Bintang dengan banyak beban di pundak kecilnya

176 17 0
                                    

03 November 1993

✨7 dream✨

"Tangan!" Lelaki bertubuh sedikit lebih mungil dari seukuran lelaki seumurannya,, reza. menyodorkan pergelangan tangannya tanpa ragu.

Ctak!

Ctak!

CTAK!

Reza sesekali meringis perih kala benda panjang berbentuk logam itu mengenai kulit pergelangan tangannya. Sebelah tangan Reza yang nganggur di gunakan Reza untuk meremat bajunya dengan kuat menyalurkan rasa sakit dari pergelangan tangannya.

"Kalau sampai nilaimu turun lagi, jangan harap saya akui menjadi anak!" Lelaki berbadan tegap dengan wajah sangar.. papih Reza. Melangkahkan kakinya keluar dari kamar anaknya.

Reza menghela nafas kecil, melihat tangannya yang memerah dan mulai membiru. Pukulan dari penggaris ayahnya pasti akan membuat tangannya bengkak, itu pasti.

Reza berjalan kecil ke arah meja rias. Reza memang lelaki tapi ayahnya selalu memberikan barang barang wanita.

'kau bahkan lebih lemah dari pada wanita'

Kata itu yang keluar bila Reza menolak/bertanya tentang barang yang di berikan ayahnya. Reza ingin menjadi anak lelaki yang normal, memiliki kamar dominan gelap bukannya kamar yang penuh dengan warna peach dan putih. Reza juga ingin memakai parfum yang cocok dengan lelaki seusianya bukan malah parfum berbau manis vanila ataupun candy.

Reza sangat sangat ingin bermain dengan teman lelaki seperti menongkrong/ bersenang bersama bukan malah belajar bersama beberapa gadis pintar.

"Nak.."

Reza mengalihkan pandangannya, wanita berumur lanjut menghampirinya. "Oma, apa reza mengganggu tidur Oma?" Reza berkata sambil tersenyum mengalihkan pandanga wanita tua (neneknya) dari tangan lebam yang ia sembunyikan di balik piama berlengan panjang yang ia pakai.

Oma Reza hanya mendekat dengan kotak herbal khas orang dulu. Oma Reza mencampur beberapa bubuk dari beberapa kendi kecil berisi bubuk obat, selesai dengan campuran bubuknya Oma Reza menuangkan minyak urut yang pastinya akan terasa panas seperti balsem/koyo.

"Kemarikan tanganmu" Reza dengan perlahan mengulurkan tangannya dan di raih lembut oleh sang Oma. Oma Reza mengoleskan racikan obat yang sering Reza dapatkan bila ia habis di 'hukum' oleh ayahnya.

Setitik air bening mulai keluar dari pelupuk mata yang sudah mulai mengeriput. Reza termangu, sekian banyak luka yang di dapatnya Oma Reza pasti akan menangis di sela sela kegiatan mengobatinya.

"Apa yang salah kali ini?" Reza tersentak kecil dari lamunannya, di lihatnya pergelangan tangan yang sudah terbungkus rapih oleh kasa. "Hanya kesalah kecil Oma,tidak usah khawatir"

Ya! Reza tidak berbohong. Ini terjadi hanya karna satu soal fisika yang salah ia kerjakan di soal les nya. Reza bahkan pernah mendapat luka yang lebih menyakitkan dari luka fisik. Tentu saja makian yang di lontarkan ayahnya jika beliau terlalu marah oleh nilai jelek Reza.

Reza bahkan tidak pernah merasakan yang namanya remedial tapi satu soal salah saja bisa membuat ayahnya marah. Reza pernah berpenampilan seperti lelaki tapi sang ayah langsung membakar segala yang berbau lelaki. Reza tidak mengerti, kenapa ayahnya bersikeras menyebutnya wanita padahal Reza itu lelaki!.

"Oma, Reza ingin istirahat" Reza merasa pening di kepalanya. Oma Reza faham bila cucunya sedang butuh istirahat dari luka batin dan fisiknya. "Istirahatlah. Besok Oma temani daftar ke kampusnya ya" Reza mengangguk seraya tersenyum.

•••

"Reza" Oma Reza menepuk pelan bahu Reza yang tengah melamun menatap bangunan besar di depannya. Untunglah ayahnya membebaskan kelanjutan sekolahnya. "Ah ya Oma?" Oma Reza terkikis geli karna mendapati sang cucu yang terkejut dengan panggilannya.

"Kau ingin jalan jalan? Nenek akan pergi ke rumah teman sebentar" Reza mengangguk antusias. "Ayo Reza antar"

Reza diam menatap hamparan laut di depannya, sekarang masih terbilang pagi karna jam menunjukkan pukul 8 pagi. Udara dari pantai itu sangat sejuk dan menenangkan.

Entahlah Reza yang takut samudra luas bahkan melihat kolam renang saja kadang bergidik ngeri melihat air yang tenang namun dapat menenggelamkan itu. Tapi saat melihat pantai ini... Reza menjadi sedikit tenang dan seakan seluruh bebannya terangkat semua. Pantai ini... Entah mengapa tapi Reza merasakan akan ada hal yang bahagia dari tempat ini.

"Dor! Hayo ngelamunnn"

Reza tersentak sekejap karna suara seseorang, lelaki dengan postur tubuh yang hampir mirip sepertinya, ya walau hanya pendeknya saja yang hampir sama karna lelaki di depannya ini berkulit lebih gelap dengan badan sedikit kekar dan sepertinya lelaki ini pekerja keras, tapi wajah lelaki ini menenangkan.

Reza merasa Dejavu dengan kejadian ini tapi ntah lah Reza merasa bukan hanya mereka berdua yang berada di pantai ini. Untungnya Reza merasa semua Dejavu ini mengarah ke hal positif.

"Siapa?"

Lelaki berkulit gelap itu tersenyum senang karna akhirnya Reza merespon ucapannya setelah satu menit hanya menatap lelaki berkulit gelap. "Aku? Ah aku adalah penduduk sini. Rumahku ada di dekat sini" Reza hanya mengernyit aneh. Kenapa rasanya lelaki di depannya ini sedikit aneh(?) Biasanya orang akan langsung memperkenalkan diri tapi lelaki ini malah menyebutkan hal lain.

"Jangan terlalu banyak melamun, aku tau hidup memang sulit namun kau tau? Tuhan sedang mempersiapkan kebahagiaan yang besar untukmu. Lihat lah.. apa yang kau benci akan menjadi alasan kau tersenyum"

"Ah sudah terlambat, aku harus ke pasar. Kalau begitu.. sampai jumpa lagi!" Lelaki berkulit gelap menepuk bahu Reza pelan dan menaiki sepedanya mengayuh menuju pasar dimana ibunya berada.

"Aneh tapi sepertinya apa yang dia katakan benar. Sepertinya akan ada tawa di sini"

✨7 dream✨

Argh bagian Reza ini bisa jadi favorit buat para readers yang di kekang soal nilai nih.

Ingat ya.. tingkat sempurna seseorang itu saat dia mengenali dan memahami dirinya sendiri. Itulah sempurna, sempurna bukan harus selalu perfact dalam segala hal! Cukup love your self maka kau adalah diri yang sempurna.

Sebelum scrol tolong vote and komen ya...

FloWreS 1994 (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang