Daraya menyalin soal yang berada di benda persegi panjang berdinding biru muda menjadi butiran kecil dalam rekaman catatan lembut, padat sebagai tanda telah mengerjakan.
"Aduh, ada yang salah, Nih." batinnya tidak sengaja menulis huruf ketiga
Daraya membongkar pelan kotak pensil bermotif aesthetic kalem, kotak-kotak yang setiap hari dibawa dengan harapan besar menemukan benda merah tersebut.
Namun, sayangnya nihil. Benda tersebut ternyata berada di meja belajar rumah dan tergeletak di sana. Pasrah tidak mencari lagi di tempat pensil.
"Boleh pinjam tipe ex Lo gak?"
Tanpa sengaja mata Daraya menemukan tipe ex di bangku samping sehingga memberanikan diri untuk mulai pembicaraan demi sebuah coretan.
Dia yang merasa kalau Daraya mengajaknya bicara, serahkan barang yang ingin dipinjamnya tanpa menjawab dari mulut.
"Terima kasih." Daraya mengembalikan tipe ex milik temannya ke tempat semula.
"Sama-sama." Teman sebangku Daraya tersenyum ikhlas meminjamkan barang tersebut.
Daraya melanjutkan acara menulis lalu menjawab soal tersebut dengan santai dan tepat.
"Rangga, tuh data orang yang hubungi Raya tadi." Taro mengirim data ke nomer Rangga.
Rangga yang menangkap seruan Taro, mengecek dengan cepat data ingin diketahui saat ini. Ellgar yang duduk di sebelahnya ikut mengintip kira-kira data apa yang di maksud Taro.
Kelas Geng Varion sekarang sepi dari guru mata pelajaran. Sejak jam ketiga, guru tidak kunjung datang. Mereka semua simpulkan kalau kosong.
"Lo buat apa, Ngga, minta data itu?" Dika perhatikan Ellgar dan Rangga yang masih membaca kiriman Taro.
"Buat pastikan aja dia ingin buat jahat atau enggak. Dari lingkungan musuh kita atau enggak," jawab Rangga dengan mata tetap ke arah hp.
"Kenapa Lo tiba-tiba berpikir kalau musuh kita mau serang Raya? Mereka kan gak kenal sama dia." Taro dibikin penasaran dengan otak Rangga.
"Lo gak tau seberapa liciknya mereka dalam balas dendam." Rangga menatap mata kedua sahabatnya sejenak. Renungkan pikiran kejadian yang tidak boleh terjadi. "Tanpa kalian sadari, mereka bisa aja cari data tentang orang terdekat kita dan nyusun rencana buat serang orang itu tanpa peduli dia kenal atau gak."
"Sekarang Lo berpikir, orang yang selalu ada pengawasan kita dan selalu kita jaga selain kedua orang kita siapa?" Geng Varion seketika memikirkan satu nama di otak mereka.
"Daraya." kompak Geng Varion
Rangga berikan senyum licik membenarkan perkataan mereka. Geng Varion berpikir ada benarnya juga lagian mereka juga belum tau secara total musuhnya itu beneran mati atau belum.
"Tapi dari diri Lo sendiri yakin gak kalau dia mati?" Rangga pastikan sesuatu ke Indra.
"Gue yakin banget kalau dia udah mati. Dia sendiri plus anggotanya sekarat di hadapan gue." Indra menjawab dengan tegas dan penuh percaya diri kalau dirinya tidak salah.
Rangga mengangguk percaya dengan pernyataan anggota inti dan pendirian yang kuat. Belum tentu mereka kalah telak setelah bertahun-tahun berada dalam sel mewah.
Di tengah perdiskusian besar, mendadak perut Ellgar berbunyi. Tangan dia mengambil bungkus Styrofoam yang berada di laci bawah guna mengisi perut sudah memberontak ingin diberi asupan.
"Wih, enak tuh makanannya." Mata Taro bersinar kelaparan. "Gue minta dong, bagi-bagi ke kitanya."
Taro mencomot sendok yang berada di atas Styrofoam lalu menyendokkan penuh ke dalam mulutnya. Kedua mata Taro tertutup merasakan kenikmatan bumbu yang begitu padat, manis, dan lezat di mulut.