Bagian X

127 13 5
                                    

Putri Ysabelle memegang dadanya, menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. Air matanya telah kering semalam. Ia tak yakin mengapa ada ketakutan yang begitu besar di hari pernikahannya ini.
Kereta berhenti, Putri Ysabelle menegakkan tubuhnya, meremas erat buket bunga pernikahannya.

"Yang Mulia, kita telah tiba." Terdengar suara Perwira Tinggi Yeshaya di balik pintu.

"Baik." Jawab Putri Ysabelle.

Perwira Tinggi Yeshaya membuka pintu, Putri Ysabelle turun perlahan, tangannya gemetar, kakinya terasa lemas.

Perwira Tinggi Yeshaya mengulurkan tangannya. Putri Ysabelle menatap Perwira Tinggi Yeshaya. Laki-laki itu menganggukkan kepalanya, menatapnya lembut. Putri Ysabelle meraih tangannya, menjadikan genggaman itu tumpuannya melangkah memasuki gedung pernikahan.

Begitu yakin langkah Putri Ysabelle stabil, Perwira Tinggi Yeshaya melepaskan genggamannya. Mereka berhenti di areal pertemuan kedua mempelai. Putri Ysabelle bisa melihat Pangeran Hugo yang didampingi Perwira Agung Chavier berdiri tegap di sana.

Pangeran Hugo dan Putri Ysabelle kemudian berjalan berdampingan menuju altar pernikahan. Ditunggu oleh Raja dan Permaisuri Hawkins. Keluarga Kerajaan Halstead duduk di area tamu utama, disusul undangan-undangan lain kerajaan.

Beberapa keluarga bangsawan yang menghadiri terdengar saling berbisik.

"Benar kan, semua membahas mata Putri Ysabelle," bisik Pangeran Jeshava pada sepupunya.

"Semakin terlihat perbedaannya karena Lady Maureen juga hadir di sini." Sahut Pangeran Gabriel.

"Kukira Lady Maureen tidak akan hadir. Atau mungkin kalau tidak hadir akan terasa lebih aneh?" Timpal Pangeran Harrison.

"Mau tahu yang lebih gila? Kak Yeshaya dijodohkan dengan Lady Maureen!" Tiba-tiba Putri Abigail ikut nimbrung dalam percakapan itu.

"HAH?!!"

Ketiga pangeran itu kemudian menutup mulutnya dan menundukkan kepalanya.
Perhatian seluruh undangan telah tertuju pada mereka.

"Putri Abigail, darimana dengar rumor seperti itu?!" Pangeran Jeshava setengah berbisik setengah membentak.

"Dari calon istri Kak Jenovan, saat pesta lajangnya." Jawab Putri Abigail.

"Ini gila! Kalau sampai Lady Maureen menikah dengan Kak Yeshaya, entah apa yang akan terjadi dengan hubungan Kak Hugo dengan Kak Yeshaya."

Pangeran Gabriel menatap Perwira Tinggi Yeshaya yang berdiri tegap di belakang kedua mempelai.

"Apakah Kak Hugo memutuskan untuk menerima Putri Ysabelle sebagai istrinya?" Tanya Pangeran Gabriel pada Pangeran Jeshava.

"Mungkin. Aku sempat mendengar kak Hugo berdebat dengan Ayah Raja tentang pernikahan ini."

"Sebenarnya tidak ada yang salah dalam pernikahan ini. Kita tidak bisa membenci Putri Ysabelle karena mungkin dia pun tidak meminta ini. Kita juga tidak bisa menyalahkan Kak Hugo dan Lady Maureen yang bersedih karena hubungan mereka harus berakhir seperti ini." Gumam Putri Abigail.

“Kepada Yang Mulia Putri diperkenankan mencium tangan Yang Mulia Pangeran.” terdengar suara pemimpin upacara membuyarkan lamunan Putri Ysabelle.

Putri Ysabelle meraih tangan Pangeran Hugo. Dikecupnya punggung tangan suaminya yang sudah mengenakan cincin pernikahan mereka. 

“Kepada Yang Mulia Pangeran, diperkenankan mencium kening Yang Mulia Putri.” terdengar kembali suara pemimpin upacara.

Pangeran Hugo dan Putri Ysabelle bertatapan. Dengan enggan Pangeran Hugo mengecup kening istrinya.

"Selamat kepada Putra Mahkota Hugo dan Putri Ysabelle, Yang Mulia sudah resmi menjadi suami istri."

Tepuk tangan riuh menggema di ruang pernikahan. Pangeran Hugo meremas kepalan tangannya. Berakhirlah sudah semuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Royal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang