Chapter 1

3K 467 26
                                    

Satu hal yang tidak bisa terlepas dalam hidup Tavi adalah kenangan. Tentu saja datangnya dari masa lalu yang beberapa bulan ini tidak begitu muncul secara terang-terangan. Sayangnya, pagi ini dia bertemu dengan seseorang yang berkaitan berat dengan luka yang dialaminya. Arthur Ronan. Dia adalah pria yang tidak pernah Tavi sangka akan menjadi penebar luka terdalamnya.

Arthur adalah pria yang dikenal Tavi di bangku kuliah untuk pertama kalinya. Oh, lebih tepatnya terkenal di kampus hingga seluruh mahasiswa di FIK mengenalnya, termasuk Tavi. Yang menyukai Arthur bukan hanya Tavi saat itu, tapi semua mahasiswi seolah menyadari level diri mereka untuk tak bunuh diri mendekati Arthur. Begitu pula Tavi yang selalu sadar diri dengan kualitas dirinya secara fisik yang tidak menarik sama sekali. Meski dirinya masuk dalam kalangan mahasiswi cerdas, tapi tidak ada yang mengenalnya seperti orang-orang mengenal Arthur. Tampan, cerdas, dan aktif bersosialisasi. Tiga paket lengkap yang sangat jarang ditemui selayaknya cantik, cerdas, dan aktif bersosialisasi.

Tavi memiliki teman bernama Davni yang begitu sempurna dan, ya ... masuk dalam kategori seperti Arthur. Namun, Davni tidak suka kehidupan sosialisasi seperti yang Arthur miliki. Arthur suka bergaul dengan aktif organisasi, sedangkan Davni suka bergaul dengan gaya hidupnya yang 'You Only Live Once' alias mumpung masih muda, nikmati segalanya. Tavi tidak tahu bagaimana Davni suka bergaul dengannya di kampus, tapi setelah lama menjadi teman, Tavi sadar bahwa secara tak langsung dirinya memang dimanfaatkan oleh Davni untuk membantu tugas, memberikan informasi kelas, menitip absen, dan hal lainnya.

Begitu lulus, Tavi menjalani hidupnya dengan biasa saja. Entah dia harus merasa beruntung atau tidak karena mengenal Davni, tapi kesempatan bekerja di perusahaan bagus memang datang dari Davni yang notabene adalah anak dari CEO perusahaan yang menerima Tavi si fresh graduate. Lambat laun, Davni yang melanjutkan kuliah di luar negeri dan Tavi yang bekerja dengan sepenuh hati mendapatkan jabatan yang cukup bagus setelah tiga tahun mengabdi perusahaan itu. Davni kembali ke Indonesia dan mereka bertemu kembali. Entah bagaimana mereka menjadi teman baik, tapi Tavi tak ingin menganggap hubungan mereka sebagai sahabat. Tavi memberikan batasan tersendiri pada Davni yang menurut Tavi berada di level berbeda.

Semakin tua, semakin sedikit teman yang kita miliki. Tavi juga yakin Davni tak setulus itu berteman dengannya karena perempuan itu mendatanginya ketika kesulitan menyapa dan menjadikan Tavi sebagai pendengar seluruh cerita yang keluar dari bibir Davni. Seolah semua itu tak cukup, Davni mengajaknya untuk menghabiskan waktu di pub untuk mengeluarkan emosi negatif Davni. Saat berusaha menjaga Davni itulah dia tak sengaja bertemu dengan Arthur. Entah bagaimana pria itu bisa mengenali Tavi dan mereka bertukar nomor telepon.

Tidak banyak yang Tavi tahu mengenai Arthur yang dulu masuk dalam daftar crush-nya di kampus yang tak tergapai. Hanya sekadar tahu hal yang terlihat dari luar tanpa mengenal seperti apa Arthur yang sebenarnya. Kesempatan itu membuka jalan bagi Tavi untuk bisa mengenal Arthur dengan baik. Mereka menjadi sering bertemu, mengobrol, dan dekat. Banyak hal yang mereka bahas, merasa dua atau tiga jam tak cukup untuk membuat mereka puas mengobrol. Hingga pada akhirnya Tavi tak sungkan-sungkan lagi untuk menjatuhkan hati sepenuhnya pada Arthur.

Sejak awal, memang Tavi yang bodoh dan terlalu ceroboh untuk menentukan pilihan untuk jatuh cinta pada pria yang sulit digapai sejak masa kuliah dulu. Mana mungkin, Arthur datang dan menyukainya hingga mengajak kenalan dengan mudahnya tanpa menginginkan sesuatu. Sejak awal Arthur memang tak menaruh ketertarikan pada Tavi sama sekali. Pria itu hanya mencoba mengorek informasi mengenai Davni tanpa pernah disadari Tavi sama sekali. Obrolan mereka, waktu yang mereka bagi, tawa yang mengiringi pembicaraan. Tanpa sadar semua itu mengarah pada Davni.

Namun, yang membuat Tavi begitu ceroboh dan menyalah artikan segalanya adalah ketika mereka pulang dari pub. Pria itu berniat mengantar pulang Tavi, tapi di dalam mobil satu kalimat yang sepertinya didorong oleh alkohol, keluar dari bibir Arthur. "You're so beautiful, Vi."

Itu satu tanda dari bentuk ketertarikan, 'kan?

Tavi bahkan terlena dengan ciuman yang akhirnya mereka bagi bersama. Ciuman yang akhirnya membasahi pikiran mereka untuk mencari hotel terdekat dan menghabiskan waktu yang panas berdua. Tavi tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk tidak ceroboh memberikan dirinya secara utuh pada Arthur. Dia masuk dalam jurang yang dibuatnya sendiri.

Ketika mereka akhirnya terbangun dan memikirkan berulang kali apa yang terjadi, Tavi mengira bahwa Arthur tidak akan semudah itu berkata, "Kamu mau tinggal bareng denganku, Vi?"

Itu salah satu bentuk dari ketertarikan lainnya, 'kan?

Tavi mengiyakan, membawa barang-barangnya secara berkala ke tempat tinggal pria itu. Mereka bergerak bersama selayaknya pasangan yang sedang menjajaki waktu dan pengalaman bersama. Tavi tidak pernah memikirkan mengenai status yang tidak diberikan oleh Arthur. Mereka sudah cukup dewasa untuk memberikan status pacaran, begitulah yang Tavi pikirkan dan menurutnya logis. Dia menikmati waktu yang dirinya miliki bersama Arthur. Memasak untuk pria itu, makan bersama, mandi bersama, dan bahkan tidur bersama. Sedikit perdebatan antara pasangan tidaklah aneh, mereka tetap menikmati waktu semacam itu untuk semakin mengenal satu sama lain.

Tidak menuntut macam-macam adalah salah satu cara Tavi untuk menikmati waktunya sebagai wanita karir. Pembahasan yang nantinya ingin Tavi keluarkan berkaitan dengan pernikahan dan Tavi ingin menyiapkan diri lebih dulu untuk nantinya menjadi seorang ibu.

Ah, rupanya Tavi sudah berpikir terlalu jauh. Tavi mengutuk dirinya sendiri ketika menyadari sesuatu yang salah pada akhirnya datang dan menjawab segalanya.

Hari itu Tavi diajak bertemu dengan Davni dan temannya itu sepertinya begitu semangat ingin mengenalkan seseorang. Selama beberapa waktu, Davni memang tidak pernah mengajaknya bertemu dan hanya mengabarkan kabar bahagia bahwa sedang didekati oleh seorang pria yang menarik hatinya. Davni hanya menyebutkan bahwa pria itu salah satu seniornya di kampus, dan Tavi mengira bahwa senior kampus yang dimaksud oleh Davni adalah senior dari kampus luar negeri yang Davni banggakan selama ini. Tavi tak pernah menyangka bahwa senior yang dimaksud adalah Arthur Ronan yang memang terkenal sejak lama di kampus mereka.

"Tavi, kenalin ini Arthur senior yang pernah gue ceritain."

Tavimerasa sangat bodoh sejak saat itu. Jadi, selama mendekati Tavi, pria itusedang berusaha mendekati Davni? Ini yang diinginkan pria itu sebenarnya?Mendapatkan kesempatan dekat dengan Davni yang memang sudah Tavi nilai memilikitingkat yang berbeda darinya.

[Full version ada di Karyakarsa 'kataromchick' dengan judul yang sama.] 

Kata Cinta Yang Sia-Sia / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang