"Btw, nama kamu Valender?" Hantu tersebut berdeham mengiyakan kalau itu namanya.
"Aku boleh titip pesan?" Hantu yang bernama Valender mengangguk boleh. "Kenangan bisa diingat sampai kapan pun di dalam otak atau memori. Kenangan tersebut juga bisa menghilang begitu saja seiring berjalannya waktu."
"Jadi walaupun kamu tidak melihat ke arah kelas tadi secara terus menerus, kamu bisa terus mengingatnya dalam memori kamu dan tercetak permanen di sana walaupun kamu sudah ada di atas sana." Sosok Valender termenung dengan ucapan Daraya.
"Teman-teman kamu sekarang masih mengingat kamu kok. Terpendam jelas di hati kecil mereka semua karena kamu juga sangat menyayangi mereka."
"Kalau ingin kembali ke atas, jangan lupa kenangan mereka, ya. Mereka sangat menyayangi kamu lebih dari dirinya. Boleh datang ke sini lagi satu tahun sekali atau sebulan 2 kali untuk merasakan Dejavu kenangan tersebut. Sekalian jenguk keadaan mereka di rumahnya masing-masing."
Nasehat Daraya ke Valender dari lubuk hati supaya langsung didengar oleh pemilik pesan. Bertujuan untuk sadarkan alam bawah sadarnya yang masih merasa tidak tega tinggalkan kenangan baiknya ketika hidup.
Valender berpikir ada benarnya perkataan Daraya tadi. Sampai kapan juga dia akan terus duduk di sini memantau bangku yang dulu ditempatinya akan tetapi sekarang diganti oleh berubahnya zaman.
Dia juga harus kembali ke atas merelakan semua kejadian mengenaskan menjadi sebuah kenangan bagus penuh kebahagiaan yang dimiliki selama kelas 12 MIPA 5 beberapa tahun yang lalu.
"Terima kasih, Daraya. Pikiran aku sekarang terbuka dan paham betul apa yang kamu maksud tadi." ucap Valender dengan nada panjang dan lembut penuh kasih sayang.
"Kalau bukan karena kamu, aku akan menunggu di sini selamanya selama berabad penuh. Padahal aku bisa mengingatnya jauh di otak aku sekarang." Valender terkekeh dengan kebodohannya sendiri.
"Mulai sekarang apakah kita boleh temanan?" Daraya memberi satu jari kelingking udara. Valender membalas tautan itu dan terlihat mengambang. "Teman."
Daraya dan Valender tertawa tanpa suara hanya tunjukkan gigi manis keduanya menikmati momen singkat ini.
"Maaf Valender, aku memotong pembicaraan kita. 20 menit lagi bel berbunyi. Aku harus pergi ke Koperasi dulu untuk beli sesuatu. Apakah boleh aku tinggal?" tanya Daraya tidak enak
Valender tidak masalah. Dia sangat paham betul bagaimana rasanya terlambat ke kelas bisa-bisa dimarahi guru mapel pertama nanti.
"Selamat tinggal, teman baru aku. Kalau ada apa-apa, panggil aja, ya. Bye." Daraya berlari ke arah koperasi yang jaraknya 10 jarak jika dirinya lari. Valender membalas lambaian tersebut dan terkekeh lihat tingkah Daraya yang lucu.
"Permisi Bu, saya beli tipe ex yang merah satu dan jajan gandum isi cokelat 2, Top 2."
Ibu koperasi menyerahkan pesanan Daraya. Dia membayar semuanya dengan lengkap. Diberikan dengan senang hati oleh ibu koperasi sesudah membayar.
Daraya berlari menuju kelasnya yang jauh dari koperasi dengan berlari yang dia mampu. Pastinya nafasnya naik turun karena jarang lakukan aktivitas lari akhir-akhir ini.
Di tengah perjalanan, akibat kecerobohannya sendiri, dia menginjak tali sepatu yang menggelewer ke luar halangi larinya.
Duk
"Haduh, apes banget gue hari ini. Sakit banget gila."
Daraya meniup luka yang terjadi di aspal bergelombang yang terdapat sedikit pasir di sekitarnya.
Dia dapat melihat jelas kelasnya tinggal lima langkah lagi. Coba bangkit dengan sekuat tenaga.
Tersenyum bangga karena berhasil berdiri dan mulai berjalan pincang menahan rasa perih di lutut kaki kirinya.