prolog😯

103 14 14
                                    

judulnya itu aja dulu lah ya..😅
Mangga maos..📚
---------------------------

Abdulloh.

Satu kata seketika melintas begitu saja begitu matanya terbuka. Jantungnya berdegup kencang. Peluh membanjiri wajahnya. Napasnya tercekat.

Lagi-lagi dia bermimpi buruk. Sudah terhitung tiga kali berturut-turut dia memimpikan hal yang sama. Dan entah kenapa selalu ada satu orang yang menyelamatkannya.

Seorang laki-laki berkemeja dengan sarung dan kopyah yang warnanya pudar. Yang anehnya dia tidak bisa mengingat warnanya setelah bangun.

Apakah Abdulloh benar-benar ada? Dan apa arti mimpinya?

"Kak Za?"

Seorang perempuan paruh baya berdiri kebingungan di ambang pintu.

"Iya, Umi, Kak Za udah bangun," jawabnya dengan nada senormal mungkin.

"Kamu kenapa?" Tanya Umi sembari mendekat ke arahnya.

"Nggak, Umi. Cuma mimpi."

"Kok sampai keringetan gitu?" Umi mengusap peluh di dahi putrinya.

"Capek ,Umi. Zakia habis lari-lari," dalihnya. Dia memang sempat lari di mimpi tadi.

"Ya udah gih sholat subuh terus bantuin Umi!" Umi beranjak keluar menuju dapur.

"Siap, Umi!"

Zakia segera beranjak sholat dan bergegas pergi ke dapur.

"Abi mana, Umi?" Zakia bertanya sembari memotong bawang merah.

"Masih di masjid kayaknya," jawab Umi singkat. Tangannya lincah memotong sayuran sembari menunggu pisang gorengnya matang.

"Kok tumben Umi masak enak?" tanyanya lagi saat melihat ada ayam yang sudah di racik dengan bumbu.

"Fai nanti mau kesini habis sholat," sahut Umi santai.

"Oh.." Zakia menghentikan gerakannya memotong cabai sejenak.

"Oh iya, Kak Za mau tanya  boleh nggak?"

"Boleh, ada apa?"

"Emang dulu aku punya teman namanya Abdulloh?" Zakia memutuskan untuk menanyakannya pada Umi.

Umi menoleh dalam satu sentakan. Zakia menatap Umi tidak mengerti.

"Abdulloh?"

Zakia mengangguk semangat, penasaran. Dia amat berharap jika Umi mengetahuinya.

"Kenapa tiba-tiba tanya itu?"

Zakia menelan ludah. Gugup.

"Tau atau nggak, Umi?" tanyanya lagi dengan sedikit penekanan, menolak menjawab pertanyaan Umi.

"Umi nggak tau lah. Waktu kecil kan kamu nggak mau main sama Umi. Coba nanti tanya Fai, siapa tau dia kenal," saran Umi.

"Kenapa sih kok mendadak tanya dia? Kamu udah mulai ingat waktu kecil dulu?"

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang