Tubuh Daraya mengejang dengan cepat ditambah kedua matanya melotot ke atas seperti orang stroke.
"Keraton Hijau, Keraton Hijau."
Gumaman yang dikeluarkan Daraya bikin semuanya bingung. Pikirkan ke mana petunjuk yang diberikan Daraya sekarang sesungguhnya.
Terus apa maksud dari Keraton hijau itu?! Di sini mana ada kerajaan. Di dunia ini sudah modern.
"Sayang, bangun. Jangan bikin aku khawatir. Please, Sayang ...."
Rangga sedikit menampar pipi pacarnya pelan karena tidak ingin menyakitinya. Daraya masih kejang-kejang.
"El, adek lo kenapa ini, gak biasanya kek gini?!" tanya Dika masih menahan Daraya supaya tidak getar.
Otak Ellgar tidak bisa menampung pertanyaan sahabatnya karena terlalu panik pikirkan kejadian saat ini terkesan begitu mendadak.
Setelah 2 menit kejang-kejang, tubuh Daraya berhenti dari kejang-kejang dan pingsan. Geng Varion berdoa semoga Ratu mereka baik-baik saja.
"Apa kita panggil Dokter aja? Barangkali parah." kata Dika memberikan saran
Rangga raut panik semakin jelas karena Sahabatnya ini tidak kunjung memanggil dokter. "El, tolong panggil Dokter cepat."
Ellgar membuka hpnya. Saat ingin memencet tombol hijau, mata Daraya terbuka perlahan serap cahaya.
"Akhirnya kamu bangun, Sayang!"
Rangga menarik tubuh Daraya ke dalam dekapannya. Daraya kelabakan di beri serangan mendadak seperti ini. Kedua matanya kedap kedip kebingungan.
Geng Varion memberi sumringah lega ke Daraya karena kejadian tadi tidak terlalu parah.
"Kalian kenapa, Kak? Kok kayak orang kepanikan gitu."
"Lo tadi habis kejang-kejang, Ray. Mata Lo juga melotot tajam ke atas." sahut Dika mengatakan dengan jujur.
Geng Varion membenarkan perkataan Taro. Daraya mengernyit tidak percaya. Dia merasa tidak melakukan hal tersebut barusan.
"Ngapain Raya lakuin itu, Kak? Terus ada sesuatu lagi, gak?"
"Kakak gak tau juga, Dek. Tapi tadi kamu kayak bicara Keraton Hijau. Emang kamu tau Keraton Hijau itu apa?" tanya Ellgar
"Loh, Raya juga gak tau, Kak. Tadi itu benar-benar bukan sepengendalian tubuh Daraya."
Geng Varion memikirkan pecahkan jawaban yang tepat dari pertanyaan ini. Benda yang menyerupai Keraton di daerah mereka kira-kira apa.
Mereka tidak menemukan titik terang dari Keraton yang diucapkan Daraya. Justru Dika dan Taro bicarakan hal lain di luar Keraton Hijau.
"Ray, lo akhir-akhir ini rasakan hal aneh gak di Sekolah?" tanya Taro yang merasakan keanehan
"Ada, Kak. Hawanya sekarang agak panas aja plus ramai banget daripada bulan lalu."
Pengakuan polos mengenai iklim berhasil bikin Taro frustasi. Semua orang tertawa lihat wajah kekesalan Taro dan jawaban lugu dari Daraya.
"Ya ampun, Raya ... bukan itu yang kakak maksud." Taro mengeratkan gigi. Daraya natap tidak terima ke Taro.
"Yang kakak maksud itu kamu masih dibully teman sekelas kamu gak atau lihat kejadian gak mengenakan mengenai Sekolah."
Mulut Daraya membentuk huruf O paham. Ternyata itu yang di maksud Tari tadi. "Sudah gak ada, Kak, yang bully Raya di Kelas. Mereka sudah netral gak beda-bedakan seperti dulu."
"Untuk kedapatan Vision mengenai Sekolah sih hanya masalah sepele, gak terlalu besar."
Geng Varion menyimak perkataan Daraya dan ikut bahagia akhirnya wanita spesial mereka terbebas dari beban hidup permasalahan pertemanan.