Lagi, ini sudah hari kelima dan selalu berjalan seperti ini. Selalu ada acara kejar mengejar antara Junkyu dan Doyoung.
Ah, jangan lupakan si pemuda tampan berkaki jerapah yang tiba-tiba saja secara ajaib selalu berada di depan gerbang sekolah bersama dengan Doyoung.
Seperti hari ini, ketika Junkyu keluar ia dihadiahi dengan pemandangan luar biasa mengenai interaksi menggemaskan antara Doyoung dan Haruto.
Mereka berdiri tepat didepan gerbang sekolah, bersenda gurau dengan kudapan di tangan. Sesekali Doyoung turut tersenyum cerah kala Haruto menyapa teman-temannya.
Sebenarnya Junkyu dan Haruto tidak terlalu dekat, saat disekolah pun mereka sangat jarang atau bahkan hampir tidak pernah saling bertegur sapa satu sama lain.
Hanya saja ia tak menyangka jika Haruto akan menjadi sangat dekat dengan sang adik.
Entah ucapan Jihoon mengenai Doyoung yang hanya memilih berteman dengan orang tampan itu benar adanya atau memang Haruto lah yang memiliki daya tarik tersendiri.
Junkyu juga tak mengerti.
Hari ini pun sama, seperti tak memiliki tempat tujuan lain mereka kembali mengunjungi taman di komplek dekat rumah. Di pertengahan antara rumah Junkyu dan Haruto.
Haruto dan Doyoung kembali bermain 'mari saling mengejar' di tengah lapangan sana, dan Junkyu yang hanya menonton dalam diam di bawah pohon.
Sebenarnya Junkyu turut berterimakasih kepada Haruto, karena setidaknya ia tak perlu kerepotan menjaga Doyoung yang sungguh demi apapun banyak sekali maunya.
Karena saat pulang nanti ia pasti akan langsung menjatuhkan diri di tempat tidur, akibat tenaganya yang terkuras habis.
"Hahhh... Kurasa tenaga Doyoung disetel unlimited"
Junkyu hanya terkekeh pelan mendengar gerutuhan Haruto yang kini merebahkan diri di atas rumput.
Peluh memenuhi wajah tampannya, bajunya berantakan juga basah dan dadanya naik turun tak karuan berusaha memompa oksigen masuk.
"Semua anak kecil seperti itu"
Junkyu merogoh tasnya, mengambil sebotol minuman yang ia sempatkan beli diperjalanan tadi, memberikannya kepada Haruto yang juga menerimanya dengan senang hati.
"Kim Junkyu, berikan nomormu"
Junkyu hanya berkedip pelan memandang kearah ponsel yang tengah Haruto sodorkan padanya. Diam tanpa ada keinginan untuk membuatnya berpindah tangan.
Keheningan dari si lawan bicara membuat Haruto jengkel sendiri jadinya, ia kembali menyodorkan ponselnya, kini tepat didepan wajah Junkyu, membuat orang yang sejak tadi diam itu kemudian menggeleng kecil.
"Tidak ada"
"Tidak ada?"
Kini Junkyu hanya menjawab dengan anggukan pasti.
"Line?"
"...."
"Instagram?"
"..."
"Twitter?"
"..."
"Youtube?"
"....."
"Facebook?"
Semua pertanyaan yang diajukan Haruto hanya dibas dengan gelengan singkat dari Junkyu. Membuat Haruto kepalang bingung lantaran ternyata ada manusia kuno yang tak memiliki media sosial dijaman modern ini.
"Ponsel saja aku tidak punya"
Jawaban Junkyu kali ini membuat Haruto mendelik kaget. Tak percaya, pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled [REVISI]
FanfictionTak sekalipun ia berpikir jika manusia bisa semenjijikkan ini. Yang tanpa rasa ragu menulikan pendengaran ataupun menutup rapat mata kala seseorang memohon akan uluran tangan. 'Tidak merugikan ku, itu bukan urusanku. Aku tak berkewajiban ikut andil...