Topi yang dikenakannya makin di turunkan kala banyak pasang mata menatap penuh curiga. Tentu, siapapun yang melihat pasti akan curiga dengan sosok asing yang terus menoleh kesana kemari seperti tengah menghindari sesuatu.
Pria dewasa berparas tinggi dan tubuh kekar bak atlet itu terus melangkahkan kakinya dengan kepala yang merunduk dalam, menolak segala kontak mata dengan siapapun.
Seluruh penjuru negeri tengah memburunya, seluruh penjuru negeri tengah melakukan sayembara guna menangkapnya dan semua orang yang ada di negeri ini menginginkan kepalanya.
Kim Mingyu. Pria dewasa yang menginjak usia pertengahan empatpuluhan itu harus menahan segala emosi yang membuncah di tengah pelariannya.
Memang apa salah Mingyu? Apa salahnya mendidik anak sendiri? Ia hanya tak ingin putranya berani membantah orang tua seperti remaja-remaja di luar sana yang bahkan berani memukul orang tuanya sendiri.
Mingyu hanya ingin berperan sebagai orang tua yang berhasil dalam mendidik anaknya menjadi seorang manusia sejati.
Tapi kenapa orang-orang begitu mencelanya? Kenapa orang-orang justru menyalahkan hingga menyudutkannya? Disaat mereka sendiri belum tentu benar.
Langkah pria dewasa itu makin lebar kala orang-orang mulai berbisik. Menyadari jika orang yang ada dihadapan adalah orang yang sama dengan yang ada di foto selebaran pada dinding-dinding jalanan.
Mingyu melambaikan tangannya guna membuat taksi yang kebetulan lewat berhenti tepat di hadapan, lalu melangkah masuk dan taksi kembali melaju dengan kecepatan normal.
'Sampai saat ini, status tersangka yang menjadi buron masih belum tercium jejaknya oleh pihak kepolisian. Sementara korban yang diungkapkan identitasnya sebagai siswa SMA di XX berinisial KJ masih belum bisa sadarkan diri dari komanya walaupun dokter menjelaskan jika-'
"Rumah sakit XX"
Mingyu sungguh muak mendengar semua berita tak masuk akal ini. Ia sudah muak terus dianggap sebagai penjahat hanya karena memberikan pembelajaran pada putranya sendiri.
Dunia ini benar-benar memuakkan.
Kalau begitu, sekalian akhiri saja drama menggelikan ini, akhiri saja semuanya dan tulis kata tamat di akhir paragraf. Selesai.
Keadaan rumah sakit cukup ramai, banyak orang berlalu lalang dengan berbagai barang di genggaman. Entah obat, dokumen, pakaian hingga makanan.
Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, hingga tak ada yang menyadari jika salah satu diantaranya adalah orang yang masuk dalam jajaran DPO.
Tepat setelah berbelok di ujung lorong, ia melihat si bocah sialan yang membawa kabur putranya dan membuat kekacauan tak berakhir ini keluar dari salah satu ruangan.
Begitu tubuh bongsor Haruto benar-benar tak terlihat Mingyu melangkahkan kakinya, melirik sekilas pada papan nama informasi pasien yang terdapat nama Junkyu.
Ia mengintip melalui kaca transparan kecil dipintu. Memastikan tak ada seorangpun yang melihat lalu menggeser pintu dan melesak masuk kedalam.
Junkyu ada disana— putra kecilnya itu ada disana, tengah tertidur pulas dengan selang infus di tangan.
Mingyu mendekat, mendesis tak percaya akan apa yang ia lihat saat ini.
Bagus Kim Junkyu. Ayahmu tengah susah payah berlarian kesana-kemari dan kau justru malah enak-enakan tidur tanpa peduli akan kondisi yang menggila di luar sana. Bagus.
"Ya! Bangun. Jangan pura-pura tidur dan cepat buka matamu yang menjijikkan itu"
Kaki pria dewasa itu terangkat untuk menendang kaki ranjang tempat Junkyu berbaring dengan kasar, memaksa agar pemuda itu membuka mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled [REVISI]
FanficTak sekalipun ia berpikir jika manusia bisa semenjijikkan ini. Yang tanpa rasa ragu menulikan pendengaran ataupun menutup rapat mata kala seseorang memohon akan uluran tangan. 'Tidak merugikan ku, itu bukan urusanku. Aku tak berkewajiban ikut andil...