"jangan ngambek lagi ya? kasian bunda dari tadi khawatir" bujuk yosha, sepupu mawar yang bekerja sebagai dokter spesialis jantung, dan dialah yang selalu menangani dovin
pagi tadi, seperti yang direncanakan semalam, mereka sedang bersiap siap untuk pergi mengantar jenar. namun saat itu dovin tiba tiba meresa pusing yang bukan main sakitnya, dan setelah itu disusul dengan darah yang keluar dari hidungnya
awalnya dovin hanya diam, tidak mau membuat semua orang khawatir, terlebih dia sangat ingin ikut mengantar jenar. namun, semakin dia membiarkan semuanya, semakin kepalanya terasa sakit membuatnya mau tidak mau menelfon sang bunda yang sedang bersiap siap dibawah
hingga akhirnya sekarang, dovin juga mawar tetap dirumah. awalnya setelah mimisan berhenti, dovin tetap keras ingin pergi, namun bagaimanapun juga mawar, jendra bahkan jenar melarang keras dovin untuk ikut, bahkan jenar sempat berniat untuk batal pergi saking khawatirnya pada dovin
"aku gak ngambek, cuma kesel dikit aja sama diri sendiri, padahal aku pengen banget ikut nganter kakak, udah lama aku gak pergi jauh jauh tau kak, tapi malah gini" ucap dovin pelan
yosha mengangguk pelan, dia mengerti apa yang dovin rasakan, namun mau bagaimanapun juga dovin tidak bisa memaksa dirinya sendiri
"gakpapa, nanti kalau kamu udah enakan banget, atau bahkan udah sembuh, nah kita jalan jalan, oke?" antusias yosha membuat dovin menatapnya dengan tatapan yang yosha sendiri tidak mengerti mengapa dovin menatapnya seperti itu
"emangnya aku bakal sembuh?"
yosha terdiam, benar benar terkejut dengan pertanyaan dovin yang tiba tiba.
"kok nanyanya gitu?"
"emang gitu kan kak? aku tau kemungkinan aku sembuh itu kecil, aku tau tubuh aku kak, aku sadar kok tiap hari aku itu rasanya makin lemah aja, sampai sampai kalau mau tidur aku takut banget kalau besoknya gak bangun lagi-"
"stt hey do, jangan ngomong sembarangan. kamu bisa kok sembuh, kita sama sama usaha, jangan gitu dong ngomongnya" bujuk yosha mengusap lembut rambut dovin yang menunduk diam
"do, kakak gak bakal berhenti bilang ke kamu kalau mati hidupnya kita itu tuhan yang ngatur, gak ada yang gak mungkin didunia ini kalau tuhan udah berkehendak. kamu bisa sembuh? bisa! siapa bilang gak bisa? yang pasti kamu jangan pernah nyerah, oke? harus tetap usaha" sambung yosha mengacak rambut dovin dan beranjak untuk memeluknya
dan setelah itu dia beranjak, mengambil tasnya dan lagi lagi mengusap rambut dovin lembut
"kakak kerumah sakit dulu, istirahat yang cukup, jangan sekalipun skip obatnya, semangat!"
yosha tersenyum untuk menyemangati yang dibalas dovin dengan anggukan pelan
tepat yosha keluar dari kamarnya, handphone milik dovin yang berada di meja samping kasurnya berbunyi, menampilkan tulisan 'kakak' disana yang dengan cepat diangkat oleh dovin
"hallo adek, udah enakan?"
"udah, kakak udah nyampe?" balas dovin berusaha agar suaranya tidak terdengar berbeda
"baruuuu banget nyampenya, kak yosha ada?"
"baru aja keluar kamar, paling masih dibawah sama bunda, mau ke rumah sakit lagi katanya" jelas dovin
"maaf ya kakak pergi, kamu jadi sendiri dirumah. abis ini istirahat ya? suara kamu kedengaran banget bedanya. disini juga sinyalnya jelek jadi kakak bakal susah hubungin kalian, tapi kalau ada apa apa tetap kabarin ya?"
"iyaa kak, bawel"
"yaudah, dadaah dek, jaga diri, sehat sehat disana"
"iya, kakak juga" jawab dovin dan setelahnya langsung mematikan sambungan telfon, takut jika jenar semakin terlambat karnanya, ini saja jenar sudah sangat terlambat karna kejadian tadi