Agnitya Ayu Jennaya, gadis berwajah ayu dengan kulit putih langsat itu tengah membereskan kamar tidurnya. Tangannya dengan lihai menata setiap benda yang ada disana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia menatap ranjang single miliknya. "Nanti malem udah ga tidur disini. Doa-in gua ya sur, semoga betah tinggal dirumah papa. Doa-in juga biar abang gua ga ngucilin gua." Ucapnya pada kasur. Tangannya kembali melipat selimut merah muda miliknya.
Rumah sederhana yang berdiri di tanah yang cukup luas ini merupakan pemberian dari papa nya saat sang mama meninggal. Agnitya memutuskan untuk tinggal sendiri karena mendapat cibiran dari sang kakak. Kakak yang tidak pernah menganggap ia sebagai adiknya.
Beberapa hari yang lalu papa nya meminta ia untuk kembali kerumahnya. Entah mendapat informasi dari mana, sang papa mengetahui jika rumah disamping tempat tinggal Agnitya dibobol oleh maling. Dengan alasan tidak ingin hal buruk terjadi pada anak gadisnya, sang papa meminta Agnitya untuk kembali kerumah asalnya. Tentu, Agnitya sangat senang mendengar jika papanya ingin ia berkumbul kembali. Namun tetap saja hati kecilnya merasa takut dengan sang kakak. Mengingat kebencian kakak terhadap dirinya.
Ting!
Bunyi notifikasi mengalihkan perhatian Agnitya. Gadis itu meraih ponsel yang ada diatas meja belajarnya. Tangannya membuka room chat dengan nama "papa".
Papa: Adek udah siap? Papa otw ya
Sebentar lagi aku selesai pa
Oke Tunggu didalam rumah saja jangan diluar Jangan buka pintu kalau papa blm sampai Paham?
Iya, paham Papa posessif banget
Papa ga mau anak gadis papa kenapa kenapa
Iya papa
Yaudah adek tunggu sebentar ya Papa sebentar lagi sampai
Siap pa
Gadis itu kembali menyibukkan diri dengan barang-barang dikamarnya. Matanya melihat kesekeliling sudut kamar, mencari bagian yang harus dibereskan. Namun dirasa sudah rapi, ia mengambil koper merah muda miliknya dan satu tas ransel yang cukup besar. Membawanya ke ruang tamu. Ia meletakkan koper dan ranselnya diatas sofa. Kemudian ia pergi ke dapur berniat membuatkan kopi hitam untuk papa nya.
Saat tengah menyeduh kopi, terdengar ketukan pintu dan suara seseorang memanggil namanya. Gadis itu berjalan sambil membawa secangkir kopi yang baru saja ia buat dan meletakkannya diatas meja. Ia berjalan menuju pintu utama dirumahnya.