1.0% Rainey

56 35 13
                                        

#. untuk pengalaman baca yang lebih baik, kunjungi
profil akun spotify yang ada di bio, putar playlist '#5'
<3

●●●

Perempuan yang kini duduk di pojokan kafe yang seolah tempat itu dibuat khusus untuknya. Ditemani oleh secangkir teh earl grey hangat dan sepotong cinnamon chiffon cake, perempuan itu sedang melakukan hobinya yang ia cintai empat tahun terakhir. Berkat dari salah satu saran yang diberikan temannya, perempuan tersebut melanjutkan kebiasaan membaca buku yang semula bertujuan untuk mengalihkan fokus pikiran, sekarang berubah menjadi hobi.

Amabel Rainey atau panggilannya Rin, berada di Kafe ini karena ini adalah upaya terakhirnya untuk menepati janji dengan Shea Jasmine-teman baiknya yang sudah membatalkan janji sebanyak tiga kali karena jadwal masing-masing yang padat dan tidak selaras. Rin saat ini memakai atasan sweater merah tebal dan bawahan high-waist jeans berwarna hitam, tak lupa dengan bucket hat dengan warna senada dengan bawahan.

Mengingat hari cuaca hari ini cukup dingin, pakaiannya terasa sangat nyaman dan hangat. Tidak jauh berbeda dengan outfit untuk musim panas, Rin tinggal mengganti atasan dengan bahan pakaian yang lebih tipis, seperti kaos juga tak lupa dengan topi baseball sebagai pelengkap. Menurut Shea, gaya pakaiannya Rin banget. Kata simple dan nyaman sudah menjadi kosakata wajib untuk mendeskripsikan outfit style milik Rin.

Saat ini, jarum jam sudah mengarah pukul 11.23, dalam artian Rin sudah menunggu Shea selama 43 menit. Mereka berjanji pada pukul 11.00 tepat sudah ada di lokasi. Rin datang sepuluh menit lebih awal dari waktu yang telah ditentukan karena menurutnya memang sudah sepatutnya ia datang lebih awal. Rin menyebutnya 'Tata Krama'.

"Rinn, maaf aku telaaatttt."

Sahutan dari suara tinggi khas yang Rin kenali dengan baik mengalihkan fokusnya pada buku. Matanya langsung mengarah ke pemilik suara. Orang yang ia tunggu 43 menit terakhir akhirnya datang.

"Dari mana aja She? Liat sekarang udah jam berapa, 11.43 loh" jawab Rin tidak sabar.

"Hehehe, maaf tadi aku kelupaan" jawab Shea dengan wajah polos.

"Shea?" alis Rin hampir menyatu, heran, bisa-bisanya orang yang pertama mengusulkan acara ini melupakannya begitu saja.

"Kepada Nona Amabel Rainey, saya mohon maaf dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam karena melupakan begitu saja janji yang telah sepakat kita tetapkan. Alasan kenapa saya bisa lupa adalah tak lain dan tak bukan karena adanya rapat mendadak yang diselenggarakan tepat 20 menit sebelum saya berniat untuk datang kemari. Sekali lagi, saya mohon agar maaf saya diterima." jelas Shea dengan kepala sedikit menunduk, posisi berdiri penuh hormat.

"Hahahaha apa deh, kayak laporan ke atasan aja."

Rin segera memperbaiki posisi duduk, kedua tangan disatukan di atas paha, kepala sedikit tunduk. Postur tubuh penuh hormat yang siap memberikan respon.

"Karena alasan yang anda berikan cukup logis, saya terima permohonan maafnya. Saya juga memohon kepada anda supaya konfirmasi terlebih dahulu jika ada hal yang dikiranya akan menunda janji hari ini" tambah Rin dengan penuh hormat.

"Hahahhaha balesan jokes kamu udah mendingan Rin. Aku kasih bintang 5 deh" ucap Shea sembari mengacungkan kedua ibu jari, merasa puas.

Rin meresponnya dengan tersenyum, memasang wajah bangga.

"Hormat buat mahasiswa teladan yang tetep rapat di hari weekend!" hormat Rin.

Shea, teman yang dikenal Rin sejak duduk di bangku SMA sama sekali tidak berubah. Shea yang ceroboh, ceria dan pelupa. Sosok teman yang sangat dibutuhkan Rin supaya tetap bisa hidup normal di kalangan masyarakat dan sosok yang sudah mengajarkannya banyak hal. Bener.... aku kangen saat-saat kayak gini. Batin Rin.

Rin yang selalu memakai dua potong pakaian, Rin yang selalu memakai satu gaya pakaian yang sama, Rin yang selalu lugas dan tegas, dan Rin dengan buku nota kecil yang selalu ada ditangannya. Ah, benar. Menurut Shea, Rin yang sekarang sedikit berubah. Menjadi lebih lembut dan terbuka. Perubahan yang dinanti-nantikan oleh Shea.

Seenggaknya, Rin yang kali ini berubah jadi lebih positif daripada dulu. Tapi.... Rin, kamu masih ga bisa sembunyiin sorot mata kamu yang masih sedih. Gimana kalo udahin semua? Pasti capek ya, selama ini, kamu selalu nahan.

Shea bermonolog di batinnya.

Mereka berjanji untuk bertemu hari ini karena usulan Shea pada kali pertama. Rin menyetujuinya dan membantu untuk menentukan lokasi. Karena rutinitas baru yang sibuk, waktu luang Rin dan Shea berkurang drastis sejak memasuki kehidupan perkuliahan. Shea berusaha untuk tetap berteman baik dengan Rin dengan membuat janji seperti ini. Janji ini saja sudah ditunda sampai tiga kali karena mereka kesusahan menemukan waktu yang sesuai. Shea bersyukur masih bisa bertemu dengan Rin seperti sebelumnya.

Mereka pun lanjut bertukar kabar, bertukar rindu, menceritakan hal-hal baik yang sudah terjadi, kilas balik masa lalu, dan membahas kehidupan masing-masing. Penantian yang sepadan setelah tiga kali pembatalan yang berganti dengan pertemuan hangat.

━━━━━━━━━━
© Caílin E.

Daisy Notebook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang