue ambil dulu di tas, lo duduk situ.”
Yeji menurut, mengambil tempat di lantai dengan punggung bersandar ke sofa. Matanya mengikuti pergerakan Yeonjun yang menyimpan laptopnya di atas meja lalu menyalakannya.
“Kalo gambarnya gunung, ada film Sailormoon-nya juga? Yeonjun, Yeji gak jadi nonton, mau main game aja, ada gak? Yang ada kucing sama kue-kue itu, apa ya namanya?”
Ini belum satu hari, Yeonjun bahkan belum melakukan apapun selain mengobrol dengan gadis separuh kucing di sampingnya, namun ia merasa energinya sudah terkuras.
Soobin benar-benar berhutang banyak padanya.
***
a/n:
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yeji waktu ngambek gara-gara gak boleh ngerjain soal matematika pake kaligator.