Audi hitam mengilap nan tampak mewah itu membawa Dean dan Louisa di area gedung observatori Griffith. Bangunan berkubah gelap tersebut terlihat gagah di lereng selatan gunung Hollywood, dinding-dindingnya bercat putih dan disorot lampu kuning dari bawah untuk kesan dramatis. Di halaman gedung yang sangat luas ditumbuhi rerumputan hijau ada sebuah monumen memanjang juga teater Yunani. Biasanya ada pertunjukan, namun malam ini ditiadakan demi event lain yang lebih menarik. Dari sini mereka juga bisa melihat papan bertuliskan Hollywood sebagai ikon kota yang tidak boleh dilewatkan.
Walau memakan waktu sekitar lima belas menit menggunakan roda empat, butuh usaha lagi agar bisa sampai ke puncak, sementara Dean melihat Louisa mengenakan boots berhak tinggi yang tidak memungkinkan gadis itu untuk berjalan lebih jauh. Untung saja tempat ini memiliki fasilitas uber atau bus agar pengunjung tak perlu susah payah melewati jalanan terjal nan curam.
Dari puncak mereka bisa melihat bentang kota Downtown seperti jutaan kunang-kunang yang bergerombol jadi satu wadah super besar. Jika menengadah ke arah langit malam, dia seperti mengamati cerminan gemintang dari dua sisi dan serasa masuk ke dunia paralel seperti film Upside Down. Dean sengaja mengajak Louisa ke mari karena ada satu event yang sempat lewat di beranda Twitter. Pihak observatori mengumumkan kalau malam ini akan ada okultasi mars ke bulan, fenomena di mana planet keempat tata surya tersebut melewati bulan. Jika cuaca cerah, proses pergerakan mars akan tampak jelas tanpa harus menggunakan teleskop.
Dean berpaling ke arah Louisa yang sedari tadi diam karena sibuk mengagumi betapa dirinya begitu kecil jika berada di puncak. Iris mata lentik itu terlihat antusias mengamati pendar lampu-lampu kota seperti menemukan stoples raksasa berisi bubuk cahaya. Dia menebak kalau boots yang dikenakan tak akan menimbulkan rasa lelah di betis gadis itu ketika perhatiannya masih tertuju pada lanskap Downtown. Merasa diawasi, Louisa menoleh ke arah Dean begitu salah tingkah kemudian berkata, "Kau membawaku ke sini--"
"Melihat sesuatu yang belum kau lihat seumur hidupmu," sela Dean menarik tangan Louisa dan mengangkatnya tinggi-tinggi membuat gadis itu berputar bertumpu di atas jempol kaki. "Menarilah untukku, Lou."
"Kenapa?" tanya Louisa melingkarkan lengan Dean ke lehernya, mencuri-curi wangi tubuh lelaki itu. Tangan kirinya terangkat tuk membelai bulu-bulu janggut berharap bahwa bisa merasakan sensasi gelitik itu di antara kedua pangkal paha saat bercinta. Sial! Lagi-lagi Louisa memikirkan hal kotor dalam kepala. Semua ini karena pesona si Cassanova!
"Hanya ingin tahu. Katamu aku bisa meminta semua yang ada pada dirimu bukan?" Dean mengingatkan janji Louisa sewaktu di restoran tadi.
"Ah, benar. Tapi, tidak dengan sepatu ini," elak Louisa. "Apa kau sering ke sini bersama perempuan sebelumnya?"
Dean menggeleng cepat. "Kau yang pertama."
"Apa ada alasan khusus, Mr. Cross?" Louisa mengerutkan kening saat Dean mendekapnya erat dalam pelukan. "Aku penasaran apa saja yang kau lakukan dengan barisan mantanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirty Scandal (END)
Romance(Bad CEO Series) Terpikat dengan Louisa Bahr sejak menjadi peran utama dalam film 'From The End', Dean Cross menawari hubungan tanpa status untuk membantu Louisa membalaskan dendam atas pengkhianatan Troy. Jalinan asmara berselimutkan hasrat ternyat...