Masa SMA untuk sebagian orang mungkin masa yang berwarna merah mawar, penuh sukacita, dan kebahagiaan. Tak terkecuali bagi Rin, dia juga banyak membuat kenangan yang berkesan selama tiga tahun terakhir itu. Salah satunya saat Rin menemukan cinta per...
Bertiga mereka lewati jalan menuju gedung klub. Naomi pertama memecahkan obrolan. "Eh udah sampe aja," gedung setinggi 12 meter yang menjadi tujuan mereka bertiga tepat didepan mata. "Aku duluan yaa Shea, Rin" Naomi mengangkat tangannya dan melambai kepada 2 orang yang tersisa sambil berseru, "dadaahhh!"
Naomi lantas berlari menjauh meninggalkan mereka berdua. Gimana ya bilang ke ketuanya ... ga masuk sekolah karna ujan ujanan? hmm. Naomi bermonolog, ia khawatir jika ketua klub tidak akan percaya dengan alasan itu. Dengan perasaan itu, dibawanya sambil berlari menuju ruang klubnya yang berada di paling ujung gedung.
"Daaahh." Shea menggerakkan tangannya ke kanan-kiri. Membalas pamitan Naomi sembari mengangkat kedua sudut bibirnya. Rin merespon pamitannya dengan lambaian tangan kecil.
"Rin aku juga duluan yaa, semangat klubnya!" ujar Shea sembari mengepalkan tangannya di depan—isyarat memberi semangat. Seperti biasa mereka berpisah di tangga yang memisahkan kedua lantai 1 dan lantai 2.
"Dah ...." Rin sepenuhnya berpisah dengan mereka berdua, lanjut berjalan menaiki tangga dengan sedikit malas dan mendengar dalam hati.
Kita semua sudah mengetahui perjuangan Rin menaiki tangga menuju ruang klub. Jadi, kita langsung saja lanjut ke suasana yang ada di ruang klub. Ethan, Ella, dan Zan sudah duduk di kursi masing-masing sedang membicarakan plus–minus sekolah ini. Rin menyusul dan hanya mendengarkan—tidak berniat untuk ikut membahasnya. Di atas meja berjejer bahan-bahan masak yang tersusun rapih, lengkap dengan peralatan masaknya. Mereka bertiga—Ella, Ethan, Zan, menyiapkannya begitu Zan datang sambil membawa bahan masak.