Gulf sudah sampai di depan rumah orang tuanya. Gulf mengatur nafasnya supaya tetap normal
"Gulf saja yang masuk, phi pulang saja"
"Beneran? Nanti kamu baik baik aja ga?"
"Ya ga tauu, tapi ya ga mungkin papah aku nyakitin anaknya sendiri"
"Iyaa sihh, yaudah kamu hati hati ya"
"Hm"
Gulf masuk kedalam rumah itu, melihat kedua orang tuanya sudah menunggunya disana.
Gulf duduk di hadapan orang tuanya, menyusun kata demi kata yang akan Gulf keluarkan
"Maafkan Gulf"
"Sudah papah bilang dari awal untuk berhenti dari perusahaan tersebut"
"Maaf pah
"Lalu sekarang bagaimana?"
"Atasan aku mau tanggung jawab kok, dia sudah mengajakku menikah"
"Menikah saja mah mudah, tapi bagaimana dengan media? Citra keluarga kita akan rusak"
"Tidak perlu di umbar, lagian untuk apa sih semua orang tau tentang keluarga kita?"
"Kita memang tidak mengumbarnya tapi semua akan tau dan mungkin perusahaan keluarga akan anjlok"
"Lalu papah maunya bagaimana? Aborsi? Papah tega dengan cucu sendiri?"
"Jika itu yang terbaik mengapa tidak?"
"Terbaik? Membunuh anakku sendiri itu terbaik menurut papah? Jadi selama ini papah hanya memikirkan citra citra dan citra?"
"Jika tidak seperti itu keluarga kita tidak akan sekaya ini"
"Jadi bagaimana? Harus Gulf sendiri yang memutuskan hubungan keluarga atau bagaimana.."
"Kau penerus perusahaan jangan melakukan hal bodoh itu"
"Mah.."
"Maaf nak, mamah tidak bisa membantu apapun"
"Pah.. aku tidak masalah jika aku pergi tidak membawa harta sedikitpun tapi tolong jangan bunuh anak ini"
"Kau bodoh Gulf"
"memang aku bodoh, apapun itu asal tidak menghilangkan janin ini"
Plak
Papah Gulf mendaratkan tamparan tepat di pipi kanan Gulf
"PAH" Tegur mamahnya Gulf
"ANAKMU INI BISANYA BUAT MALU SAJA"
"Lalu aku yang salah? Memangnya aku mau memiliki rahim seperti ini?"
"Perbuatanmu yang salah"
"AKU TAU AKU SALAH, TAPI APA PANTAS SEORANG PAPAH BERBICARA SEPERTI ITU DENGAN ANAKNYA?"
"Aku juga malu pah menjadi laki laki yang memiliki rahim seperti ini. Aku tidak ada kuasa atas semua ini" lanjut Gulf
"Hilangkan saja janin itu"
"Sudahlah jika omongan ini tidak ada hasilnya lebih baik aku pulang saja"
Gulf meninggalkan rumah itu, dia menjalankan mobilnya lalu berhenti di bahu jalan. Gulf Terisak-isak menahan tangisannya sedari tadi
Gulf kembali menjalankan mobilnya setelah dirinya sudah tenang
-♡♡-
Keesokan harinya Mew sudah duduk di tempat Gulf, ia menunggu Gulf datang. Seperti biasa Gulf datang membawa sarapan untuk Mew
"Khun, apa saya terlalu terlambat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙼𝚈 𝙱𝙾𝚂𝚂 𝙰𝙽𝙳 𝙷𝙸𝚂 𝚂𝙴𝙲𝚁𝙴𝚃 [𝙼𝙴𝚆𝙶𝚄𝙻𝙵] 𝙴𝙽𝙳
Teen Fiction[BL STORY] Gulf yang sudah bekerja bersama mew cukup lama namun tidak pernah tau tentang mew sedikitpun. Bagaimana bisa atasannya yang dingin itu tiba tiba perhatian pada Gulf?