Prolog

18 0 0
                                    

"Besok adik kamu mulai tinggal disini."

Dentingan sendok terdengar begitu nyaring saat seorang remaja membanting sendok diatas piring makannya.

"Aku ga punya adik."

"Mau kamu menolak sekeras apapun Jennaya tetap jadi adik kamu!" Ujar pria paruh baya didepannya.

"Udah aku bilang aku ga punya adik! Anak mama Diana cuma aku."

"Tapi Jennaya juga anak kandung papa."

"Iya, anak kandung papa sama selingkuhan papa. Tapi bukan anak mama Diana ataupun adik aku."

"Siapa yang kamu maksud selingkuhan papa? Mama Maya itu mama tiri kamu!" Ujar pria yang sudah tersulut emosi.

"Terserah. Yang pasti Maya itu penyebab mama meninggal!"ujarnya sambil berdiri menantang lawan bicaranya.

"Udah berapa kali papa bilang, mama kamu meninggal murni karena kecelakaan?"

"Kalau bukan karena selingkuhan papa itu dateng ke rumah dan minta ijin buat nikah sama papa, mungkin mama masih bisa masakin aku sampe sekarang." Ujarnya dengan nada rendah.

"Jangan pernah salahkan orang lain. Disini yang bisa kamu salahin itu papa. Apa belum cukup Maya juga pergi untuk selamanya? Bahkan belum genap Jennaya umur enam bulan. Tapi dia sudah ditinggal ibunya. Apa kamu tidak kasihan dengan adik kamu? Jennaya tidak salah apapun disini."

"Aku ga peduli."

"Papa mohon jadilah kakak laki-laki yang bisa menjaga adik kamu." Ujarnya sambil menyentuh pundak sang anak yang langsung dihempaskan.

Si remaja berjalan meninggalkan papanya yang masih menatap dirinya dengan pandangan pasrah.

"Papa harus suatu saat nanti kamu bisa terima Jeannaya sebagai adik kandung kamu." Ujarnya pelan.

"Ga akan."





























AgnityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang