Jam pulang sekolah berbunyi. Daraya membereskan semua buku yang dikeluarkan tadi ke dalam tas.
Ternyata ruang kelas sudah sepi. Semua temannya pada pulang dengan kondisi bangku rapi seperti semula.
"Sayang,"
Daraya berjalan keluar hampiri Rangga yang menunggu di depan kelas sambil menjinjing tas di bahu kanan.
"Barangnya gak ada yang ketinggalan, Kan?" Daraya menggeleng tidak ada.
"Yaudah, yuk, kita pergi ke sana bersama. Aku temenin."
Rangga menepati janjinya untuk menemani pacarnya menemui seseorang di Perpustakaan Sekolah.
Mereka menaruh sepatu di atas rak yang sudah di sediakan dengan berdempetan. Daraya yang memperhatikan kalau ada sepatu lagi di sebelah sepatunya, berpikir kalau itu sepatu milik orang yang ingin meminta bantuan.
Saat memasuki Perpustakaan, mereka menemukan Seorang Pria yang sedang membaca buku di atas meja cokelat milik Sekolah.
Untuk memastikan, Daraya membuka chat dari nomer yang tidak dikenal. Nomer tersebut memberi clue kalau dirinya memakai kaca mata bulat, pakai Hoodie hitam sedang membaca.
Dari kiriman pesan tersebut, Daraya menjadi yakin kalau orang yang berada di depannya ini kliennya.
Daraya dan Rangga mencoba mendekat dan berkenalan dengannya. Disambut ramah oleh orang tersebut.
"Halo, apakah benar lo yang kirim pesan ke nomer gue atas nama Adit?"
"Benar, dengan gue sendiri. Kenalin nama gue Adit dari kelas 10 MIPA 5. Salam kenal." Orang tersebut merentangkan tangan simbol perkenalan. "Lo Daraya, Kan?"
Daraya mengangguk. "Iya, gue Daraya. Btw, sorry ya gue nolak Lo ketemuan jam 10. Gue sibuk banget tadi."
Saat ingin membalas jabatan tersebut, tangan Rangga sudah ada di tangan Adit. Jadi yang berjabat tangan sekarang adalah Rangga dan Adit.
Rangga mengantikan tangannya. Dia tidak sudih jika pacarnya berjabat tangan dengan orang lain. Tidak akan dia biarkan jika bersama dengannya.
"Rangga, pacar Daraya." sarkas Rangga dingin. Adit cengar-cengir dengan perjabatan tangan ini yang terkesan aneh dan kaku.
"Jadi tujuan Lo panggil pacar gue ke sini apa? Kita gak bisa lama nunggu." Adit seketika membisu masalahnya muncul dalam otaknya.
Daraya dan Rangga mengamati tingkah laku Adit yang berubah menjadi diam menyimpan banyak masalah. Dalam diamnya dia ingin ceritakan semuanya akan tetapi rasa takut lebih besar dari pengucapannya.
"Ceritakan aja gak papa secara pelan. Kita pasti bantu Lo selesaikan masalah ini walaupun gak terlalu banyak." ucap Daraya pengertian.
"Pada saat gue pergi ke museum sejarah, gue tanpa sengaja lihat sosok wanita gunakan gaun pengantin dengan tutup kepala berwarna putih menyelimuti kepalanya."
"Gue yang awalnya lihat-lihat aja jadi gak tenang gara-gara itu hantu ada di kepala gue dan datang ke mimpi gue sampai hari ini."
"Gue gak tau alasannya kenapa. Gue juga sama sekali gak ambil barang yang dipamerkan. Tiba-tiba itu hantu selalu buntuti gue disaat gue pergi."
Adit ketakutan dan sedikit merasa merinding setelah menceritakan semua kejadian yang dipendamnya 1,5 bulan ini.
"Boleh gue pegang tangan Lo?"
Rangga melotot ketika Daraya meminta izin untuk memegang tangan pacarnya tanpa persetujuan dirinya.
"Sayang," lirih Rangga mencoba menolak Daraya disentuh.