1

16 5 2
                                    

Jangan memberi duri di jalanku karena suatu saat kau akan datang kepadaku tanpa alas kaki.

Seorang siswi berlari dengan sekuat tenaga, nafasnya memburu tidak karuan, keringat bercucuran membasahi seluruh tubuhnya. Tidak tahu apa yang ia pikirkan sekarang, ia hanya perlu melarikan diri dari preman-preman yang mengejarnya. Petir menyambar sebuah pohon hingga membuat jalanan tertutup, Hujan dan badai memenuhi kota membuat keadaan berkabut dan gelap. Siswi itu merintih merasakan sakit ketika air hujan menyentuh lukanya. 

“Oh Tuhan pliss kali ini selamatkan Iza” gumam Alitza pelan. Tiba-tiba sebuah tangan menariknya ke belakang lalu membekap mulut gadis itu.

“ssttt!! jangan berisik atau kamu bakal ketahuan!” Ucap seorang laki-laki yang sama sekali tidak dikenal Alitza.

*****

    Alitza Brisia Zhafira seorang siswi SMA Dirgantara yang tidak mengerti tujuannya dalam hidup. Ketidakadilan dunia membuat ia merasakan hal pahit dalam kehidupan. Setiap hembusan nafasnya adalah luka bagi semua orang. Menjalani hari-hari yang suram tanpa seorang teman bahkan keluarga dan tanpa pengakuan seluruh manusia. Awalnya Alitza mengira hidupnya akan berubah ketika ia masuk ke SMA Dirgantara, nyatanya kejadian SMP nya terulang kembali. 

Hidup adalah pilihan bukan paksaan.

Tidak ada satu manusia pun yang dapat dipercaya.

*****

    Alitza melihat sekeliling rumah milik laki-laki itu, banyak perabotan-perabotan mahal dan mewah. Laki-laki itu berjalan ke arah Alitza dengan membawa segelas air lalu meletakkannya di atas meja.

“Jadi nama kamu Alitza?” Ucap laki-laki itu.

Alitza menatapnya takut “iii-iya”

“Tidak usah takut! Saya tidak makan orang kok” Ucapnya sambil terkekeh.

Alitza hanya diam dan tidak membalas perkataan orang itu. Mempercayai seseorang adalah kesalahan yang dulu pernah ia lakukan. Gadis ini bingung harus melakukan apa, pasalnya ia sama sekali tidak mengenal laki-laki itu, bisa jadi dia adalah orang suruhan Cheara, manusia yang paling dibenci Alitza selama 5 tahun terakhir ini.

Laki-laki itu menatap kasihan terhadap Alitza “Ya sudah, istirahat saja sampai baikan” Ucapnya meinggalkan Alitza. 

Alitza termenung menatap jendela, hujan deras yang belum berhenti membuat pikiran Alitza tidak karuan. Disetiap luka pasti ada hujan yang menemani seakan menutup sebuah kepedihan tanpa seorang pun yang tahu. Apa kali ini yang akan terjadi? Membantah suatu hal yang tidak kita lakukan akan membuatnya semakin rumit. Bahkan diam pun akan membuat orang-orang mempercayai sebuah kebohongan. 

Alitza berjalan menelusuri rumah mewah itu berharap bisa keluar, namun rumah yang sebesar ini membuat gadis ini kelelahan dan hampir putus asa. Apa pekerjaan laki-laki itu sehingga memiliki rumah yang sangat besar seperti ini. Alitza melihat sebuah pintu dan langsung berlari ke arah luar.

*****

Alitza berjalan di lorong kantin dengan membawa sebuah nampan yang berisi bakso dan satu buah air mineral. Awalnya ia ingin makan di meja kantin, namun mengurungkan niatnya karena ramai siswa dan siswi yang sedang makan. Alitza hanya seorang diri sedangkan siswa yang lain bersama dengan teman-temannya. Tidak adil rasanya jika ia makan sendiri dengan meja sebesar 4 orang itu, Akhirnya Alitza hanya bisa memakan makanannya di bawah pohon. 

“Heh! Siapa yang nyuruh lo makan di sini?” Ucap Cheara yang tiba-tiba muncul dengan teman-temannya.

“Gak ada larangan kan buat makan di sini?” Ucap Alitza santai dan masih tetap malanjutkan aktivitasnya.

Cheara yang kesal melihat tingkah gadis di depannya itu langsung menarik nampannya dan menumpahkannya ke arah Alitza.

“ssshhh” Alitza meringis kesakitan, pasalnya luka di tangan Alitza belum kering dan kini terkena tumpahan kuah bakso.

“Jangan sekali-kali lo ngelawan gue! Atau lo ngerasain akibatnya!” Ancam Cheara.

Bukannya takut, Alitza berjalan mendekati Cheara. “Gue gak takut sama ancaman rendahan lo itu!” 

Cheara mendorong kasar Alitza hingga terjatuh lalu menarik rambut gadis itu sekuat tenaga. “Lo itu cuma sampah yang gak akan pernah dianggap oleh siapa pun. Jadi, gak usah sok berlagak paling berani deh” 

Para siswa berlarian mengerumuni perkelahian tersebut. Tak ada satu pun yang berani membantu Alitza, justru semua orang menyorakinya tanpa rasa kasihan sedikitpun. Di sisi lain Raiham hanya memandang seorang gadis yang sedang menahan rasa sakit. Ntah apa yang ada di pikiran laki-laki itu sehingga tidak mau membantu Alitza. 

Alitza menahan rasa sakit itu dan berusaha mendorong Cheara, tanpa sengaja Cheara terdorong sehingga membentur pohon.

Raiham segera berlari ke arah kerumunan.

Plak!

“Lo gila ya?” Ucap Raiham dengan nada membentak. Para siswa membopong Cheara dan segera membawanya ke uks.

Alitza memegang pipinya yang terasa nyeri. “Lo yang gila bang! Adek lo mati pun gak bakalan lo tolongin” Alitza pergi meninggalkan Raiham yang masih membeku dengan perkataannya.

“Aaarrrgghhh!” Raiham mengusap wajahnya dan menghembuskan nafas kasar.

Yeeaayyy nulis lagi:)
Jangan lupa vote and coment ya :)

Hurt By The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang