Hari telah berganti, jam menunjukkan pukul delapan pagi dan Mawar bersama Haikal masih setia berada di depan ICU.
Memang benar, Dovin sudah sadar dari komanya selama enam hari pasca operasi, selama itu pula dia berada diruang ICU.
Sejak kemarin, mereka hanya diperbolehkan masuk keruangan satu persatu, berbeda dengan biasanya yang boleh berdua atau bertiga, bahkan berempat.
Keadaan Dovin belum sadar seutuhnya, masih banyak penanganan yang harus dilakukan mengingat dia koma selama enam hari dan sudah melewati operasi besar.
Ada infeksi pasca operasi yang menyebabkan Dovin koma beberapa hari, namun untungnya bukan infeksi besar sehingga dia bisa sembuh seiring berjalannya waktu. Hanya saja untuk sekarang dia belum bisa dipindahkan keruangan rawat karna infeksi tersebut.
Haikal sudah amat lelah melihat Mawar yang sejak kemarin selalu menangis setiap dokter memberi kabar Dovin. Ntah itu Dovin yang tiba-tiba susah bernafas, denyut jantung yang tidak stabil, ataupun menggigil. Namun Haikal selalu berusaha menenangkan karna dokter sendiri mengatakan bahwa Dovin akan baik-baik saja, itu semua terjadi akibat infeksi dan koma, Dovin akan ditangani dengan baik.
"Kasian adek, pasti capek disana, pasti sakit" ucap Mawar terus menerus.
Dia selalu teringat bagaimana sakitnya Dovin selama ini, bagaimana lelahnya Dovin setiap kambuh, sakit yang bukan main hingga beberapa kali pingsan.
Tapi sekarang disaat dia berhasil melewati masa kritis dan operasi, dia masih tetap merasa sakit terus menerus.
"Kita do'ain adek ya bun, jangan nangis lagi abang mohon, adek bakal sedih kalau tau bunda kayak gini" ucap Haikal mengusap bahu sang bunda lembut dan menggeser tubuhnya mendekat agar Mawar bisa bersandar dibahunya.
"Bun, tidur dulu aja walaupun sebentar, nanti kalau ada kabar adek aku bangunin" ucap Haikal dibalas gelengan pelan dari Mawar
"Bunda gakpapa, gak capek, adek jauh lebih capek disana" balas Mawar
Haikal menghela nafasnya berat, sakit melihat bundanya yang memaksakan diri. Tapi tidak bohong kalau sebenarnya dia juga memikirkan hal yang sama seperti yang diucapkan Mawar, bahwa Dovin jauh lebih lelah disana.
Beberapa saat setelahnya Haikal bisa melihat sang ayah, Jendra, yang datang setelah cukup lama dipanggil oleh dokter keruangan
Juga bersama Jenar disampingnya.
"Gimana?" tanya bunda antusias dan memperbaiki posisi duduknya
"Adek kemungkinan bisa dipindahin ke ruangan rawat siang ini" ucap Jendra membuat Mawar tersenyum bahagia hingga tanpa sadar kembali meneteskan air matanya.
"Adek bakal sembuh total kan?" tanya Mawar lagi dibalas anggukan pelan dari Jendra
"Butuh waktu yang lama, tapi kemungkinan besar iya, adek bisa sembuh total" jawab Jendra kemudian duduk disamping Mawar
Haikal menatap Jenar yang ikut duduk disampingnya, beberapa luka Jenar akibat kecelakaan saat Dovin dikabarkan kritis masih berbekas
"Kenapa?" tanya Jenar karna merasa aneh dengan Haikal yang diam menatapnya
"Seneng, dua adek abang udah sembuh" ucap Haikal mengusap rambut Jenar sebelum memalingkan wajah karna merasa gengsi
Benar, kecelakaan dihari itu benar terjadi.
Jenar dengan keadaan yang demam tinggi nekat mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit tepat setelah mendapat kabar bahwa Dovin kritis.
Hingga tanpa disadari sebuah mobil melaju kencang dari arah kanan dan menabrak kencang mobil Jenar yang juga melaju kencang.
Keadaannya cukup parah hari itu, dia ditangi diruangan UGD cukup lama dan kekurangan banyak darah. Untungnya golongan darah milik Jenar sama dengan Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You - Doyoung Treasure
Aléatoire"Semuanya takdir, Do. Bukan salah kamu" 🦋🦋🦋