13

3 0 0
                                    

Happy reading!

Siang hari yang panas membuat Alitza menginginkan sesuatu yang dingin untuk melewati tenggorokannya. Tanpa berpikir panjang Alitza berjalan keluar rumah untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa menyegarkan rasa hausnya. Dengan riang Alitza berjalan keliling komplek berharap ada seseorang yang berjualan es, dan benar saja ia melihat gerobak abang-abang yang sedang berjualan es doger. Dengan gembira Alitza mendekati penjual es tersebut.

“Bang es nya satu dong pake cup yang gede ya!” Ucap Alitza sambil mengedipkan sebelah matanya.

“siap neng” Abang-abang penjual es mengacungkan jempol dan langsung membuat pesanan Alitza. Gadis ini memberikan satu lembar uang sepuluh ribuan dan pergi ke supermarket untuk mencari sesuatu. 

Terlihat ramai para ibu rumah tangga yang sedang belanja bulanan. Alitza berjalan mendekati rak-rak cemilan. Ini dia yang dicari Alitza. Gadis ini langsung mengambil beberapa cemilan kesukaannya termasuk keripik kentang. Saat sedang asik memilih cemilan tiba-tiba ada seorang ibu-ibu berteriak kehilangan dompet. Alitza tidak menghiraukan si ibu-ibu dan tetap memilih cemilan yang ia suka.

“Cuma dia yang berada di dekat saya, saya yakin dia yang mengambilnya” Ucap si ibu sambil menunjuk ke arah Alitza. Gadis itu memberhentikan aktivitasnya setelah merasa dituduh oleh si ibu. 

“Saya tidak mengambil uang ibu! Saya tidak semiskin itu sampai mencuri!” Tegas Alitza.

“Maaf tapi saya harus memeriksanya” Tanpa izin dari Alitza petugas kemanan langsung memeriksa tas bawaan gadis ini. Dan betapa terkejutnya Alitza mendapatkan dompet milik ibu itu berada dalam tasnya.

“Saya sama sekali tidak mengambil dompet anda” Ucap Alitza meyakinkan si ibu, namun seorang pria datang dan menampar Alitza.

“Masih remaja seperti ini sudah berani mencuri dompet istri saya” Bentak laki-laki itu pada Alitza.

Alitza mulai merasa lemas, ramai yang sedang memperhatikan kejadian ini. Matanya kini mulai berkaca-kaca dan tidak tahu harus melakukan apa. Tak ada satu pun yang mempercayainya.

Di sisi lain Al merasakan ketidakhadiran gadis berisik itu membuatnya merasa khawatir. Al meraih handphonenya dan beranjak mencari Alitza. Sudah beberapa lama ia berkeliling komplek namun tak kunjung melihat gadis ini. Entah kemana Alitza pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu. Hanya satu dipikiran Al kemungkinan gadis itu sedang berada di supermarket. Saat ingin bertanya kepada satpam, Al melihat seseorang tiba-tiba menampar Alitza. 

Al mengepalkan kedua tangannya mendekati keramaian yang sedang terjadi. Al langsung menarik Alitza kepelukannya. 

Alitza mendongakkan kepalanya. “Iza gak mencuri” Ucapnya parau.

Al mengangguk dan mengusap kepala Alitza. “Saya percaya”

Al menatap pria yang menampar Alitza tajam. “Jika terjadi sesuatu pada calon istri saya, anda akan saya tuntut” Ucap Al dingin.

“Tolong ajari calon istri anda untuk tidak mencuri” Ucap pria itu. 

Petugas pun datang dengan membawa seorang pria yang memakai jaket hitam. “Maaf pak, saya telah melihat cctv dan pria ini sengaja memasukkan dompet ibu tersebut ke dalam tas remaja ini.” 

Seketika pria yang menampar Alitza merasa bersalah. Al menatap mereka dengan eskrepsi datar. “Ingat perkataan saya tadi!” Ucap Al dingin dan langsung membawa Alitza pergi dari tempat itu.

Tangis Alitza pecah seketika. “hiks..hikss kenapa tidak pernah ada yang percaya sama Iza”

Al menarik Alitza dalam pelukannya. “Saya percaya, saya bakalan jaga kamu”

“Hikss…hikss janji?” Alitza mengangkat jari kelilingkingnya.

“Ya” Ucap Al menautkan kelingkingnya dengan kelilingking Alitza.

Hurt By The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang