5. Tidur Bersama E-D

58 5 10
                                    

"Dek, tadi kamu jadi ketemuan sama tuh orang?"

Daraya yang lagi makan dan ada banyak makanan di mulutnya, menjawab dengan berdeham. Sedangkan Ellgar duduk manis di depannya menunggu Daraya makan.

"Terus gimana, Dek, berhasil gak misinya?"

"Misi aja belum dimulai, Kak. Gimana tau hasilnya coba." Daraya menutup mulutnya yang sedang membersihkan sisa makanan di sela-sela gigi.

"Terus kamu mau mulai kapan?" Jiwa kepo Ellgar muncul. "Sama ceritakan dong kali ini misi kamu apa? Kakak sangat penasaran."

"Rencana Jumat sehabis pulang sekolah, sih. Kali ini hanya bikin sadar hantu aja dan kembali tenang di atas sana."

Daraya meminum air putih yang berada di gelas kaca berukuran sedang miliknya dengan sekali teguk.
Lalu menyimpan pada tempatnya.

"Kakak boleh ikut gak?"

Ellgar mengedipkan kedua matanya dan berikan ekspresi imut yang bisa dilakukannya supaya adiknya menerima permintaannya.

Daraya menatap jijik kakaknya itu yang tidak biasanya. "Jelek banget. Mukanya gak perlu digituin, Kak. Raya pasti akan terima kok."

Ellgar menatap kecut adiknya. Balas sentilan dahi Daraya hingga berbunyi.

Jetik.

"Kamu itu puji Kakak, kek. Kalau Kakak itu imut. Apakah sebegitu sulitnya untuk memuji, Hm?"

Daraya mendengus kesal. "Hush, tangan Kakak itu jahil banget. Raya gak suka tangan itu." Jauhkan jemari Ellgar dari jangkauannya.

"Kalau mau dengar pujian aku, harus kasih aku sesuatu dulu." Daraya perlihatkan wajah tengilnya.

"Gini banget kalau mau dapat pujian. Kamu itu gak ikhlas banget sih, Dek." ejek Ellgar bersedekap di dada.

"Bodoh." Bereskan perlengkapan makannya ke wastafel.

Wajah ditekuk milik Ellgar muncul lebar di sepanjang mukanya. Dia menopang tangannya di meja sambil ekspresi tetap seperti tadi.

Daraya yang kembali dari wastafel tidak sengaja menyaksikan wajah cemberut milik kakaknya, tersenyum tipis.

"Lucunya muka kakakku ini yang lagi ngambek ...."

Daraya mengusak rambut Ellgar gemas. Bikin rambutnya berantakan ke kanan kiri. Ellgar pasrah rambutnya diberitakan adiknya ini.

Setelah puas bikin rambut Ellgar berantakan, Daraya keluar dari Ruang Makan. Kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua.

"Enak."

Raut bahagia terukir kembali di wajah Ellgar. Dia menyukai usapan tersebut yang begitu nyaman di kepalanya.

"Dek, lakukan lagi." teriak Ellgar

Teriakan Ellgar terdengar nyaring di sepanjang Rumahnya yang sekarang hanya ada dirinya, Daraya, dan sebagian pembantu, bekerja di dapur.

Sedangkan Papa Xavier masih di luar kota untuk menghadiri acara resmi di sana bersama dengan Mama Evelyn pastinya.

"Punya kakak gini banget, Astaghfirullah." gumam Daraya dengar teriakan kakaknya yang seperti gunakan toa.

Sesampai di kamar adiknya, Ellgar tidur di sebelah Daraya dan tangannya beri petunjuk untuk lakukan apa yang sebelumnya lakukan.

Kemanjaan Ellgar bak anak kecil muncul kembali hari ini. Daraya harus meladeni sifat manjanya ini dengan penuh kasih sayang supaya kakaknya ini tidak semakin marah ke dirinya.

Tangan Daraya mulai mengurut lembut dahinya dan beberapa jam kemudian kedua mata Ellgar terpejam perlahan, terlelap.

"Tidur yang nyenyak ya, Kak."

NODUS TOLLENS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang