*
*
*
»»————>𝓽𝓪𝓷𝓰𝓵𝓮𝓭 𝓫𝔂 𝓶𝓲𝓷𝓰 <————««.
.
.
Untuk pertama kalinya Junkyu mau memasuki tempat berbau obat itu. Jika saja ia tak takut kehilangan kakinya maka tak akan mau ia masuk kesana.Klinik kecil diseberang jalan itu hari ini cukup ramai dari biasanya, membuat Junkyu makin menaikkan resleting jaketnya dengan tangan masuk saku.
Begitu masuk beberapa pasang mata menatapnya, menatap malang pada cara berjalannya yang menyeret kaki susah payah.
Junkyu memang telah menyembunyikan lukanya dibalik celana panjang yang ia kenalan, namun rasa sakit itu sungguh tak tertahan terutama kala kakinya melangkah.
"Syukurlah kau datang kemari. Apa kau telat mengobatinya? Luka bakar harus segera di obati, jika tidak itu akan menjadi sangat parah"
"Apa akan memakan waktu lama sampai benar-benar sembuh?"
"Tergantung, tapi kurasa ini akan segera membaik setelah beberapa hari. Gunakan salep ini dan jangan sampai terkena air jika belum benar-benar mengering. Ah, dan ini kuberi vitamin, gratis untukmu"
Junkyu meraih kantong plastik yang di sodorkan oleh pria dewasa berjas putih itu dengan ucapan terimakasih. Ia membungkuk sopan lalu keluar dari ruangan, meninggalkan sang dokter yang terus menatap kepergiannya.
Pemuda itu mendesah pelan, ia menengok kedalam kantong plastik di genggaman. Salep itu, ia punya satu di rumah. Dan vitamin? Junkyu tak butuh, ia sehat.
Begitu keluar ia melemparkan kantong plastik itu kedalam tempat sampah, kembali menegapkan badan dan mencoba berjalan senormal mungkin.
"Oii!!"
"Hei!!!"
"Ahjussi!!"
Langkah pemuda itu terhenti kala lengannya di tarik pelan dari belakang. Membuatnya spontan menghempaskan tangan orang yang tengah menggenggamnya, tubuhnya pun perlahan munduk dengar mata membulat.
Junkyu mengerjapkan matanya cepat, berusaha menetralkan degup jantungnya yang seolah akan meledak.
"Ah maafkan aku"
Junkyu merunduk, mengusap lengannya dengan gusar. Membuat sosok yang ada dihadapannya ini mengernyit bingung lantaran keringat dingin mulai nampak dari pelipisnya, membasahi plester luka yang tertempel disana.
"Apa kau baik-baik saja?"
Junkyu mengangguk kikuk, masih enggan mengangkat kepalanya untuk bertemu pandang dengan sosok di hadapan.
"Apa kau benar-benar baik-baik saja? Kau berkeringat"
Kini Junkyu menengadah, berusaha memaksakan senyumnya dan kembali menggeleng. Manik Junkyu beradu pandang langsung dengan milik seseorang dihadapannya. Sosok pemuda tinggi yang terlihat seusia dengannya.
"Aku tidak apa"
Pemuda tinggi itu tampak mengernyitkan keningnya seolah berpikir, mengacungkan telunjuk diudara entah apa yang sedang ada di pikirannya.
"Wajahmu tampak tak asing, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
Junkyu ikut berpikir dibuatnya, ia mencoba mengingat kilas balik singkat guna menemukan sosok wajah itu di ingatan. Namun nihil, tak ada satupun memori yang mengingatkannya pada sosok dihadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled [REVISI]
FanfictionTak sekalipun ia berpikir jika manusia bisa semenjijikkan ini. Yang tanpa rasa ragu menulikan pendengaran ataupun menutup rapat mata kala seseorang memohon akan uluran tangan. 'Tidak merugikan ku, itu bukan urusanku. Aku tak berkewajiban ikut andil...