"Kim Junkyu-ssi.
Kim Junkyu-ssi!
YA!! KIM JUNKYU!!"
"YES SIR!!"
Junkyu tersentak kaget dan spontan mengangkat kepalanya dari diletakkan di atas meja, bersitatap dengan seseorang yang tengah menatapnya geram dengan berkacak pinggang.
"Park Jihoon! Jangan mengagetkanku begitu"
Yang diajak bicara hanya menghela nafas lelah, makin geram lantaran sang kawan kembali menaruh kepalanya dengan berbantalkan buku tebal di hadapan.
"Sampai kapan kau mau tidur, pangeran tidur. Ini sudah waktunya makan siang"
"Kau saja, aku sedang tak berselera"
Jihoon kembali mendengus kesal, ia menendang meja Junkyu beberapa kali hingga kawannya itu terusik dan bangun dengan kesal.
"Cepat aku sudah lapar"
Jihoon menarik lengan Junkyu, tidak terlalu kuat sebenarnya, tapi cukup untuk membuat Junkyu menjerit kesakitan dan langsung meringsut mundur menepis tangan Jihoon.
Beberapa teman yang lain memandang bingung kearah keduanya, beberapa siswi pun berbisik, "apa si ketua kelas itu memukul Junkyu si pendiam?"
"Hei, jangan berlebihan aku bahkan tidak meremas tanganmu"
Junkyu hanya menggeleng kikuk, dan pada detik selanjutnya ia bangkit, tersenyum ke arah Jihoon lalu berlenggang pergi.
"Maaf aku hanya terkejut, ayo"
Jihoon masih mematung, cukup lama mencerna apa yang terjadi pada perubahan drastis di wajah temannya.
Sungguh, ia hanya menggenggam tangan Junkyu, hanya sebuah genggaman kecil tapi kawannya itu justru terlihat sangat kesakitan.
Apa mungkin-
"Park Jihoon! Kau tidak jadi pergi?"
Yang di panggil hanya mengangguk, melangkahkan kaki dengan lebar menyusul Junkyu yang menunggunya di depan kelas.
Diam-diam Jihoon melirik Junkyu yang tampak menggerakkan lengannya tak nyaman. Jihoon mendesah pelan, pandangannya kembali lurus kedepan sebelum bicara.
"Junkyu-ya"
"Apa?"
"Kau di pukul lagi?"
Junkyu mengepalkan tangannya diam-diam, tenggorokannya menegang dan napasnya mendadak tercekat.
Pemuda tampan itu menghela nafasnya singkat, menggeleng kecil lalu menjawab dengan senyuman tersungging di wajahnya.
"Tidak"
"Kau tau, kau sangat buruk dalam berbohong, Kim"
Junkyu terkekeh pelan, kepalan tangannya perlahan mengendur dengan tangannya yang ia masukkan ke dalam saku.
"Benarkah?"
Jihoon melirik sekilas kearah kawannya yang terlihat lebih tenang, ia berdengung singkat dengan anggukan menyelingi.
Keduanya memilih berjalan dalam diam menyusuri lorong, Junkyu tak ingin memberikan penjelasan lebih juga Jihoon yang tak ingin mengorek luka sang kawan jauh lebih dalam lagi.
Jihoon telah mengenal baik Junkyu selama dua tahun belakangan ini, namun ia sendiri juga tak yakin, apa ia benar-benar mengenal sosok kawannya itu.
Junkyu tak pernah tertarik untuk membicarakan hal pribadi di rumah pada siapapun, karena prinsip yang dipegang teguh olehnya adalah, bicara atau tidak itu tidak akan ada bedanya, berbagi luka tak akan mengobati apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled [REVISI]
FanfictionTak sekalipun ia berpikir jika manusia bisa semenjijikkan ini. Yang tanpa rasa ragu menulikan pendengaran ataupun menutup rapat mata kala seseorang memohon akan uluran tangan. 'Tidak merugikan ku, itu bukan urusanku. Aku tak berkewajiban ikut andil...