Welcome back to the story😆
Mangga maos... 📚
-------------------"Fai..."
"Umi, kok Iz nggak di bangunin sih?"
"Haf juga, Umi. Kenapa Abi nggak ajak sholat ke masjid?"
Mendengar suara keluhan khas bangun tidur, semua orang menoleh ke sumber suara. Mereka tertawa pelan melihat keduanya.
"Ya Alloh, Umi lupa. Maaf ya." Umi mematikan kompor sembari mendekat.
"Dek Iz, Dek Haf, minimal cuci muka dulu boleh nggak sih?" ledek Zakia, lupa setengah menit lalu tengah deg-degan menunggu jawaban Fai tanpa berani mendongak sedikitpun.
Abi menoleh tidak setuju. Zakia langsung pura-pura memindah sayur ke atas piring.
"Sekarang tapi udah sholat belum?" Umi berjongkok, membenarkan rambut keduanya agar lebih rapi.
"Belum. Tapi habis sholat boleh tidur lagi nggak, Umi?" Iz menatap Umi lesu dengan mata yang masih sedikit memerah.
"Eh, ada Kak Fai tuh!" Umi mengacungkan telunjuknya ke arah Fai.
"Kak Fai?" seru keduanya bersamaan.
Huh, giliran Kak Fai aja, langsung melotot, hilang ngantuknya, gerutu Za.
Dia meniriskan ayam goreng terakhir dan mematikan kompor dengan sedikit sentakan.
"Halo, si kembar," sapa Fai sembari melambaikan tangannya.
"Ya udah, Umi. Kak Iz sholat dulu, terus langsung mandi." Iz berlari cepat ke arah kamar mandi.
"Dek Haf juga, Umi. Kak Iz, tunggu." Haf menyusul, berusaha mendahului Iz.
"Siapa cepat, dia dapat. Yeeee," Iz berseru senang.
"Umi.. Kak Iz nggak mau ngalah," Haf balik mengadu.
Zakia menghembuskan napas pelan, jengah dengan kelakuan adik kembarnya. Dia melanjutkan menyajikan ayam goreng dan sayur ke atas meja.
"Hayo.. jangan rebutan," Umi menyahut sambil mendekat ke arah meja makan.
"Kak Za, mukena Iz kemana?" Iz berteriak dari dalam kamar.
"Wah.. kopyah sama sarung Haf juga nggak ada. Kak Za tau nggak di mana?" Haf ikut berteriak menyebut nama Zakia.
Yeeeuu, giliran cari barang panggil kakaknya, dasar pilih kasih.
Meski menggerutu dalam hati, Zakia akhirnya beranjak ke kamarnya.
Ikut heboh boleh kali ya, kekeh Zakia dalam hati.
"Sebesar ini kok nggak liat, makanya jangan sambil tidur carinya!" seru Zakia cukup keras.
"Kak Za, nggak usah ikut-ikut!" Umi berteriak dari dapur.
"Umi juga ikut," sahut Abi pelan.
"Eh," Umi menutup mulutnya, baru sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Rasa
SpiritualSeorang wanita terdiam seakan dirinya beku, tak mampu melangkah dan berucap. Ketiga orang di hadapannya santai saja mengucapkannya bersamaan. Ilusikah? Kenyataankah? "Ya, ini nyata. Maaf.." Seseorang menjawab pertanyaan hatinya. Tubuh wanita itu b...