Bagian III

191 33 11
                                    

Putri Ysabelle sedang mematut dirinya saat Lilyanne datang membawa beberapa perhiasan untuk dipasang di rambut Putri Ysabelle.

"Yang Mulia, utusan dari Kerajaan Hawkins sudah datang. Mereka sudah memasuki aula. Kita harus bergegas." Seru Lilyanne panik.

Putri Ysabelle tersenyum. "Tenang, Lily. Bukankan Pangeran Arthur bilang aku tak harus keluar? Calon suamiku tak datang. Aku tak perlu ikut menghadiri pertemuan hari ini. Aku bisa melakukan rutinitasku, Ayah pun berkata demikian. Hari ini kita akan keluar kastil, Lily. Bagaimana?"

"Ah tapi, tidakkah Yang Mulia ingin melihat bagaimana mereka, siapa yang datang? Bahkan para pelayan di dekat gerbang istana mulai berbisik ada pria sangat tampan yang datang. Perwira yang memimpin rombongan utusan." Lilyanne berkata pelan.

Putri Ysabelle tertawa. "Lily, semakin mereka datang, semakin hatiku tak tenang. Semakin terasa sebentar lagi aku harus meninggalkan istana, negeri ini. Maukah kau menemaniku keluar?"

"Aaah Yang Mulia, maafkan saya yang tak begitu peka menyadari kegundahan Anda. Baik, mari kita berjalan-jalan." Lilyanne segera meletakkan nampan perhiasan yang dia bawa dan mulai memasangnya di rambut sang putri.

Keluar kastil yang dimaksud Putri Ysabelle adalah menuju danau kecil yang terletak di luar gerbang istana. Melangkah ke samping kanan gerbang akan ada danau kecil yang dihiasi taman bunga, berbagai pohon kayu, dan buah. Area yang bernama Eden Forest ini adalah area istirahat keluarga kerajaan ataupun tamu kerajaan yang merindukan tempat hening dan hanya diisi suara alam.

Lilyanne berpesan pada penjaga istana bila mencari Putri Ysabelle agar mencari mereka di sana.

Putri Ysabelle berlari kecil melompati batu-batu di luar gerbang sebelum berbelok ke arah Eden Forest namun langkahnya terhenti saat melihat 4 laki-laki yang berjalan agak tergesa berniat masuk ke gerbang istana, sepertinya mereka baru dari Eden Forest.

"Tuan Putri Ysabelle, tunggguuu...." Teriak Lilyanne dari belakang yang berusaha mengejar putrinya dengan satu keranjang bekal di tangannya.

Laki-laki yang paling tinggi menghentikan langkahnya. Ia membungkuk, memberikan penghormatan.

"Yang Mulia, perkenankan saya memperkenalkan diri. Saya Perwira Tinggi Yeshaya Dormand Chavier, dari Kerajaan Hawkins. Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu secara langsung di hari ini. Maafkan kelancangan saya, dan tiga Pangeran kami yang sepertinya sangat antusias melihat seluruh area kerajaan ini."

Putri Ysabelle tersenyum, membungkukkan badannya. "Semoga Anda semua menikmati waktu yang menyenangkan di istana ini. Lalu apakah pangeran dan Perwira Tinggi Yeshaya sudah melihat Eden Forest?"

Mereka saling pandang.

"Perkenalkan, saya Jeshava Hawkins. Sebentar lagi kita akan menjadi keluarga." Pangeran Jeshava nyengir.

"Jadi nama tempat ini Eden Forest? Perkenalkan, saya Harrison. Sepupu putra mahkota Hugo"

"Saya Gabriel, sepupu Putra Mahkota Hugo. Kami berkeliling saat Perwira Tinggi Yeshaya menghadap Baginda Raja. Maafkan kelancangan kami. Kami tertangkap oleh Perwira Tinggi Yeshaya" Gabriel nyengir.

"Oh?" Putri Ysabelle terdiam sesaat.

"Mereka belum masuk ke sana, Yang Mulia. Saya menemukan mereka di depan gerbang Eden Forest. Maafkan kami." Kali ini Perwira Tinggi Yeshaya menjawab.

"Lalu, ingin saya antar ke sana sekarang?" Tawar Putri Ysabelle.

"Mungkin lain kali. Tujuan kami sudah terwujud." Pangeran Gabriel tersenyum sambil berkedip ke arah Pangeran Harrison dan Jeshava.

Putri Ysabelle dan Perwira Tinggi Yeshaya saling tatap kebingungan.

"Apakah urusan Perwira Tinggi Yeshaya dengan Baginda Raja sudah selesai?" Tanya Putri Ysabelle lagi.

"Ah, sudah. Kami menyerahkan dokumen. Sedang menunggu dokumen balasan. Kami akan bermalam sehari."

"Apakah Putri Ysabelle bisa menemani kami berkeliling?" Tanya Pangeran Jeshava.

"Ah mohon maaf Tuan Pangeran. Tanpa mengurangi rasa hormat, karena Tuan Putri akan segera menikah tidak baik bila menghabiskan waktu bersama pria lain tanpa pengawasan atau acara jelas. Mohon maaf."

Lilyanne langsung membungkuk setelah mengatakan itu.

"Ah, maafkan kami." Lagi-lagi Perwira Tinggi itu membungkuk.

"Bila kalian ingin berkeliling saya akan meminta Pangeran Arthur menemani kalian." Jawab Putri Ysabelle.

"Ah ya terima kasih. Apakah Putri Ysabelle akan ikut dalam makan malam nanti?" Tanya Pangeran Gabriel.

"Ya. Tentu. Kami harus menyambut tamu kami." Putri Ysabelle tersenyum.

"Wah, baiklah. Kalau begitu kami langsung ke istana saja. Ke Eden forest atau berkeliling bisa nanti, saat kunjungan kami yang kedua." Mereka bertiga nyengir bahagia.

"Kami akan menuju Aula sekali lagi. Silakan melanjutkan kegiatan, Yang Mulia."

Perwira Tinggi Yeshaya undur diri disusul oleh ketiga pangeran itu.

Putri Ysabelle balas mengangguk dan melanjutkan pergi ke Eden Forest dengan Lilyanne di belakangnya.

Setelah mereka cukup jauh, Lilyanne bersorak. "Astaga Yang Mulia! Mereka sangat tampan! Terutama Perwira Tinggi Yeshaya. Sungguh sopan dan memikat. Garis wajahnya indah sekali. Oh ya, Yang Mulia, Pangeran Jeshava tadi adik Putra Mahkota Hugo. Sepertinya calon suamimu juga akan sangat tampan."

Putri Ysabelle tersenyum kecil melihat antusias Lilyanne yang terus berkicau tentang empat orang yang mereka temui tadi. Pikiran Putri Ysabelle tak sepenuhnya pada suara-suara itu. Pikirannya tertuju pada hari pertunangannya yang semakin dekat. Seminggu setelah acara pertunangan, Putri Ysabelle akan pindah ke Kerajaan Hawkins. Bersiap di Kerajaan Hawkins untuk pernikahan mereka seminggunya lagi. Setelah menikah tentu ia akan tinggal selamanya di sana. Semua ini begitu cepat.

***

Pangeran Hugo termenung di ruang belajar istana. Dia ingin segera bertemu Lady Maureen untuk menjelaskan langsung tentang pernikahan ini. Rumor pasti sudah berhembus keluar ketika utusan Kerajaan Hawkins sudah berangkat menuju Kerajaan Halstead. Kakinya bergerak-gerak gelisah. Bagaimana cara menjelaskan, bagaimana cara bertemu. Semua pergerakannya diawasi oleh pengawal. Tidak, dia punya cara untuk mengakali mereka. Yang ia tak siap adalah menghadapi Lady Maureen. Ia ingin kabur bersama gadis itu menuju tempat yang hanya ada mereka berdua.

"Yang Mulia, Pangeran Jenovan datang ingin mengunjungi Anda." Terdengar suara dari balik pintu.

"Ya, persilakan ke ruang tamuku."

Pangeran Hugo bergegas keluar.

"Yang Mulia." Pangeran Jenovan merentangkan tangannya, bersiap memeluk Pangeran Hugo.

"Pangeran Jenovan" Pangeran Hugo merangkul sepupu jauhnya.

"Selamat atas pernikahanmu, Yang Mulia." Buka Pangeran Jenovan.

"Berhenti memanggilku seperti itu, Jenovan. Kita hanya berdua sekarang."

"Haha. Ya. Aku hanya ingin membiasakan diri." Pangeran Jenovan tertawa sebelum melanjutkan. "Aku datang membawa undangan, Hugo. Pesta ulang tahunku. 5 hari lagi."

"Wah, selamat Jenovan. Terima kasih sudah mengundangku."

"Kau harus datang, Hugo. Acara ulang tahun kali ini bisa jadi pesta terakhir sebelum aku mengakhiri masa lajangku." Pangeran Jenovan termenung.

"Ya, aku paham. Aku akan datang."

Setelah ngobrol tentang keseharian mereka, Pangeran Jenovan pamit pulang. Pangeran Hugo termenung di kamarnya. Kata Jenovan seluruh keluarga bangsawan diundang. Tentu ini tak terkecuali keluarga Lady Maureen. Akhirnya dia menemukan momen untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Akhirnya, Lady Maureen. Aku berjanji akan menjelaskan ini semua, batin Pangeran Hugo.

The Royal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang