"Dek, itu bukannya Indra, Dika, dan Taro, ya?"
Satu couple dengan satu kakak dari pihak perempuan, memutuskan untuk berkeliling sejenak mengurangi rasa rugi saat mereka malah tidak meneruskan saksikan apa yang dipajang dalam Museum tersebut.
Ellgar tidak sengaja memergoki sahabatnya yang lain sedang berada di tempat yang sama saat ini. Dia memerhatikan secara detail yang sedang mereka lakukan yaitu ketawa dengan benda di depan mereka.
Di otak kirinya seketika timbul serangkaian pertanyaan mengenai kelakuan ketidakjelasan mereka bertiga terutama Indra yang ikut masuk dalam tawaan, jarang terjadi.
Si Sulung Ozig mengajak saudari dan pacar saudarinya menuju sahabat mereka yang sudah tenang. Berjalan santai bak model yang jadi rutinitas keseharian.
"Kalian ngapain di sini?"
Dika, Taro, dan Indra serempak menoleh ke sumber suara yang ditebaknya milik kakak Daraya.
"Kepingin aja. Sekali-kali kita lihat sejarah negara kita dan negara lain," respon Dika dengan ringan
"Halah, alasan, kan?" Ellgar melipatkan tangan ke bidang dada
"Emang gue dari awal ingin samperin kalian bertiga. Namun, nih dua curut ikut mulu," jujur Indra memandangi Daraya dan Rangga
"Ya ... ketahuan. Lo gak bisa diajak kerja sama, Indra." Taro melirik kecewa Indra yang emang agak lain kalau diajak sembunyikan sesuatu.
"Sudah. Gak usah perpanjang lagi. Lebih baik kita pulang sekarang. Energi di ruangan ini sangat besar. Raya pusing,"
Tiada banyak bicara lagi, Geng Vairon bergerak ke luar museum menuju Markas. Tubuh Daraya melayang di dada Rangga lantaran tuturan akhir Daraya bikin sang kekasih tidak ingin memperdalam masalah.
"Gimana misi tadi berhasil?"
Ellgar berdeham. "Berhasil seperti biasa. Kalian tau, ada yang cemberut, Guys, nonton Raya interaksi sama Adit,"
Indra, Dika menaruh bola mata ke sebelah kiri perhatikan orang yang di maksud Ellgar. Senyuman usil nan cerah tercetak di wajah keduanya, kebulolan yang sudah tidak diragukan lagi hanya akibat seorang yang baru masuk di kehidupan.
"Gue di sana kayak gak dianggap, Cuy, sama mereka bertiga. Jadi nyamuk," Ellgar tertawa menyesal ikut.
"Ya ... gue gak beruntung, dong. Gue dari dulu kepingin banget lihat wajah tuh Ketu cemburu sama orang lain. Jarang-jarang kan kita lihatnya?" timpa Taro tertawa
"Yoi, Bro. Selama ini kan Ketua kita bilang kan jijik sama cewek. Jijik atau jijik itu kok mau sama adek gue?" Tangan kanan Ellgar sender ke kursi panjang dengan ketawanya.
"Mungkin dia sudah tobat gak bilang jijik lagi,"
Pengakuan akhir Dika yang padat fakta menghangatkan suasana, candaan tawa berat, tidak dipedulikan lagi oleh Rangga sendiri. Biarin anggotanya bahagia sementara dia juga bahagia dengan memandangi muka kekasihnya yang tertidur nyenyak sembari memijat kepalanya.
"Bentar lagi kan akhir semester, kalian gak ada rencana liburan?"
"Mager gue, Ngga. Mending gue ke apartemen tidur-tidur," respon Indra
"Kebiasaan. Tapi memang bener sih kalau liburan itu enaknya tidur sambil nikmati me time," setuju Taro atas pendapat Indra
"Gue pribadi kepingin sih liburan bareng kita berenam gitu ke suatu tempat,"
"Bagus juga sih ide lo. Tapi gue sudah ada rencana lain mungkin minggu besok gue prepare," Ellgar mencomot satu snack di meja.
"Rencana ke mana lo? Gak ngajak-ngajak,"