Hari di mana Daraya menyelamatkan Adit tiba. Tepatnya hari ini adalah hari Jumat. Di mana waktunya mereka menyelesaikan misi biar hidup Adit kembali normal.
"Lo lihat dia di mana?" tanya Daraya yang berada di TKP Adit berada.
"Bukan di bagian senjata ini tapi bagian lainnya." jawab Adit menunjukkan tempat asli
Daraya, Rangga, dan Ellgar mengikuti pergerakan Adit yang berjalan menjauh ke tempat sebenarnya. Dalam perjalanan, Daraya masih bisa menyaksikan banyak hantu yang berkeliaran di area Museum.
Demi menghemat energi, dia memilih tidak memedulikan hantu tersebut. Tetap pandangan mengarah ke depan. Hiraukan bisikan sangat mengganggu itu.
"Ini tempatnya." Adit menunjuk dengan mata. Tidak berani menunjuk dengan tangan takutnya hantu tersebut kepedean.
Rangga dan Ellgar cuma memandangi sebuah patung yang sedang menopang dagu. Sedangkan sekitarnya hanya beberapa orang yang lewat. Tidak ada yang lain.
Daraya mengamati sekitar dan baru menyadari sesuatu. Senyuman mencibir tercetak di bibir Daraya.
"Fun fact, patung ini adalah tempat tinggalnya selama di bumi. Dia terkadang berpindah tempat di sekitaran sini kalau gabut."
"Di tempat mana dia sering singgahi, Dek?" tanya Ellgar celingak-celinguk
"Tuh Kak di pojok kiri tembok atau gak di samping patung." jawab Daraya
"Terus dia ada di sini gak?" tanya Adit
Daraya mengangguk ada. "Malah dari tadi natap Lo sayu." Beri clue Adit.
Ellgar, Rangga, dan Adit menelan ludah susah. Rasa takut mendadak selimuti tubuh mereka. Dua orang ini sudah lama tidak lakukan seperti ini selama dua bulan jadi mereka agak was-was.
Hantu tersebut berganti arah ke lain karena merasakan ada yang melihatnya dari tadi. Pandangan mereka bertemu.
"Kamu bisa melihat aku?" tanya Hantu yang selalu menghantui Adit
"Iya, gue bisa lihat Lo. Apakah kita bisa bicara baik-baik?" batin Daraya menanyakan hal ringan dulu baru yang lebih berat.
"Boleh, asalkan kamu izinin aku bicara sama lelaki itu selesai ini." Hantu itu senyum-senyum sendiri lihat orang yang persis dengan kekasihnya dulu.