[Ini masih bagian bab 3. Untuk kalian yang mau baca cepat, silakan mampir ke akun karyakarsa 'kataromchick'. Bab 10 yang jadi bab terakhir udah dicicil di sana.]
Arthur belum sempat mengatakan bahwa dia juga akan menjadi bagian dari anak wanita itu, sebab ibu Nolan sudah lebih dulu bergerak untuk membawa Emory. Arthur merasa tangannya langsung hampa karena tak ada sang putra yang direngkuh. Namun, dia bisa apa? Meski dirinya adalah ayah kandung Emory, tapi keberadaannya tak seresmi itu.
"Saya minta maaf untuk hal itu, Bunda. Tapi saya juga akan menjadi bagian dari anak bunda."
Kerutan di kening wanita itu bertambah ketika Arthur berkata demikian.
"Apa? Siapa kamu berani menentukan segalanya? Lagi pula, saya yakin Tavi nggak akan mengulangi kebodohannya menerima lelaki pengecut seperti kamu. Kamu nggak akan menjadi bagian dari anak saya."
Ibu Nolan tidak menutupi rasa tak sukanya pada Arthur dan hal itu dianggap oleh Arthur sebagai rasa kecewa seorang ibu yang anak perempuannya disakiti. Arthur tidak tahu jika ibu Nolan memiliki kadar rasa benci yang berbeda. Rasa benci yang datangnya dari kesempatan bagi Nolan yang dihalangi untuk mendapatkan hati Tavi.
"Saya akan terus berusaha atas hubungan kami, Bun. Saya minta maaf karena pernah menyakiti Tavi. Saya akan berusaha untuk bisa membahagiakannya setelah ini."
"Kamu ini nggak paham juga, ya?! Saya ini bukan bunda Ta—"
"Bun? Ada apa? Arthur bikin masalah apa sama bunda?" ucap Tavi yang sudah rapi akan mengunjungi makam putrinya.
Ibu Nolan terlihat menarik napas, menyabarkan diri karena ada Tavi.
"Bunda nggak ngerti sama orang ini, Vi. Kalo bisa jangan terlalu sering bergaul sama dia."
Arthur menatap Tavi yang juga melakukan hal sama. Tavi seolah mengatakan pada Arthur, apa yang sudah pria itu lakukan hingga ibu Nolan terlihat sangat kesal. Namun, Arthur hanya mengangkat kedua bahunya. Tak mungkin juga Arthur membahas apa alasan yang membuat wanita tua itu marah disaat masih ada orangnya di sana. Bisa-bisa wanita itu semakin marah pada sikap Arthur.
"Yaudah, Vi, bunda mau ke rumah. Kamu mau ke Rory, kan?"
"Iya, Bun."
Ibu Nolan mengangguk dan membawa Emory setelah memastikan kebutuhan bayi itu di dalam tas sudah lengkap.
"Kamu bikin masalah apa sama bunda?" tanya Tavi.
"Bunda kamu nggak mau aku panggil beliau dengan panggilan bunda. Aku bilang aku akan jadi bagian anaknya, tapi dia bilang nggak akan mungkin. Aku juga minta maaf karena udah bikin kamu terluka, tapi bunda kamu tetap marah."
Kini Tavi yang menarik napas untuk menyabarkan diri. "Lagian kamu ngapain, sih, pake acara bilang begitu? Kamu bisa panggil dengan sebutan formal lainnya. Nggak perlu kamu jelasin hal yang memang nggak akan terjadi diantara kita. Jelas bunda marah sama kamu yang sok tahu sama masa depan! Siapa yang akan jadi bagian dari hidupku? Kamu? Kebohongan macam apa itu? Aku nggak ngerti dengan jalan pikiranmu tau nggak?"
Arthur hanya diam dan mnegamati seluruh aktivitas yang Tavi lakukan sembari menyemburkan kalimat kesalnya. Semua itu membuat Arthur merasa lebih tenang. Mendengar Tavi yang mau mengeluarkan kekesalannya adalah hal yang tidak akan Arthur dapatkan di tempat lain. Lebih baik seperti ini, ketimbang melihat Tavi yang diam saja.
"Lagian aku heran kenapa kamu masih di sini aja!? Kamu emangnya nggak punya kerjaan sampai nggak pergi-pergi juga padahal udah dua orang yang sebel lihat kamu di sini!?"
"Aku udah bilang mau ajak bareng kamu ke makam anak kita, Vi."
Tepat setelah selesai memakai flat shoes miliknya, Tavi menatap Arthur dengan tak percaya.
"Apa kamu pikir aku mau ke sana bareng kamu?"
"Nggak," jawab Arthur.
"Terus? Kenapa kamu masih di sini dan nggak berangkat duluan aja!?"
"Aku bisa jagain kamu dengan bawa mobil beriringan sama kamu. Arah kita sama buat ke makam Rory."
Dang! Itu adalah kalimat paling cringe yang dikeluarkan oleh Arthur. Setidaknya setelah mereka bertemu kembali dan kondisi hubungan mereka belum begitu membaik. Membawa dua mobil untuk dua orang yang menuju tempat yang sama memang terdengar tidak efektif sama sekali. Namun, Arthur tidak tahu cara apa lagi yang bisa digunakan untuk membuat Tavi mau pergi bersamanya.
"Kamu tahu itu adalah cara paling aneh, kan? Kita bisa pergi masing-masing, Ar!"
"I can't. Aku berniat berangkat bareng sama kamu supaya Rory melihat orang tuanya akur dan berdamai untuk bikin dia tersenyum di sana, Vi."
Dalam sekejap Tavi terlihat akan menitikkan air matanya. Arthur berdiri dari sofa dan melangkah mendekati perempuan itu. Meski sudah bergerak sepelan mungkin, nyatanya Tavi benar-benar tak mau untuk dipeluk. Perempuan itu tak mau ditenangkan oleh Arthur dan itu artinya Tavi masih begitu merasakan sakit hingga tak memberikan kesempatan bagi Arthur untuk melakukan skinship dengannya.
"Mobilku. Aku nggak suka menghirup aroma mobil orang lain yang nggak cocok dengan penciumanku."
Arthur agak terkejut dengan ucapan cepat Tavi. Untungnya kesadaran Arthur langsung muncul dan dia menggangguk cepat dengan keinginan Tavi itu.
"Oke, kita naik mobil kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Cinta Yang Sia-Sia / Tamat
RomanceTERSEDIA EBOOK DI PLAYBOOK DAN BAB SATUAN SERTA PAKET DI KARYAKARSA. Ini kisah yang dipenuhi dengan kesalahpahaman atau ... kebodohan. Kata cinta yang selama ini Octavian Bellamy tunggu nyatanya hal sia-sia yang seharusnya dia duga sejak awal. Tak...