"Ngobrol apa sama ayah?" tanya Mira pelan kepada Raka. Ia ikut duduk pada sofa sembari membawakan secangkir kopi.
Sekarang mereka berada di rumah kediaman milik Bam. Ibunya sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat 4 hari 3 malam. Kondisinya sudah sangat membaik, Mira bersyukur akan hal itu.
Sebenarnya ia enggan untuk datang kembali ke rumah ini, jika bukan karna Tari, ia tidak akan kemari.
"Ngobrol biasa," jawab Raka yang mendapatkan dengusan dari Mira. Sungguh tidak menjawab rasa penasarannya. Pasalnya, dua lelaki itu mengobrol dalam waktu yang lama. Mira yakin itu bukan obrolan biasa.
"Kamu ngga ngantor? masa lama banget kamu wfh," Mira memakan sepotong biskuit. "Mau?" tawarnya.
Raka mengingit biskuit di tangan istrinya itu. "Kamu ngga senang ketemu aku?"
"Ck. Bukan gitu. Terserah kamu deh," sungguh berbicara dengan lelaki ini membutuhkan tenaga yang ekstra. Sering kali obrolan mereka berakhir dengan perdebatan yang tak berujung. Walau kondisi mereka lebih membaik dari sebelumnya.
Mira diam beberapa saat. Matanya sibuk menatap handphonenya, jarinya mengetik cepat membalas pesan dari Caca.
"Kamu juga udah lama ngga ke toko," pernyataan dari Raka mendapatkan anggukan kepala dari Mira. "Ada Caca yang handle."
"Oh ya, mas, Besok aku mau main sama Kiana, kamu sibuk ngga?"
"Nana kemana?"
"Ngga tau. Katanya sih ada urusan. Udah lama juga ngga main sama Kia," Mira tersenyum. Tak sabar menunggu hari esok.
"Main sama anak orang terus. Sama anak sendiri kapan?" tukas Raka. Ia menatap gadis yang tampak kikuk di sebelahnya.
"Apaan sih, mas," Mira tertawa garing.
"Kok apaan. Benar, kan? lebih seru loh main sama anak sendiri," ujarnya.
"Emang kamu pernah ngerasain ngurus anak sendiri?"
"Mau ngerasain," ucap Raka dengan makna mendalam. Ia tak henti menatap Mira dalam. "Aku mau." Raka tersenyum. "Tapi balik lagi ke kamunya. Kalau kamu ngga mau-"
"Siapa bilang aku ngga mau? aku mau kok," sahut Mira. "Tapi untuk ngelakuin 'itu', aku belum siap, mas. Maaf ya," ucapnya pelan.
"Kenapa minta maaf? aku bakal nunggu sampe kamu siap kok," jawabnya enteng kemudian meminum kopi buatan Mira.
Topik pembicaraan ini berakhir dengan Mira yang merasa gelisah. Tidak salah Raka berucap seperti itu. Dirinya lah yang harus disalahkan. Dia sama sekali belum melakukan kewajibannya sebagai istri. Kondisi rumah tangganya yang dulu bisa dibilang tidak pernah baik-baik saja akan ia jadikan pembelaan diri. Namun itu dulu. Sekarang kondisi tlah berubah.
Tapi, tetap saja ia belum siap.
"Udah. Ngga usah dipikirin gitu," ujar lelaki itu melihat kegemingan istrinya. Ia mengelus kepala Mira lembut.
***
"Udah berapa kali sih aku bilang," Mira mengangkat handuk basah yang tergeletak di kasur. "Susah banget dibilangin."
"Lupa."
"Ini kan handuknya lembab. Bau apek nanti!"
Ocehan Mira bagaikan angin lalu untuk Raka. Lelaki itu dengan acuh berjalan ke kasur, merebahkan dirinya yang terasa lelah. Menatap Mira dengan wajah datarnya.
"Mau kemana?"
"Masak."
"Kita makan malam di luar aja gimana?" tawarnya.
Mira menganguk menyetujui. "Boleh." kini ia ikut merebahkan badannya di kasur. "Makan pecel ayam aja ya, mas."
Raka hanya menjawab dengan deheman. Ia melentangkan tangannya untuk dijadikan bantal Mira. "Besok kayaknya aku ngga bisa nemenin kamu sama Kiana," ucap Raka pelan.
"Udah mulai ngantor ya?"
"Iya."
"Mau aku buatin bekal ngga besok?" tawar Mira dengan semangat.
"Boleh," lelaki itu mengangguk.
"Kalau gitu habis makan kita mampir ke supermarket dulu ya. Ada beberapa bahan yang habis. Oh iya, kamu mau bekal apa?" Mira menatap Raka.
"Kamu mau masak apa?"
Gadis ini lagi-lagi mendengus. "Kenapa balik nanya sih? ya aku masak apa yang kamu mau lah," ucapnya.
"Terserah kamu."
Mira menatap lelaki ini jengah. "Udah deh mas. Ngga usah ngomong lagi," tukasnya kesal.
Sedangkan Raka tersenyum puas melihat raut kesal istirnya itu.
***
HALLOOOO
MAAF BANGET BARU UPDATE LAGII🤧
MAKASIH JUGA YANG UDAH NUNGGUINN AKU UPDATE
luv luv~raa
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir dari kisah
Novela JuvenilDia Mira Seorang yang muak dengan kehidupan pernikahannya. 2 tahun ia memendam semua. Semua perlakuan Raka terhadap dirinya, semua perkataan yang Raka lontarkan untuknya. Ia lelah, sungguh. Dan Mira memutuskan untuk membuat akhir dari kisah. ••• 161...