23. Pagi panik

212 40 1
                                    

Yoandra membaringkan gadis itu di atas ranjang, Clara kembali kehilangan kesadaran sebab terlalu syok dengan kejadian yang baru saja menimpanya.

Gadis itu terus menggumamkan kata 'Tolong' 'Jangan' dan 'Menjauh' bahkan dalam alam bawah sadarnya.

Yoandra merasa ia benar-benar berengsek sebab malah menjauhi Clara disaat ia sendiri tau jika gadis itu sedang menjadi incaran musuhnya.

Yoandra memegang pipi Clara yang basah oleh air mata, gurat ketakutan tercetak jelas disana, kernyitan dahi gadis itu sungguh sangat menganggunya, Yoandra beralih merapikan helaian rambut panjang gadis itu yang sebagian menutupi wajah cantiknya.

Air mata yang hampir tak pernah terlihat pada mata tajam pemuda itu kini menetes, ia tak tahan berada dekat dengan gadis itu yang kini terlihat kacau, Yoandra beranjak kemudian meninggalkan rumah besar keluarga Sadhi malam itu.

Namun langkahnya terhenti kala satu pesan dari orang yang kini ia hindari muncul.





Jidan
Lo ngelakuin sesuatu?






















—🌬












Yoshi mengangkat tubuh Clara yang tak sadarkan diri pagi itu menuju UKS diikuti Ana dibelakangnya yang panik.

Ketiganya berpapasan dengan Eira dan Bayu yang baru datang, dua sejoli itu juga ikut panik bertanya.

"Woy woy ci, Clara kenapa?"

"Oci, Hei... Ana..."

Tak mendapat jawaban sebab Yoshi dan Ana malah melangkah lebih cepat, Bayu langsung berlari menuju kelas bersama Eira yang mengikuti, sampai dipintu kelas ia bertemu dengan Yuna yang berdiri melongo didepan meja Clara.

Bayu melempar tasnya tak santai, "Clara kenapa anjir? si Oci gue tanyain diem aja malah makin gercep ngelangkah" tanyanya panik.

"Oci bilang tadi Clara pingsan"

"Lah, kok bisa? kena bola apa gimana?" tanya Eira.

Bayu menoyor kepala gadis cantik itu yang mengaduh kemudian balas menepuk punggungnya keras, "Masih pagi oon, jam segini siapa yang maen bola?! goblok banget heran"

"Yaudah sih Yu kalem, lagian ini kenapa malah ngerumpi disini sih, ayo susulin Clara" kata Eira kemudian menarik tangan Bayu diikuti Yuna dibelakangnya.

Dikoridor sekitar kelas 11 Ipa, mata Yuna memicing, gadis itu melihat satu objek utama yang sedang berjalan santai menuju kelasnya—Yoandra Abimanyu.

Yuna mengepalkan tangan kuat, kemarin malam ia melihat Clara dibonceng pemuda itu pulang, Yuna jelas langsung berfikir jika temannya itu 'di apa-apakan' oleh pemuda begajulan yang menurutnya selalu membuat onar itu.

Yuna bertekad akan langsung memintai pertanggung jawaban pada Yoandra detik ini juga.

"Guys, duluan deh gue ada urusan dulu bentar, panggilan alam" katanya terkekeh sebelum berlari cepat meninggalkan Eira dan Bayu yang melongo.

Yuna menghentikan langkah tepat didepan kelas bertuliskan 2A3 itu kemudian berjalan masuk tidak memperdulikan suitan Haikal dan Haekal yang sedari ia datang memang sudah genit menggodanya.

Yuna terus berjalan hingga langkahnya berhenti dikursi belakang pojok sebelah kiri.

"Yoan" panggilnya.

Yoandra mengangkat wajah, pemuda itu menatap Yuna dihadapannya, "Kenapa?"

"Lo apain temen gue?"

Yoandra mengernyit sedangkan seisi kelas menoleh salah paham, agak ambigu memang pemilihan kata yang Yuna gunakan.

"Maksud lo?"

"Kemaren Clara balik sama lo sekarang tiba-tiba dia pingsan, pasti lo apa-apain kan? Ngaku!"

Yoandra kaget, tanpa mendengar ocehan lanjut dari Yuna, pemuda itu sudah berdiri kemudian berlari cepat menuju UKS.








Dikoridor menuju UKS matanya bertemu pandang dengan Jidan yang baru datang, Yoan sedikitnya agak was-was, pasalnya Jidan meskipun kalem dan jarang emosi, pemuda itu terbilang cukup buas saat ia sedang diluar kendali, apalagi ini menyangkut teman sekelasnya—Clara.

"Mau kemana lo? buru-buru amat" tanya Jidan saat Yoan menghentikan langkah didepannya.

"Yuna bilang temen lo pingsan"

Jidan memiringkan wajah bertanya bingung, "Siapa?"

"Clara"

Jidan memejamkan mata sekejap sebelum akhirnya menghembuskan nafas pelan karena jujur saja, ia lelah.

Kemarin meskipun Yoan atau Clara tidak memberitahunya perihal apapun soal Silas, Jidan justru mendapat satu pesan khusus yang sukses membuat emosinya memuncak.

Satu pesan dari pemimpin Silas—Leo.










Leo
Gentle juga wakil lo, ternyata umpannya cewe










Satu pesan itu yang membuat Jidan langsung menyimpulkan kalau Yoandra telah melakukan sesuatu.

Jidan tau jika selama ini Silas mengincar Haksa yang jelas terlihat mudah dipancing, tapi Yoandra dan Seno masuk kategori terpenting sebagai incaran karena keduanya yang paling sulit memakan umpan.

Yoandra yang cuek dengan sifat dinginya serta Seno yang tak perduli sekitar membuatnya selalu masa bodoh dengan segala pancingan yang justru membuat Silas semakin mengincar keduanya.














"Ternyata bener, lo ngelakuin sesuatu yang gua enggak tau" ucap Jidan menusuk tepat.
















—🍫











Eng—enggak gitu kok Ji, suer✌🏻













Chocolate & Cigarette √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang