Cek ide📒

34 4 2
                                    

"Kita tuh curang nggak sih?"

Zakia mengalihkan pandangannya dari genteng yang sedari tadi dia perhatikan.

Malam ini, genap seminggu sudah dia berada di sini. Dan setelah sedikit basa basi adaptasi, dia memiliki satu teman permanen. Azkiya namanya. Gadis cantik berwajah ramah yang sudah lama mondok di sini.

"Curang gimana Mba Az?" Zakia bertanya, menambahkan kata 'Mba' sesuai peraturan yang di beritahukan.

"Ya, curang. Curang sama Alloh maksudnya. Secara ya, Alloh tuh berfirman
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون.
Terus apa yang kita lakuin? Kita di ciptakan buat beribadah tapi justru nggak jarang kita tuh ngasih waktu sisa buat Alloh," jelas Azkiya berapi-api.

"Waktu sisa maksudnya?" Zakia mengerutkan dahi, masih beradaptasi dengan pembahasan semacam ini.

"Gimana ya? Gini deh, Mba Za, satu hari ada dua puluh empat jam. Satu jam, enam puluh menit. Satu menit, enam puluh detik. Kalau di pikir-pikir itu waktu yang lama kan? Tapi kenapa kita nggak bisa kasih waktu terbaik, terlama, teristimewa buat beribadah? Kenapa kita itu melakukan ini itu dan lain-lain baru menggunakan sisa waktu yang ada untuk beribadah?"

Zakia diam beberapa detik sebelum menimpali.

"Harusnya emang gimana? Ya kan kita punya banyak aktivitas yang dilakuin seharian?"

"Tapi bisa kan, kita beribadah dengan waktu paling lama daripada pekerjaan lain? Bukan malah bilang sibuk, nggak ada waktu? Bahkan aku pernah denger ada orang bilang, 'boro-boro ibadah yang lain, sholat aja kalau sempet'. Na'udzubillahi min dzalik," tukasnya menerawang.

Zakia diam lagi, tak mengerti harus menyahut apa. Dia kembali menatap genteng di atas.

Hening. Kamar paling pojok yang di tempatinya sudah sepi. Semua penghuninya sudah tidur kecuali Zakia dan Azkiya.

"Ah, kayaknya aku lupa satu hal," Azkiya tiba-tiba berseru pelan.

"Apa?" Zakia refleks menoleh dan bertanya.

"Pernah denger hadis yang bunyinya انما الاعمال بالنيات?"

"Mm.. iya," jawabnya cepat.

"Dari hadis itu kita bisa jadiin sepanjang hari buat beribadah. Setuju nggak?" Azkiya menatap berbinar.

"Setuju," sahut Zakia pelan.

"Tapi paham nggak?" tanyanya lagi.

Zakia menggeleng sambil nyengir. Oh, ayolah, dia bukan orang yang mudah paham dalam setiap kondisi. Apalagi dia baru seminggu ini berada di pesantren. Tidak mudah baginya menyimpulkan hal semacam itu.

"Bagian mana?"

"Sepanjang hari buat beribadah? Hal yang biasa kita lakuin sehari-hari? Yang nggak ada unsur mendekatkan diri pada Alloh? Kayak misal mandi? Atau nyuci? Bisa di jadiin ibadah tuh niatnya emang gimana?" Zakia melepas tanya berturut-turut.

Azkiya mengambil napas sambil tersenyum.

"Kayak hal yang nggak mungkin ya?" Azkiya menjeda kalimatnya.

"Tapi aku pernah denger Abah dawuh, 'kalau mau mandi itu jangan cuma niat biar nggak bau, atau biar nggak di katain jarang mandi, atau apa. Niatkan mandi untuk mengikuti hadis nabi النظافة من الايمان , maka itu di hitung satu ibadah, ibadah mengikuti sunnahnya nabi.' Sama kayak nyuci juga kan? Itu juga sama-sama bentuk kebersihan -النظافة," terang Azkiya ringan.

"Kalau.. makan sama minum juga bagian dari kebersihan bukan Mba Az?" Zakia bertanya sembari tergelak.

"Bisa juga sih, kebersihan makanan dan minuman yang ada di piring dan gelas supaya nggak mubadzir," timpal Azkiya, ikut tergelak.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang