33. Bertahan

181 44 4
                                    

Sampai didalam kelas yang riuhnya melebihi pasar itu Clara celingukan, benar apa yang Yoshi katakan jika Shaka dan Haksa tidak ada dikelas, gadis itu menarik langkah mundur kembali keluar kelas, matanya mencari bergulir kesana kemari hingga akhirnya Shaka sendiri yang mendekat.

Pemuda itu hendak memasuki kelas namun tak jati sebab lengannya ditahan.

"Ka"

Shaka menoleh tak minat, jujur saja ia lelah, fikirannya semrawut, ditambah entah sudah keberapa kali mendapat berbagai pertanyaan soal kenapa Jidan tak masuk sekolah hari ini dari setiap warga sekolah.

Shaka paham seberpengaruh apa seorang Andrea Jidan Geovan diarea sekolah, sebab itu ketidak hadirannya dapat mengundang tanda tanya.

"Kenapa? Jidan lagi?"

"Yoan"

Shaka tersentak, kaget sebetulnya karena nama yang barusan disebutkan oleh gadis macan ini adalah musuh bebuyutan gadis itu sendiri.

"Dia... baik-baik aja kan?"

Shaka bergerak kikuk, pemuda itu menipiskan bibir sebelum menjawab, "Ya mana gue tau, gue bukan emaknya"

"Hari ini dia gak masuk, begitupun Jidan, mereka ada dimana, Ka?" tanya Clara, gadis itu mulai menodong Shaka sampai pemuda itu merasa tersudut dengan tatapan mengintimidasi yang gadis itu pancarkan.

"Jidan kan jelas keluar kota, kalo Yoan gak tau dah gue gak nanya, lagian dia sering bolos juga kan ngapain ditanyain dah" jawab Shaka mencoba setenang mungkin meski sudah ketar-ketir sebenarnya.

"Enggak! Yoan cuma bolos di pelajaran ipa dan dia gak pernah bolos sekolah" jawab Clara pasti.

Shaka mengernyit bingung, kenapa juga gadis ini jadi sangat mengetahui tentang Yoandra?

"Lo perdu—"

"Gue denger obrolan lo sama Haksa tadi pagi" potong Clara cepat yang tentu saja sukses membuat Shaka kaget setengah mati, ia tak bisa mengelak kali ini.

Shaka tak bisa membalas, pemuda itu hanya diam berfikir apa sebaiknya memberitahu Clara saja, tapi sejurus kemudian sang penyelamat datang, Haksa muncul dengan wajah lesunya yang langsung ditarik Shaka menjauh.

"Eh Cla, gue ke UKS dulu ya, katanya tadi Jean sakit perut muntah-muntah gitu gue ngerih TBC" ucap Shaka sambil sibuk menarik Haksa yang cengo bingung tertarik pasrah.

"Sa, Clara denger obrolan kita tadi pagi"

Haksa mengernyit, "Obrolan yang mana?"

"Ck, ya kita ngobrolin apa sih selain Silas?"

Haksa mengangguk saja sebagai reaksi, "Ya terus kenapa?" tanya pemuda itu santai.

"Reaksi lo gitu banget"

"Kenapa sih ka? Jidan Yoan temen Clara dan tentunya anak kelas juga, so... mereka punya hak buat tau keadaan temen-temennya"

Shaka menghela nafas sejenak, "Gue gak mau anak kelas terlibat, Silas bisa aja ngelakuin hal yang sama kayak yang mereka lakuin ke Nino"

"Lo lupa hampir setengah dari anak kelas kita itu atlet taekwondo? apalagi Yoshi, Bayu dan bahkan Han pemegang sabuk item, jelas mereka punya power buat ngelawan musuh" jelas Haksa panjang lebar, tapi Shaka tetap pada pendiriannya, pemuda itu justru melengos meninggalkan Haksa yang hanya mampu mendecak.









—🌬


















Tubuh yang sudah lemas tak bertenaga itu terkapar dilantai dingin ruangan pengap dengan pencahayaan remang itu, ia sudah tak sadarkan diri semenjak dibabad habis-habisan kemarin hingga baru tersadar lagi dengan keadaan mati rasa.

Yoandra seperti sudah tak bisa merasakan tubuhnya lagi, tangannya sulit ia gerakkan, darah mengucur dipelipis serta kepala bagian belakangnya akibat pukulan bilah kayu tempo hari.

Ia beberapa kali terbatuk memuntahkan cairan kental merah dari mulutnya, Yoandra menoleh pada Jidan disisi kirinya, keadaan pemuda itu juga sama parahnya.

"Ji" panggilnya lemah.

Jidan yang tadinya menunduk mulai mengangkat kepalanya perlahan.

"Lo... bi-bisa ber-tahan kan?"

Jidan tak menjawab, pemuda itu hanya menyunggingkan satu senyum kecil yang Yoandra artikan sebagai jawaban pasti kalau bukan hanya dia, tapi keduanya akan bisa bertahan.














—🍫
















Chocolate & Cigarette √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang