Chapter 10

1.6K 340 12
                                    

[Maaf kalo pendek, karena bagian panjangnya diambil chapter kemarin. Btw, bab 8 sudah tayang di karyakarsa. Dan juga aku udah bikin harga paket untuk KISAH CINTA YANG SIA-SIA, jadi yang mau beli paket bisa langsung buka semua bab sekali beli. Happy reading.]

Arthur tahu bahwa dirinya memiliki banyak kelebihan. Dia berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Memiliki paras tampan adalah salah satu keberuntungannya. Memiliki kecerdasan juga merupakan jalan yang bagus untuk mengembangkan karirnya. Namun, kisah cintanya saja yang terlalu rumit untuk dijalani.

Mengenal Tavi membuatnya nyaman, tenang, dan meski ada pertengkaran, itu semua tidak membuat Arthur frustrasi sama sekali. Justru bersama Tavi, dia tidak bisa terlalu lama saling mendiamkan. Arthur selalu lebih mudah mengatakan maaf pada Tavi ketimbang saat dirinya bersama Davni.

Sejujurnya Arthur memiliki banyak kegelisahan mengenai hubungannya dan Tavi. Pertama, karena dia sebelumnya memang berniat dekat dengan Davni melalui Tavi. Kedua, karena kondisi latar belakang keluarga Tavi yang kemungkinan besar akan menjadi masalah nantinya. Arthur mengakui dirinya sangat pengecut. Dia harusnya berjuang lebih dulu sebelum mengetahui hasilnya. Akhirnya dia terlambat bergerak karena terlalu banyak berpikir, hingga Tavi pergi dan membuatnya kehilangan separuh jiwa.

Salah satu sumber keraguan Arthur adalah karena maminya sudah lebih dulu mengenal Davni dan perempuan itu menjadi patokan tipe yang maminya inginkan. Akan sangat menyakitkan bagi Tavi jika nantinya dibandingkan dengan Davni.

"Calon suaminya Davni kabur, Dek! Bisa kamu percaya itu? Laki-laki nggak tahu diri banget, sih, itu. Masa perempuan secantik Davni ditinggal di altar pernikahan sampe bikin malu Davni dan keluarganya."

Ini berita yang mengesalkan bagi Arthur. Jika Davni tak jadi menikah dengan suami bulenya, lalu bagaimana Arthur bisa menikahi Tavi? Maminya terus menyodorkan Davni kepada Arthur.

"Mungkin sebenarnya mereka belum siap menikah aja, Mi."

"Nggak bisa begitulah! Coba kamu yang jadi calon suaminya Davni, udah pasti nggak akan ada hal semacam ini terjadi. Kamu adalah laki-laki bertanggung jawab yang mami besarkan dengan pendidikan bagus dan -"

"Nyatanya aku nggak sesempurna itu, Mi." Arthur menyela ucapan maminya.

Wanita yang melahirkan Arthur itu tertegun bingung. "Kenapa anak mami meragukan diri sendiri begini? What's wrong?"

"Ada hal besar yang harus aku katakan, Mi. Aku minta mami bisa menerimanya dengan baik."

Wanita itu mengangguk dengan anggun. "Sure. Coba bilang ke mami sekarang. I'm all ears!"

Arthur memastikan bahwa ekspresi maminya baik-baik saja. Dia harus menyampaikan segalanya saat ini juga.

"Pertama, aku nggak cinta sama Davni. Aku cinta sama perempuan lain. Aku nggak bisa hidup tanpa perempuan yang aku cintai ini, Mi. Aku ketemu sama perempuan yang aku cinta lagi pagi ini, dan ada hal yang dia sembunyikan dari aku selama beberapa bulan kami berpisah."

Mami Arthur masih dengan tenang mendengarkan.

"Kedua, hal yang dia sembunyikan adalah anakku, Mi. Aku udah lepas tanggung jawab atas anakku, Mami. Aku nggak sesempurna itu, tapi aku mau memperbaiki diri dengan bertanggung jawab atas anak kami dan perempuan yang aku cinta itu."

Arthurtahu, keluarganya akan ribut dengan drama setelah pengakuannya ini diutarakan.Namun, Arthur tidak tahu bahwa maminya akan langsung terjatuh dari kursinyasetelah kabar mengejutkan ini.

Kata Cinta Yang Sia-Sia / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang