Double update because today is a special day. Yay!
---Yara yang sedang berjalan keluar dari kampusnya menghentikan langkah ketika netranya menangkap sebuah mobil yang terparkir di seberang jalan. “Satya?”
Seolah bisa mendengar suaranya dari kejauhan, laki-laki yang duduk di belakang kemudi itu menoleh. Melihat Yara, dengan terburu-buru ia turun dari mobilnya lalu berlari mendekat.
“Hei, hati-hati! Astaga, ngapain sih harus lari-lari sega—eh!” Yara terkejut kala Satya memeluknya dengan erat. “Satya? Ada apa?”
“Maaf,” bisik Satya, semakin membuat Yara kebingungan.
“Kenapa minta maaf?”
Melepas pelukannya, Satya menatap gadis di hadapannya. “Aku baru tau kalo kamu jatuh dari tangga terus kaki kamu keseleo, baru tau juga kalo aku udah bikin kamu nangis. Kenapa gak cerita, Ra? Maafin aku ya.”
“Ah, pasti Kak Jay yang bilang. Dari kemarenan juga kakiku udah sembuh kok. Soal aku nangis, gak usah dipikirin, kan masalahnya udah kita omongin, udah beres.” Yara tersenyum memandang wajah sendu Satya. “Gak apa-apa, Sat, beneran deh. Kamu kenapa ada di sini? Katanya ada technical meeting buat balapan berikutnya?”
“Gak, aku batalin, gak ikutan dulu buat kali ini. Pulang, yuk.” Satya merangkul Yara, mengajak perempuan itu menuju mobilnya. “Aku punya sesuatu buat kamu, ada di kursi belakang.”
“Apaan? Bikin penasaran aja.” Masuk ke dalam mobil, Yara segera mencari apa yang dimaksud Satya. Matanya berbinar menemukan kantong plastik besar yang terisi penuh. “Cemilan?”
“Iya, kan katanya kamu keabisan snack buat temen nugas.” Satya membantu Yara mengambil kantong plastik itu, membiarkan sang gadis memeriksa isinya.
“Wah, banyak! Kesukaanku semua lagi, kok kamu bisa tau? Boleh buka ini sekarang?” Yara menggoyang-goyangkan sekantong keripik kentang, menunjukkannya pada Satya.
“Buka aja, kan emang buat kamu. Ya tau lah, kita pacaran bukan baru sebulan dua bulan, masa aku gak tau cemilan yang kamu suka?”
Yara tersenyum, membuka keripik kentangnya dengan semangat. “Makasih ya, udah mendukung dan mensponsori minatku di bidang cemil-mencemil,” ujarnya sebelum menyuapkan keripik ke mulutnya.
Pemuda di sampingnya terkekeh. “Kamu lucu, cuma dikasih snack aja senengnya kayak dibeliin hadiah mahal.”
“Kamu gak tau apa kalo ini tuh sumber kebahagiaanku.” Yara memeluk kantong plastik yang masih berada di pangkuannya. “Yang ngasihnya juga orang yang bikin aku bahagia, jadi bahagianya dobel-dobel.”
“Yara.”
Mata Yara membola saat Satya mencondongkan tubuhnya untuk mencuri sebuah kecupan dari bibirnya. “S-Satya, ini masih di lingkungan kampus, kalo ada yang liat gimana? Mending kalo mahasiswa, kalo dos—”
“Aku sayang kamu, Ra.”
Yara mematung mendengar ucapan yang tiba-tiba dari Satya. “Apa sih, aku jadi deg-degan ini, pake kalimat pembuka dulu harusnya. Tapi ... aku juga sayang kamu.”
Satya tertawa saat Yara menunduk malu. “Lucu, pacarku paling lucu, gak ada yang ngalahin.” Ia mencubit pipi gadisnya gemas.
“Satyaaa ....”
“Pulang sekarang?” tanya Satya setelah tawanya mereda, diikuti anggukan Yara.
“Sat.” Yara menengok ke arah Satya yang tengah fokus mengemudikan kendaraannya. “Kamu tau kan kalo aku gak pernah nonton kamu balapan bukan karena aku gak dukung hobi kamu, tapi aku beneran gak berani liat kamu kebut-kebutan kayak gitu. Kan malu-maluin kalo aku panik atau pingsan pas nonton.”
Tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan, satu tangan Satya mendarat di kepala Yara kemudian mengacak rambutnya. “Kamu bahas ini gara-gara Chelsea nonton aku waktu itu?”
Yara tidak menjawab.
“Ra, nunjukkin kalo kamu ngedukung aku gak perlu pake cara dateng tiap aku balapan. Ya iya, aku bakal seneng kalo kamu nonton, tapi dengan kamu gak nyuruh aku berhenti balapan padahal aku selalu bikin kamu takut dan khawatir, itu udah bentuk support yang luar biasa buatku,” tutur Satya, sedikit memperlambat laju mobilnya agar dapat menatap Yara beberapa saat. “Jangan dipikirin lagi ya.”
“He em. Udah, nyetir yang bener.” Yara mendorong pipi Satya dengan jari, membuat kekasihnya itu kembali menatap ke depan. “Suatu saat aku pengen bisa dateng nonton kamu, meski cuma sekali.”
“Tuh, kamu punya niat kayak gitu aja udah bikin aku seneng banget. Gak usah maksain, aku ngerti kok.”
Senyum manis menghiasi wajah Yara. “Aku beruntung ya punya kamu.”
“Aku bisa bilang hal yang sama buat kamu.” Satya ikut tersenyum. “Mimpi apa coba aku bisa dapetin pacar seorang Yara Ainayya.”
“Mimpi dikejar-kejar Si Buta dari Goa Hantu.”
“Eh buset, serem amat. Emang kamu pernah mimpi kayak gitu?” tanya Satya ingin tahu.
“Gak, tapi waktu itu pernah mimpi serem, jadi ceritanya ....”
Percakapan keduanya pun kembali mengalir.
*
“Lo pernah gak, ngerasa dilema? Kayak lo pengen usaha biar bisa balikan lagi sama mantan lo tapi lo juga pengen dia bahagia sama pacarnya yang sekarang?”
Hafiz mengikuti pandangan Ryan, melihat ke arah mobil yang melaju semakin menjauh. Tersenyum, ia menepuk pundak laki-laki di sampingnya. “Dia udah happy, Yan, jangan diganggu.”
“Iya, gue tau.” Ryan menghela napas. “Kayak yang gue bilang, gue dilema, tapi karena kebahagiaan dia lebih penting, gue mundur aja, jagain dia dari jauh.”
“Keren,” komentar Hafiz sambil mengacungkan jempolnya. “Gue traktir mie ayam mau? Biar gak sedih-sedih amat, kasian gue liat muka lo.”
“Heh, gue sayang sama saudara kembar lo bukan berarti gue gak bisa ngehajar lo ya.”
“Hajar aja sih, kalo lo mau dibenci saudara kembar gue yang lo sayang itu hehehe .... Jadi mie ayamnya mau gak nih?”
“Ya mau lah.”
Hafiz memutar bola matanya malas. “Buruan,” ajaknya sebelum berbalik kemudian melangkah meninggalkan tempat itu.
“Woy, tungguin, Pis!”
***
a/n:
Halooo, terima kasih buat semua yang udah mampir ke sini, doain aku banyak ide dan banyak waktu luang ya biar bisa terus update.
Oh, Ryan kan gak aku kasih visualisasi, kalo di bayangan kalian yang jadi Ryan itu cocoknya siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOOT!
Fiksi PenggemarDrabbles, oneshots, scenarios, anything featuring Hwang Yeji with +×+'s Choi Line. [bxg, but it will probably contain a little bit of bxb and gxg as well, Bahasa Indonesia]